Niara yang sangat percaya dengan cinta dan kesetiaan kekasihnya Reino, sangat terkejut ketika mendapati kabar jika kekasihnya akan menikahi wanita lain. Kata putus yang selalu jadi ucapan Niara ketika keduanya bertengkar, menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Reino yang di paksa nikah, ternyata masih sangat mencintai Niara.
Sedangkan, Niara menerima lamaran seorang Pria yang sudah ia kenal sejak lama untuk melupakan Reino. Namun, sebuah tragedi terjadi ketika Reino datang ke acara pernikahan Niara. Reino menunjukkan beberapa video tak pantas saat menjalin hubungan bersama Niara di masa lalu. Bahkan, mengancam akan bunuh diri di tempat Pernikahan.
Akankah calon suami Niara masih mempertahankan pernikahan ini?
🍁jangan lupa like, coment, vote dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 ya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Semalaman tak bisa tidur, paginya mata pandaku terlihat jelas saat aku berkaca di cermin. “Astaga,” keluhku, menempelkan masker di dekat area kantung mata.
Suara klakson di depan rumah, membuatku kegirangan. Aku bergegas keluar dari kamar. Membuka pintu, dan membuka kunci pagar.
Pria yang membuatku mengalami insomnia, akhirnya menampakkan wajahnya. Pak Ridwan mengerutkan alisnya, menatapku. Aku hanya mengernyit menatapnya. Kemudian menarik tangan nya dan menyuruhnya duduk dulu di ruang tamu. Aku memintanya menunggu sepuluh menit.
BAB 23 ( Kebohongan )
Setelah selesai berdandan, aku berlari terburu-buru menuruni tangga. Hingga, sampai menyenggol ibuku yang membawa setumpuk pakaian yang sudah di setrika. Alhasil, jatuh berantakan.
“Niara!” teriak ibuku.
Aku memberikan isyarat telunjuk kepada ibuku. “Hush, menantu kesayanganmu diluar, jangan berteriak,” ucapku lirih. Kemudian bergegas pergi dari hadapan ibuku dengan menahan tawa.
Pak Ridwan di ruang tamu sedang mengobrol dengan ayah tiriku, membahas kejadian tadi malam.
“Kita laporkan saja!” ucap Ayahku tegas.
Pak Ridwan hanya mengangguk.
“Kamu semalam aku chat nggak balas,” aku menyela obrolan mereka. Lalu duduk di sebelah Pak Ridwan.
“Aku ke cafe, jadi tak sempat melihat pesan.” jawab Pak Ridwan. Lalu bangkit dari tempat duduknya, kemudian berpamitan dengan ayahku.
Begitu keluar dari pintu pagar, Pak Ridwan masih enggan masuk kedalam mobil..
“Aku antar kamu ke Pabrik, setelah itu aku mau ke kantor polisi,” ucap Pak Ridwan.
Aku bingung dalam situasi ini, karena pasti ketika lapor ke polisi pasti harus menyerahkan banyak bukti. Dan salah satunya foto-foto yang dikirim Reino di ponselku. Aku tidak ingin Pak Ridwan tahu foto-foto vulgar itu, dia pasti akan mengungkitnya kelak.
“Jangan, kita ke rumahnya saja. Kita bicarakan ini dengan keluarganya dulu. Aku tidak mau jika sampai masalah ini menjadi omongan di Pabrik nantinya.” ucapku. Pak Ridwan diam sejenak, lalu masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tua Reino, Pak Ridwan hanya diam. Tidak seperti biasanya dia menggodaku dan bermanja-manja di dekatku.
“Selain meneror telepon, apalagi yang dia lakukan?” tanya Pak Ridwan. Pertanyaan yang sulit untuk aku jawab. Aku merasa malu dan jijik sendiri jika memperlihatkan foto-foto dimasa laluku bersama Reino.
“Hanya itu saja,” jawabku lirih, menundukkan kepalaku.
Tiba dirumah orang tua Reino, hatiku berdegup kencang. Aku sangat malas sebenarnya bertemu dengan ibunya Reino. Namun, rumah Reino dan Abel yang baru aku tidak tahu alamatnya. Akupun sembunyi di balik punggung Pak Ridwan.
Begitu bel ditekan, pembantu rumah tangga keluar. Saat itu Ibunya Reino sedang menyiram tanaman di halaman. Jadi langsung menemui kami. Seperti biasa, ibunya menatapku penuh dengan kebencian. Bahkan mengajak kami berbicara tanpa mempersilahkan duduk.
“Apalagi?!” ketus Ibunya. Dia melirik ke arahku.
Pak Ridwan, terlihat kesal dengan perlakuan Ibunya Reino.
“Saya hanya berbicara satu kali. Tolong dengarkan!” ucap Pak Ridwan, memberikan amplop coklat besar kepada Ibunya Reino.
“Semua bukti sudah ada disini! Reino selama ini telah meneror calon istri saya. Saya tidak akan tinggal diam, jika ini terulang lagi dan jika sampai saya tahu Reino masih mencoba menghubungi Niara, saya akan membawanya ke jalur hukum!” ucap tegas Pak Ridwan. Ibunya Reino membuka isi amplop tersebut, terlihat beberapa foto kaca mobil yang pecah, bukti nomor telepon yang sering digunakan Reino untuk meneror, serta foto Reino yang mengendarai motor diambil dari cctv di dekat rumah Niara.
“Aku tidak percaya Reino melakukan semua ini! Ini hanya akal-akalan dari wanita jalang ini saja!” bentak Ibunya Reino, membuang semua bukti di depan wajah Pak Ridwan.
“Oke! Karena tidak ada tanggapan serta etika yang baik. Sekarang juga, saya akan menyerahkan bukti ini ke kantor polisi, kita usut sampai tuntas!” gertak Pak Ridwan, lalu menarik tanganku untuk keluar dari halaman rumah orang tuanya Reino. Begitu kami keluar, pembantunya lekas menutup pintu pagar.
Aku melihat kekesalan di wajah Pak Ridwan. Sepanjang perjalanan, dia hanya menekuk wajahnya. Setelah itu menurunkan ku di depan pintu gerbang Pabrik. Kemudian, pergi berlalu dengan mobilnya lagi.
Aku tahu tujuannya, karena itu aku semakin ketakutan. Aku telah berbohong padanya. Jika Reino sebenarnya, banyak mengirim foto-foto yang tak pantas kepadaku. Namun, aku masih malu untuk mengungkapkannya.
Aku yang biasanya bisa langsung focus, ketika sudah berada di dalam ruang kerja. Saat ini masih tak berhenti mondar-mandir. Meskipun bel Pabrik telah berbunyi, aku masih bersembunyi di dalam ruangan.
Tok Tok Tok
Suara ketukan di luar jendela mengejutkanku. Aku melihat Pak Septo menaikkan satu alisnya ke arahku.
“Kerja!” ucapnya, dengan wajah yang memperlihatkan marah.
Aku mengangguk lalu keluar dari ruangan, berjalan menuruni tangga menuju tempat produksi.
“Kamu kenapa, Ra? Pucat banget,” ucap temanku.
“Biasalah begadang, ciye yang mau nikah,” celetuk temanku lainnya. Aku hanya tersenyum pahit.
Selama bekerja, pikiranku tak tenang. Aku melihat jam di tanganku. Sudah 3 jam, Pak Ridwan pergi. Namun, belum terlihat kembali lagi ke Pabrik. Pesanku pun tak dibalas olehnya.
Bel istirahat berbunyi, aku meninggalkan jam makan siang. Hanya duduk di ruangan. Sambil terus menatap telepon.
Satu pesan masuk, aku bernafas lega. Pak Ridwan menyuruhku menemuinya di mobil. Saat ini dia sudah menungguku di tempat parkir. Aku bergegas kesana.
“Ada apa?” tanyaku, yang begitu masuk kedalam mobil.
Pak Ridwan menatapku dengan kesal. Melempar beberapa foto ke wajahku.
“Aku sudah memulihkan semua pesan di ponselmu,” ucap Pak Ridwan, lalu membuang muka.
Aku melihat foto-foto ku bersama Reino yang telah aku hapus, saat ini berserakan di mobil.
“Kenapa berbohong?!” gertak Pak Ridwan.
Meskipun bukan pertama kalinya dia marah kepadaku. Namun, kali ini terasa beda. Hatiku sangat sakit sekali, sehingga tidak bisa menahan air mataku untuk tidak jatuh. Aku hanya menutup mataku yang basah dengan kedua tanganku.
“Aku kira hanya sekali, ternyata kau lakukan berulang kali,” ucap Pak Ridwan, kali ini suaranya lirih. Namun, aku masih bisa melihat amarahnya.
“Maaf,” ucapku, mencoba menyentuh tangannya. Pak Ridwan menepisnya, dia langsung keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan keras.
Hatiku sangat sakit, begitupun juga Pak Ridwan. Aku melihat matanya yang basah dari kaca spion. Mungkin dia mengira, aku melakukan hubungan kesalahan itu hanya sekali saja. Karena itu dia menerimaku.
Aku yang dulu sangat menyukai moment bersama Reino, saat ini merasa sangat menyesal. Aku menyia-nyiakan 3 tahunku, memberikan diriku pada Pria yang aku cintai. Namun, akhirnya aku sendiri dihancurkan seperti ini.
Aku tidak tahu. Apakah pernikahan ini masih bisa terlaksana? Apakah aku masih bisa menggenggam tangannya? Air mata tumpah, bersamaan dengan penyesalan. Yang mungkin, tidak bisa dimaafkan.
mana main!!!!
tarik atuh!
nanti giliran di tinggal istri baru sesak nafas.
Kau yang lebih terluka.
gak bisa diginiin:(
bunga for you nael
btw bikin Reno mati atuh Thor
Thor...bawa reoni kesini!!
gak bisa gak bisa!
apaan baru baca udah ada yang mati:>
ihh pengen cubit ginjal nya
thor cerita mu tak bisa d tebak.
kerenn bangeettt 👍👍👍