NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku, Ibu

Jangan Salahkan Aku, Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Bullying dan Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Widhi Labonee

kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong tutupi mataku ya

Semua berbaris rapi masuk ke dalam gedung bioskop, sesuai dengan nomor duduk yang tertera di tiket, maka Tiwi mendapatkan tempat di pinggir dekat tembok dan di sebelahnya duduk Imran, cowok yang memiliki lesung pipi dan senyuman manis itu.

“Hei, kita duduknya berdekatan ternyata, heheheheh,” ujarnya dengan canggung.

Tiwi hanya menoleh dan memberinya senyum kecil.

Ternyata cerita filmnya ada adegan berc**man yang membuat Tiwi merasa risih. Maka dengan polosnya dia berkata pada Imran,

“Tolong tutupi mataku ya jika ada adegan yang… karena usiaku masih terlalu kecil untuk melihatnya. Aku nggak mau berdosa..”

Imran yang kaget mendengar perkataan Tiwi itu pun bertanya,

“ Lho, memangnya berapa umurmu sekarang?”

“Belum empat belas tahun aku…” jawab Tiwi pelan.

“Hah?” Imran pun melongo…

Akhirnya setiap ada adegan itu otomatis tangan Imran menutupi mata Tiwi, yang dengan patuh ikut memejamkan matanya itu.

Imran sebenarnya sangat grogi karena ini baru pertama kalinya dia menyentuh wajah seorang perempuan. Tiwi dapat merasakan betapa dinginnya telapak tangan cowok yang duduk disebelahnya ini. Tapi dasar sifat usilnya memang sudah mendarah daging, maka dia pun menggoda dengan mencoba memegang tangan Imran. Cowok itu kaget setengah mati.

“E’ehh…. “ Imran menjadi gugup.

Dalam keremangan cahaya, Tiwi saat melihat wajah Imran yang merona dan salah tingkah itu. Dan Tiwi suka, karena pemuda itu jadi tampak lucu dan menggemaskan. 

Sampai film selesai diputar dan mereka semua sudah berada diluar gedung film rona merah diwajah Imran masih ada.

“Kalian berani pulang sendiri-sendiri?” Tanya pak Huda sang wali kelas.

“Berani Paaakk…” jawab semua nya.

“Nggak ada yang jauh kok pak, kost kami dekat sini saja,”jawab Reny yang ternyata rumahnya satu desa dengan Tiwi itu.

“Oh, baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan ya. Sampai jumpa hari Senin depan!”ujar pak Huda setengah berseru.

“Siyap Paaakk…” jawab semua serempak.

Dan pada akhirnya mereka pun bubar menuju rumah atau kost masing-masing. Termasuk Tiwi yang berjalan sendirian. Dia pikir Imran akan mengantarkan dirinya. Tetapi rupanya cowok itu hanya memandangnya sambil bersandar di tembok toko yang sudah tutup.

‘Ah, aku yang terlalu berharap lebih rupanya ..’ batin Tiwi kecewa.

Sementara itu Imran sendiri hanya bisa membatin lirih,’ aku takut Tiwi marah, karena aku sempat memegang pipinya yang halus itu tadi…kalau aku antar dia pulang ke kostnya, apa dia tidak akan memarahi ku ya?’

Dengan wajah sendu, Imran hanya mampu bersandar di dinding toko dengan menumpukan satu kakinya ke tembok itu dan memandangi kepergian gadis yang sudah mencuri hatinya itu.

—-----------

Hari Minggu ini Tiwi tidak pulang ke rumahnya, dia baru saja menyelesaikan mencuci baju kotornya dan menjemur di halaman belakang.

Dia teman satu kosnya yang juga satu desa dengannya sudah pulang dari kemarin. Tinggal dia dan Umi yang ada rumah kos ini.

“Wi! Kamu nggak repot kah?” Tanya mbak Umay, anak sang pemilik kos yang memiliki kios persewaan buku komik dan novel yang terletak di bagian depan rumah ini.

“Ya Mbak? Nggak, aku lagi nggak repot. Ada yang bisa aku bantu Mbak?” Tanya Tiwi menawarkan diri.

Umay tersenyum kecil lalu melambaikan tangan pada Tiwi agar mendekat ke arahnya.

“Kamu bisa bantu aku jaga kios kah? Aku ada perlu ke kota bersama Ibuku. Tapi kalau kios ini ditutup sayang, biasanya hari Minggu begini banyak yang akan menyewa buku novel atau komik,lumayan kan buat nambah penghasilan,” kata Umay ramah.

“Oh, iya Mbak, aku saja yang jagain kios itu. Ajari bagaimana jika ada penyewa atau yang mengembalikan buku. Lalu berapa tarifnya, biar aku layani mereka,”ujar Tiwi dengan gembira.

Umay pun mengajak Tiwi masuk ke kios yang berisi banyak buku, novel dan komik serta majalah itu. Dia pun mengajari Tiwi cara melayani pelanggan. Setelah dirasa Tiwi mampu, maka Umay pun menyerahkan kunci kios, dia berpesan, jika Tiwi capek, tutup saja kiosnya dan kunci dengan rapat. Gadis itu pun menyanggupinya.

Dan disinilah sekarang, Tiwi duduk manis di dalam kios, dia memanfaatkan dengan membaca novel atau buku cerita silat kegemaran nya. Inilah surga bagi Tiwi yang punya hobi membaca itu. Jika yang lainnya punya kegemaran jalan-jalan atau ngerumpi maka Tiwi paling suka membaca buku atau menulis cerita. 

“Hei!! Aku cari kemana-mana ternyata Kamu disini Wi! Kok malah Kamu yang jaga kios Wi? Mbak Umay kemana?” Tanya Umi dengan mulut mengunyah kerupuk.Tiwi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan teman sekamarnya ini. Dia akan berhenti mengunyah jika sedang tidur saja. Pantesan badannya bulat kaya bola voli, hihihihi….

“Mbak Umay lagi pergi sama Ibunya. Dan aku dimintai tolong untuk menjaga kios ini, karena sayang jika hari Minggu begini biasanya ramai pelanggan.” Jawab Tiwi.

“Aku ikutan masuk ya,” tanpa menunggu jawaban Umi langsung masuk dan duduk disampingnya.

“Percuma minta ijin, wong belum dijawab kamunya sudah nyelonong masuk duluan Mi!” Gerutu Tiwi yang dijawab dengan tertawa oleh yang bersangkutan.

“Hehehehe.. kelamaan nunggu kamu jawab Wi,” kata Umi sembari memilih buku yang akan dia baca.

Tiwi hanya bisa menghela nafas panjang. Tiba-tiba ada dua orang pelanggan yang akan mengembalikan buku pinjamannya, kemudian ingin meminjam lagi buku baru. Dengan sabar dan telaten Tiwi melayaninya, mencatat dan menerima bayaran dan menyimpan di laci kalau menguncinya lagi.

Umi hanya memperhatikan semua yang dilakukan oleh teman sekamarnya itu. Suatu saat jika dia yang dimintai tolong oleh mbak Umay, maka dia sudah bisa melakukannya seperti Tiwi.

“Nanti malam kita masak apa Wi?” Tanya Umi memecah keheningan diantara keduanya.

“Aku belum kepikiran Mi. Kalau malas aku akan beli Ind*mie sajalah…” jawab Tiwi enteng.

“Dih, jangan kebanyakan makan mie instan Wi, bahaya. Nanti sakit loh,” kata gadis endhut itu, sembari mengeluarkan sebungkus kacang dari saku bajunya. Lalu melanjutkan mengunyah lagi.

“Hadeh, anak kos tuh ya gitu itu Mi, paling sering ya makan mie instan. Apalagi kalau lagi malas masak kayak aku gini. Bodo amat lah. Berdoa ajah ususku kuat dan bersikap nriman dengan apa yang aku masukkan ke mulutku nanti. Nggak usah rewel. Kalau nggak, ntar aku suruh masak sendiri loh dia..” ujar Tiwi sambil meneruskan membaca cerita silat Kho Ping H* yang memang sangat dia sukai itu.

Umi tertawa ngakak mendengar perkataan Tiwi yang diucapkan dengan nada datar itu. Sampai air mata nya keluar saking senangnya.

“Kamu ngapain sih Mi? Ketawa kok sampek nangis gitu?” Tanya Tiwi heran.

“Habis kamu bikin aku membayangkan jika ususku menanak nasi dan menggoreng tempe, trus di terpeleset masuk ke wajan kan malah jadi usus goreng Wi.. hahahahahaha…” semakin keraslah Umi tertawa.

Tiwi yang semula memasang wajah datar, akhirnya ikutan tertawa gara-gara imajinasi Umi yang terlalu jauh itu.

Tetapi biarpun teman sekamarnya ini aneh, Tiwi sangat mensyukurinya, karena bisa menghilangkan stress di kepalanya dengan celetukan, tingkah polah nya yang absurd dan juga niatnya meniru apapun yang Tiwi lakukan.

—---------

Pagi ini sesudah upacara bendera di lapangan, semua masuk kedalam kelas masing-masing. Tak terkecuali kelas Tiwi. Dengan santai gadis berkepang dua itu melangkah masuk kedalam kelas Dan hendak duduk di bangkunya yang ada di depan itu.

Dilihatnya Imran yang berdiri di luar kelas dan sedang memandang ke arahnya. Ada tatapan yang tak biasa dimata pemuda pemilik senyuman termanis sesudah mas Rudy yang ditujukan padanya. Tiwi jadi salah tingkah sendiri. Dalam hati dia berharap jika Imran akan menyapanya, mengajak bicara atau bergurau karena dia merasa sudah akrab sejak peristiwa di dalam gedung bioskop lalu.

Tetapi yang ada adalah Imran yang selalu menunduk jika bertemu pandang dengannya, hanya seulas senyum yang diberikan pada Tiwi. Hanya Imran menjadi sering mencuri pandang padanya seperti saat ini. Kalaupun mereka kebetulan berpapasan maka dia hanya akan mengucapkan satu kata ‘Wi !’

Sudah. Setelahnya tidak ada lanjutan sama sekali. Sampai Tiwi pun merasa heran. Berbeda jika kepada teman perempuan satu kelas yang lain, Imran akan lepas tertawa dan bergurau, bahkan tak jarang dilihatnya Imran ikut berkumpul dengan teman-teman nya dibelakang Tiwi. Sikapnya sangat ramah dan hangat. Hanya padanya saja Imran bersikap sangat canggung. Membuat Tiwi menjadi bertanya-tanya, apakah ada yang salah dengan kata atau sikapnya? Ataukah karena dia yang usil dan lancang memegang tangan Imran lalu itu dia jadi marah dan tidak enak hati? Berbagai pertanyaan membuat pikiran Tiwi berisik. Hingga suatu hari dia mendengar jika ternyata Imran sudah memiliki pacar teman sekelasnya yang bernama Lili. Hal yang membuat Tiwi begitu terkejut. Dn bisa mengambil kesimpulan atas semua sikap aneh yang ditunjukkan Imran padanya. Maka sejak saat itulah dia mulai membuat jarak yang tak kasat mata, dia tidak mau jika nanti akan dilabrak seperti saat Iis memakinya di tepi jalan lalu.

Traumanya atas kejadian itu membuatnya menjadi semakin menjauhi Imran dan memendam setitik rasa yang sebenarnya mulai menguncup dihatinya. Tapi demi kedamaian semuanya, kuncup itu akan dia biarkan kayu sendiri bahkan mati …..

***********

1
Widhi Labonee
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!