Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6: KEHANGATAN KELUARGA KECIL
"Rio, lu beneran gak kenapa-kenapa? Kalau ada masalah, bilang aja, gue mungkin gak bisa bantu banyak, tapi sepuluh lima juta masih ada lah. Kalau lu butuh buat darurat, tinggal bilang," tawar Lita dengan nada tulus.
"Gue serius gak kenapa-kenapa. Udah gue tunjukin kan buktinya? Daripada gue ngecilin ini sendirian, mending lu ikutan. Kalau punya duit nganggur, invest dikit aja, nanti pas udah waktunya keluar, gue kasih tau duluan," balas Rio santai tapi tegas.
Rio emang orangnya royal ke orang-orang yang tulus peduli sama dia.
Lagipula dia udah riset soal kenapa saham Galaksi Ventura bisa naik. Bukan karena ada mafia saham yang main-main, fapi karena anak perusahaan mereka baru aja berhasil bikin terobosan teknologi penting.
Dalam kondisi kayak gini, kemungkinan saham tiba-tiba anjlok drastis kecil banget.
Bahkan bisa dipikirin buat investasi jangka panjang.
Cuma Rio maunya cepet dapet cuan aja. Dia mau manfaatin kesempatan ini buat dapetin modal awal.
Setelah denger saran Rio, Lita malah gak langsung iya, dia malah ketawa kecil sambil bilang, "Ah, gak usah deh. Gue gak terlalu tertarik main saham, tapi kalau lu masih butuh modal tambahan, gue bisa pinjemin."
Rio gak bisa nahan senyum. Temen lamanya ini emang konsisten santai hidupnya.
Dulu pas baru lulus, ada perusahaan asing mau rekrut Lita. Gajinya gede, tapi harus kerja di luar negeri.
Lita langsung nolak tanpa mikir panjang. Alasannya simpel, gak mau jauh dari keluarga.
Rio mikir sebentar. Dia merasa harus lakuin sesuatu, meskipun Lita maunya hidup tenang-tenang aja, gak ada salahnya punya tabungan lebih kan?
"Oke deh, kalau gitu lu pinjemin aja gue," ucap Rio akhirnya.
Setelah tutup telepon, Rio beneran terima transfer dua belas juta dari Lita, kayaknya itu semua uang simpanannya. Kalau lebih dari itu, bakal ganggu hidup sehari-harinya.
Tanpa banyak mikir, Rio langsung masukin duit itu ke saham Galaksi Ventura.
Emang agak telat sih, tapi masih bisa untung. Perjalanan gila saham ini baru mulai.
Setelah selesai ngurusin itu, Rio udah sampai di rumah.
Rumah, tapi sebenernya cuma kontrakan di Jakarta. Dua kamar satu ruang tamu, sewanya sejuta lima ratus ribu per bulan. Kalau ditambah listrik sama air, jadi sekitar dua jutaan.
Semua furniture sama elektronik di dalemnya punya pemilik rumah.
Rio gak pernah nambah apa-apa, bukan gak mau, tapi Vanya yang gak setuju.
Menurut Vanya, ini rumah orang. Ngapain buang-buang duit beli barang? Anggep aja kayak tinggal di hotel.
Logikanya sih masuk akal, tapi Rio selalu merasa kurang nyaman aja.
Apalagi sejak Kenzie lahir, Vanya hampir gak pernah beliin mainan buat anaknya. Baju juga cuma gitu-gitu aja, gak jelek sih, tapi kalau dibanding anak seusianya jelas kurang.
Begitu Rio buka pintu, dia langsung denger suara kartun dari TV. Kenzie lagi duduk di bangku kecil sambil pegang tablet, nonton dengan khidmat.
Begitu sadar ada yang masuk, Kenzie langsung angkat kepala. Begitu liat itu Rio, wajahnya langsung cerah.
Dia langsung taruh tablet-nya dan lari dengan kaki pendek ke arah Rio sambil teriak dengan suara imut, "Papaaaa! Akhirnya Papa pulaaaaang!"
Rio langsung jongkok sambil senyum misterius. "Kenzie, coba tebak Papa beli apa?"
Kenzie itu kombinasi sempurna dari wajah Rio sama Vanya. Dari kecil udah imut banget.
Sekarang, mendengar pertanyaan Rio, matanya langsung membulat besar, dengan nada penuh harap, dia bertanya, "Papa beli apa? Mainan, ya Papa?"
Saat bilang itu, ada kilatan penuh harapan di mata Kenzie.
Dia sering iri sama temen-temennya yang punya banyak mainan, tapi Vanya selalu bilang beli mainan itu buang-buang duit.
Mainan yang Kenzie punya sekarang cuma beberapa buah dan itu semua dibeli Rio dengan cara beli dulu baru lapor.
Soalnya pas barangnya udah dibuka, gak bisa dikembaliin kan? Mau gimana lagi, Vanya terpaksa nerima.
Melihat ekspresi anaknya, Rio merasa nyesek.
Dia selalu merasa paling bersalah sama Kenzie. Gak perlu muluk-muluk jadi anak orang kaya, setidaknya kasih dia masa kecil yang bahagia dan tanpa beban.
Dulu gak mampu, ditambah ada Vanya yang jadi ibu gak becus.
Tapi sekarang situasinya bakal berubah. Apa yang seharusnya Kenzie dapet bakal Rio kasih semua.
Rio buka kantong plastik di depan Kenzie, tunjukin isinya.
"WAAAAAH! UDAAAANG! UDANG GEDEEEE BANGEEET!" teriak Kenzie sambil melompat-lompat excited.
Dia langsung noleh ke arah dapur dan berteriak kencang, "Tante Kiaraaa! Cepet keluar! Papa beli udang! Udang gedeee banget!"
Kiara yang lagi sibuk di dapur langsung keluar. Dia masih pakai celemek, tangannya basah, kayaknya lagi bersihin dapur.
Dia mendekat, liat isi kantong plastik. Ekspresinya langsung sama persis kayak Kenzie.
"Kak Rio, kok beli lobster segede ini? Mahal banget kan ini?" tanya Kiara dengan nada khawatir.
"Biasa aja sih, sekarang lagi musim tangkap ikan, harganya lebih murah. Lagian Kenzie dari dulu pengen makan ini terus, ya udah gue beliin," jawab Rio santai.
"Tapi beli satu aja cukup kan, Kak. Ini dua, Banyak banget..." Kiara masih merasa bersalah.
Kiara tuh beda banget sama kakaknya yang boros. Dia hidupnya hemat banget, sejak masuk kuliah dia udah kerja part-time. Tahun lalu, biaya kuliahnya bahkan dia tanggung sendiri.
Tapi dia murah hati banget sama orang tua dan Kenzie. Tablet yang sekarang dipake Kenzie buat nonton kartun, itu Kiara yang beliin. Emang gak mahal-mahal banget, tapi buat anak kecil nonton dan belajar, lebih dari cukup.
Rio cuma senyum kecil. "Sesekali gak papa. Udahlah, barang udah dibeli, gak bisa dikembaliin juga. Oke, lu jaga Kenzie ya, gue masak lobsternya sekarang, siang ini kita makan lobster berdua!"
Kiara cuma bisa geleng-geleng pasrah. Barang udah dibeli, mau gimana lagi? Masa dibuang?
Kenzie langsung ngacung tinggi-tinggi sambil teriak girang, "Papaaaa! Aku mau bantu! Aku juga mau masak lobsteeeeer!"
Rio gak bisa nolak permintaan anaknya, akhirnya dia bawa Kenzie masuk dapur.
Tapi siapa yang pernah punya anak kecil pasti tau, bantuan mereka itu sebenernya bikin repot.
Yang harusnya selesai dalam sejam, akhirnya jadi dua jam lebih.
Pas makanan udah jadi dan ditata di meja, udah jam dua siang lewat.
Kenzie udah laper banget dari tadi, tapi karena dia pengen banget makan lobster, dia sabar gak rewel.
Baru setelah Rio bilang, "Oke, sekarang kita makan!" Kenzie langsung teriak ke Kiara dengan semangat, "Tante Kiara! Aku mau makan lobsteeeeer!"
Kiara langsung senyum gemas. "Iya sayang, Tante ambilkan ya."
Rio ngeliatin Kenzie sama Kiara yang lagi interaksi dengan penuh kasih sayang. Dibanding cara Vanya ngadepin Kenzie, mereka berdua ini jauh lebih kelihatan kayak ibu-anak beneran.
Rio gak bisa nahan diri, dia ambil ponsel dan foto momen itu.
Suara klik dari kamera bikin Kiara angkat kepala. "Kak Rio, ngapain?" tanya Kiara bingung.
Rio langsung tunjukin fotonya ke Kiara tanpa pikir panjang.
Kiara liat foto itu, langsung ketawa kecil. Lucu banget sih emang.
Kenzie juga liat fotonya, terus langsung excited sendiri. "Papaaaa! Foto lagi! Foto lagi! Aku mau foto sama lobster gede ini! Nanti aku tunjukin ke Bu Sari sama temen-temen di TK!"
Rio langsung nurut, dia ambil beberapa foto lagi. Kenzie berpose dengan lobster di piring, senyum lebar banget.
Kiara juga ikut ketawa liat tingkah Kenzie yang gemesin.
"Oke, sekarang udah cukup fotonya. Ayo makan sebelum dingin," ucap Rio sambil duduk di kursi.
Kenzie langsung lahap makan lobsternya dengan bantuan Kiara. Ekspresinya bahagia banget.
Rio cuma duduk sambil senyum tipis, ngeliatin pemandangan di depannya.
'Ini... ini baru namanya keluarga,' pikir Rio dalam hati.
Untuk pertama kalinya sejak lama, rumah kontrakan kecil ini terasa hangat.
Gak ada Vanya yang ngomel-ngomel soal uang, gak ada tekanan. Cuma ada tawa, kehangatan, dan kebahagiaan sederhana.
Rio ambil ponselnya lagi, kali ini buat foto mereka bertiga, dia pake mode timer.
"Ayo, foto bareng!" ajak Rio.
Kenzie langsung excited, Kiara sedikit malu-malu tapi ikut senyum.
CEKREK.
Foto tersimpan, Rio langsung cek hasilnya.
Di foto itu, Kenzie duduk di tengah dengan senyum lebar, lobster besar di depannya. Di kiri-kanan ada Rio dan Kiara, keduanya senyum.
Kayak keluarga kecil yang bahagia.
Rio menatap foto itu agak lama. Ada perasaan aneh yang muncul di dadanya, hangat, tapi juga sedikit... rumit.
Dia langsung geleng-geleng kecil, buang pikiran aneh itu.
'Udahlah, yang penting sekarang Kenzie bahagia, itu aja cukup,' pikir Rio sambil taruh ponselnya.
"Papa, kenapa melamun? Ayo makan!" seru Kenzie sambil tarik lengan baju Rio.
Rio langsung balik fokus, senyum lebar. "Iya sayang, Papa makan sekarang."
Makan siang hari itu jadi salah satu momen paling bahagia yang Rio rasain sejak lama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...