NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 2

"Jadwal Anda hari ini ada pertemuan dengan pihak Long Life Security pukul 10 dan dengan pihak Metana Bank pukul 2," ucap Shenina-sekretaris Rainero Sanches.

Rainero mengangguk paham tanpa mengangkat wajahnya. Ia tetap fokus dengan layar segi empat di hadapannya yang menunjukkan angka-angka dan grafik.

"Apa ada yang Anda butuhkan lagi, Pak?" tanya Shenina setelah menutup layar tablet miliknya.

"Tidak. Keluarlah!" ucapnya datar. Seperti itulah sosok Rainero sekarang ini. Semua benar-benar berubah. Sangat berbeda dari Rainero setahun yang lalu.

"Baik, pak. Kalau begitu, saya permisi." Ujar Shenina sambil membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat.

Shenina pun gegas keluar dari ruangan bosnya itu. Saat keluar, Shenina berpapasan dengan Axton yang berjalan sambil menenteng sebuah map di tangan kirinya. Shenina yang sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah Axton yang merupakan orang nomor dua di perusahaan itu. Sikap Axton memang tak jauh berbeda dengan Rainero, tapi ia masih ada sisi ramah terhadap orang-orang di sekitarnya.

"Kau selalu saja bersikap terlalu formal, Shen," tegur Axton sambil tersenyum tipis.

"Karena Anda merupakan atasan saya juga, Pak."

"Perlu kau ingat, aku bukan atasanmu. Kita rekan kerja. Yang atasanmu itu Rainero, benar?"

"Tapi kedudukan Anda lebih tinggi daripada saya, Pak. Anda juga orang nomor dua di perusahaan ini, tentu saya harus bersikap formal dan profesional."

Axton terkekeh mendengar alasan Shenina yang memang ia akui sangat profesional dalam bekerja. Tidak seperti pegawai wanita yang lain yang kerap curi-curi pandang, cari-cari perhatian, bahkan sengaja tebar pesona dan cari-cari kesempatan pada ia dan Rainero, Shenina justru bekerja dengan profesional. Ia tak pernah melakukan hal-hal yang terkadang membuatnya muak pada karyawannya sendiri. Untung saja para pegawainya tersebut mendedikasikan dirinya dengan bekerja sebaik mungkin terlepas dari sikap mereka yang terkadang memuakkan, bila tidak, mungkin akan sering terdengar karyawan yang terpaksa dipecat karena sikap-sikap memuakkan tersebut.

"Yah, terserah kau lah," ucapnya sambil menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Selamat bekerja, Shen."

"Selamat bekerja juga, Pak." Shenina mengulas senyum tipis seraya menganggukkan kepalanya. Kemudian ia segera memutar badannya, duduk di kursi yang ada tak jauh dari pintu masuk ruangan Rainero. Meja kerja Shenina memang sengaja diletakkan di sana. Untuk mempermudah memantau maupun menyambut bila ada tamu Rainero yang datang.

***

"Hai, Shen," ucap seorang laki-laki yang tengah berdiri di samping pintu mobilnya. Laki-laki itu mengulas senyum manis sambil menatap lekat Shenina yang tetap terlihat menawan meskipun hari sudah beranjak sore.

"Hai juga, Theo. Maaf, lama," ujar Shenina sambil tersenyum lebar. Laki-laki bernama Theo itu pun segera membukakan pintu mobil untuk Shenina. Shenina pun segera masuk san duduk di kursi samping kemudi.

"Nggak masalah. Hanya telat 5 menit." Jawab Theo santai. Theo adalah kekasih Shenina. "Mau mampir ke suatu tempat dulu?" tawar Theo.

"Boleh. Hmmm ... aku mau makan gelato, boleh?" Shenina tersenyum manis. Senyum yang jarang ia tampakkan di depan orang-orang. Hanya orang tertentu saja yang pernah melihatnya, termasuk Theo, sang kekasih.

Theo tersenyum kemudian mengacak rambut Shenina gemas, "untuk kamu apa sih yang nggak. Ya udah, kita ke sana sekarang," ujar Theo yang sudah tahu dimana kedai gelato yang Shenina sukai.

Tak sampai 15 menit, Theo dan Shenina telah tiba di kedai gelato. Shenina pun segera memesan gelato kesukaannya. Tak lupa ia pun memesan untuk Theo.

"Lagi apa?" tanya Shenina yang baru saja kembali setelah memesan gelatonya.

"Ah, nggak ada. Cuma liat-liat video lucu aja," ujar Theo yang segera menutup layar ponselnya dan menyimpannya di dalam saku celananya.

"Oh ya, kata kamu bulan depan orang tua kamu datang, kira-kira mereka suka aku nggak ya? Terus terang, aku gugup dan cemas. Kamu tahu sendiri kan gimana papa aku dan istrinya itu," ujar Shenina sambil menyantap gelato miliknya.

Ya, bulan depan orang tua Theo akan datang dari luar kota. Mereka akan melamar Shenina sekaligus merencanakan pernikahan Theo dan Shenina.

"Kau tidak perlu khawatir, orang tuaku pasti akan menyukaimu. Kau bukan hanya cantik, tapi juga baik, pintar, mandiri, kau terbaik," ucap Theo sambil menatap Shenina dengan penuh cinta.

Wajah Shenina seketika memerah dipuji sedemikian rupa oleh Theo. Perempuan manapun akan merasakan bunga bermekaran di dalam hatinya bila dipuji oleh laki-laki yang ia cintai, termasuk Shenina. Apalagi mereka telah menjalin hubungan lebih dari 2 tahun, tentu perasaan mereka sudah semakin mendalam.

"Kau terlalu memuji," elak Shenina yang tak mau terlalu menunjukkan kalau ia terbuai oleh pujian sang kekasih.

"Aku tidak memuji, hanya berkata jujur," ucap Theo. "Setelah ini, kita mau kemana? Langsung pulang atau ada tempat lain yang ingin kau singgahi?"

Shenina menggeleng, "langsung pulang saja. Aku tahu, kau pun pasti sudah merasa lelah setelah seharian bekerja."

"Tak perlu terlalu dipikirkan. Aku justru senang bisa menyenangkanmu seperti ini. Jadi, benar kita akan pulang?" Shenina pun mengangguk. Theo pun segera melajukan mobilnya menuju rumah Shenina setelah mereka berada di dalam mobil.

...***...

Shenina baru saja tiba di rumah. Setelah melambaikan tangan pada Theo, Shenina pun gegas masuk ke dalam rumah. Saat baru saja masuk, ia berpapasan dengan Jessica, saudari tirinya. Shenina membuang muka. Ia benar-benar muak melihat wajah Jessica yang selalu sok berwajah malaikat.

"Hai Shen," sapa Jessica ceria. Shenina hanya melengos saja dan segera menaiki tangga meninggalkan Jessica.

"Lihat sikap putrimu itu! Padahal Jessica telah berusaha ramah padanya, tapi sampai sekarang Shenina tidak pernah menganggap Jessica sebagai saudarinya. Kau tahu, Jessica sering sekali berkeluh kesah padaku. Ia merasa sedih karena Shenina selalu mengabaikannya," ucap Ambar, ibu tiri Shenina.

Harold menggeram marah. Ia merasa sikap Shenina memang sangat keterlaluan.

Brakkk ...

Harold membuka pintu kamar Shenina secara kasar membuat Shenina yang baru saja membaringkan tubuhnya terlonjak.

"Daddy," gumam Shenina memasang wajah malas. Ia yakin, setelah ini akan ada drama ayahnya itu marah-marah padanya. Menyalahkan dirinya atas apa yang tidak ia lakukan kemudian Ambar dan Jessica akan datang sambil menangis membela dirinya.

"Kau ... apa ini hasil didikan dari jalaang itu, hah? Tidak punya sopan santun. Suka berbuat seenaknya. Dasar, anak tak tahu diri!" sentak Harold dengan wajah menggelap.

"Jangan sebut ibuku jalaang karena ibuku bukan jalaang!" balas Shenina tak kalah lantang.

"Kau tidak suka ibumu disebut jalaang, tapi memang itulah kenyataannya."

"Aku yakin itu hanya fitnah."

Harold terkekeh, "fitnah? Sedang di depan mataku sendiri aku melihat seorang laki-laki keluar dari dalam kamar ibumu, kau pikir apa yang mereka lakukan di dalam kamar berdua saja, hah? Bermain monopoli?"

"Apa yang terlihat belum tentu itu yang sebenarnya."

"Ya, bela saja terus ibumu yang jalaang itu! Bahkan kelakuanmu pun tak beda dengannya."

"Perlu kau ingat, di dalam darah perempuan yang kau sebut sama seperti jalaang ini ada darahmu. Jadi jangan salahkan aku kalau bersikap semauku karena kau pun selalu seperti itu."

"Kau ... benar-benar anak sialan."

Plakkk ...

Harold menampar pipi Shenina dengan sekuat tenaga membuat sudut bibir Shenina sampai terluka.

"Daddy, jangan marahi Shenina, dad!" Tiba-tiba Jessica muncul di kamar Shenina. Sama seperti dugaannya, drama ini lagi-lagi terjadi.

"Iya dad, jangan sakiti Shenina. Kasihan dia." Kini Ambar pun ikut menimpali. Ia menahan tangan Harold agar tidak kembali menampar pipi Shenina.

"Lihat! Lihat, Jessica yang tak pernah kau anggap selalu saja membela dirimu, tapi apa yang kau lakukan? Kau selalu saja membuatnya bersedih. Kau selalu saja mengabaikannya, padahal dia sudah begitu baik padamu. Termasuk mommy mu. Dia selalu memperlakukanmu seperti putri kandungnya sendiri, tapi apa yang kau lakukan? Kau tak pernah menganggapnya. Bahkan kau kerap bersikap kurang ajar padanya. Kau memang anak tak tau diri. Tak tahu diuntung," bentak Harold dengan jari telunjuk mengacung ke wajah Shenina..

Shenina tersenyum sinis, "mommy ku? Apa Daddy lupa kalau mommy ku telah meninggal? Dia meninggal karena siapa? Karena kalian. Kalianlah penyebabnya."

"Jangan mulutmu!"

Harold melayangkan tangannya dan hampir saja mengenai pipi Shenina, tapi dengan cepat Jessica menghalanginya sehingga tamparan itu justru mengenai pipi Jessica.

"Aaargh ... " Jessica memekik kemudian tersungkur di lantai.

"Jessi," pekik Ambar terkejut. Pun Harold yang tak menyangka kalau Jessica akan menerima tamparan yang hendak ia layangkan pada Shenina.

"Semua gara-gara kau gadis sialan! Awas saja kalau terjadi apa-apa pada Jessica, aku pasti akan membuatmu menyesal!" Raung Harold dengan tatapan penuh kebencian. Shenina hanya tersenyum sinis sambil menahan perih melihat ayah kandungnya lebih menyayangi anak tirinya dibandingkan dirinya yang merupakan putri kandungnya.

Hati anak mana yang tak perih saat ditampar kenyataan seperti itu? Namun Shenina bukanlah gadis lemah. Ia takkan tunduk apalagi takluk dengan sikap Harold.

Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin pergi dari rumah yang tak lebih dari neraka baginya itu. Tapi ia masih memiliki sesuatu yang harus ia lakukan sehingga membuatnya terus bertahan. Meskipun ia harus menelan pahit getir di dalam rumah itu, tapi sebisa mungkin ia tahan agar apa yang tengah ia usahakan bisa segera menemukan titik terang.

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
salmah asri
rain ngidam🤭
salmah asri
kasihan shenina😥
chan
Detektifnya abal2 sih.Harusnya dari awal pencarian,cari kesana juga.
chan
panggilannya ganti ke AX aja yah thor seperti awal baca, kalau TON itu bacanya kurang pas githu😁
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Wiwinsutarsih Winsu5282
paling muak SMA cewe bermuka 2 kaya s Jesica 😏bpknya bodoh mau aja d bodohi SMA pembantu SMA anknya😏🤦
Sumiati 32
perusahaan Mark nih
Adisti mark
Sumiati 32
cleaning service , pasti Rose
Nur Rahmawati
kesian
Sri Astuti
keren Jen.. luarbiasa
Sri Astuti
okelah klo bgt
Sri Astuti
hahaha... naik trail otomatis membantu terbukanya jln lahir.. untung ga brojol di jln.. 🤣🤣🤣🤣
Sri Astuti
setidaknya Eve menyadari kesalahannya dan menrbus dgn memberi kehidupan pd anak semata wayangnya...
Nur Rahmawati
heh gak tunggu pembalasn nya
Sri Astuti
semoga saja Jeffri tertolong..
Sri Astuti
ada aps dgn Jeffri
Sri Astuti
hehehe.. kacang yg dimakan Rose jd adik Jeffri.. keren ya Jeff.. selamat
Sri Astuti
blm sadar klo Rose hamil ya
Sri Astuti
nah bgt seharusnya Bas.. kamu beruntung punya istri Morra yg setia dan berbudi.. jgn kamu sia" kan lagi.. bahagialah dgn keluargamu sendiri
Sri Astuti
salut dgn Morra
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!