NovelToon NovelToon
Diagnosa Cinta Istriku

Diagnosa Cinta Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Identitas Tersembunyi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cchocomoy

Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.

Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.

Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.

Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?

Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?

Atau mereka mengakhiri pernikahannya?

Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran Penyakit Raksa

Ardhan menjadi kesal karena sejak tadi ia memanggil Raksa, tapi tidak ada sahutan sama sekali.

“Raksa!!” Ardhan menarik tangan Raksa agar melihat dirinya.

“Siapa yang kamu cari? Kita bisa membantu asalkan kamu mengatakannya!”

“Anin… dia pergi gitu! Aku sedang mencarinya!”

“Anin? Anin siapa yang kamu cari? Istri kamu atau doktermu?” tanya Ardhan. Pasalnya, Ardhan tau jika nama istri Raksa sama dengan dokter yang akan merawatnya.

“Dia orang yang sama,” lirihnya yang masih melihat sekitar.

“Apa?!” Ardhan sangat terkejut mendengarnya. Begitu juga dengan Meira, meskipun ia tidak tau secara detail. Tapi ia tau garis besarnya.

“Sebuah takdir yang unik,” gumam Meira.

Raksa langsung pergi begitu saja, tanpa menghiraukan Ardhan dan juga Meira yang mencoba membaca situasinya.

“Apa yang akan kita lakukan? Apa perlu kita susul?” tanya Meira yang melihat Raksa sudah berjalan cukup jauh.

“Kita susulin aja, aku takut jika Raksa melakukan hal yang tidak-tidak.” Meira mengangguk setuju, lalu mengikuti kemana Ardhan menariknya pergi.

Tok

Tok

Tok

“Masuk!” Suara tegas Bima terdengar di telinga Anin.

Anin memuka pintu ruangan Bima. “Dokter Bima.”

“Dokter Anin!” Bima langsung berdiri saat melihat kedatangan Anin.

“Apa kita bisa bicara? Tapi jika dokter Bima sedang sibuk, saya bisa menunggu,” ucap Anin dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

“Ti-tidak. Silahkan duduk.” Bima mempersilahkan Anin untuk duduk.

Anin mengangguk, ia duduk di depan Bima dengan laporan yang sudah diletakkan diatas meja.

“Jadi? Apa yang bisa saya bantu, dok?” tanya Bima.

“Saya sudah pelajari laporan yang sesuai dengan diagnosa awal Raksa. Seperti prediksi saya sebelumnya, jika Raksa tidak mengidap penyakit itu. Saya menduga jika pencernaannya sensitif, hingga Raksa akan mengalami alergi jika ada zat yang tidak bisa diterima di pencernaan Raksa,” jelas Anin.

Bima mendengarkan seksama apa yang dijelaskan oleh Anin saat ini. Semua yang dikatakan bisa saja terjadi.

Buktinya pernah beberapa kali dirinya ataupun Ardhan bersentuhan dengan Raksa, tidak ada reaksi apapun.

Selain itu, saat mereka bertiga sedang berkumpul, tentunya dengan banyak makanan. Saat itu, Raksa mengalami ruam dan bintik merah.

Sekarang Bima mengerti setelah mendengar prediksi Anin. Ia membenarkan jika pencernaan Raksa sensitif. Hanya saja ia tidak tau apa yang menyebabkan alergi yang dialami Raksa.

“Saya paham, sepertinya Raksa memiliki permasalahan dalam pencernaannya. Tapi kita tidak tau makanan apa yang menyebabkannya dia mengalami itu.”

“Itulah kenapa saya minta dokter Bima untuk melihat hasilnya. Dengan hasil lab ini, kita bisa tau kandungan apa yang tidak bisa masuk ke dalam tubuh Raksa.” Anin memberikan laporannya pada Bima.

“Ruam yang terjadi pada Raksa bisa separah itu karena kulitnya juga sensitif. Jadi, semua orang mengira jika penyakit Raksa sangat parah. Nyatanya tidak sama sekali, untuk kulit sensitifnya saya akan buatkan obat ataupun pelembab, tentunya dengan kandungan yang sudah disesuaikan,” jelas Anin.

Bima mengangguk, ia mulai memahami hasil pemeriksaan Raksa. Matanya melotot saat mengetahui sesuatu.

“Apa ada masalah serius?” tanya Anin yang melihat perubahan raut wajah Bima.

“Pantas saja ruam dan bintik merah Raksa selalu bermunculan setiap saat. Raksa tidak bisa mengonsumsi makanan yang mengandung monosodium glutamate dan histamin tinggi. Mulai sekarang makanan Raksa harus benar-benar dijaga. Yang paling penting, Raksa tidak bisa mengonsumsi minuman fermentasi.”

“Kenapa? Apa reaksinya sangat cepat?”

“Benar, reaksinya begitu cepat. Saya baru ingat, setiap kali Raksa meminum anggur merah dan sebagainya, detik itu juga ruamnya langsung muncul. Intinya, Raksa tidak bisa mengonsumsi dua kandungan itu,” jelasnya.

“Untuk kandungan MSG, sepertinya bisa dilakukan. Tapi untuk histamin? Saya tidak yakin jika semua jenis makanan itu bisa dihindari. Apa tidak ada solusi untuk ini?” tanya Anin.

“Mungkin jika sayuran alami bisa dikonsumsi, tapi hanya sedikit. Selain itu, tidak bisa. Apalagi makanan olahan, seperti sosis, keju dan lainnya. Jika memungkinkan, dokter Anin bisa memastikan makanan itu bisa diolah sendiri menggunakan bahan yang aman,” saran Bima.

Anin mengangguk paham, mungkin untuk mengatur makanan Raksa saat di rumah akan mudah. Tapi saat Raksa di luar, sudah pasti Anin tidak akan tau. Satu-satunya cara membawakan Raksa bekal dari rumah.

Wajah Anin terlihat sangat pusing, bagaimana caranya ia menyampaikannya pada Raksa. Saat ini ia masih enggan untuk bertemu dengan Raksa, apalagi untuk bicara panjang lebar.

“Dok, apa saya bisa minta bantuan anda?” tanya Anin

“Apa yang bisa saya bantu? Jika dokter Anin meminta saya untuk mengatakan semua ini pada Raksa akan percuma saja. Dia tidak akan mendengarkan saya, bisa saja Raksa justru akan memakannya secara sadar untuk mencari perhatian dokter Anin,” ujar Bima yang membuat wajah Anin menjadi datar.

“Lalu, apa yang bisa saya lakukan? Jika saya bicara dengannya, ada kemungkinan Raksa juga tidak akan mendengarkan saya, bisa saja dia melakukan seperti yang dokter Bima katakan tadi.”

Anin memijat pangkal hidungnya, semua terasa berat untuk saat ini. Ia sangat bingung bagaimana caranya agar Raksa bisa menghindari semua pantangannya.

“Saya tau caranya, itupun jika dokter Anin setuju untuk melakukannya. Saya yakin ini cara yang paling ampuh agar Raksa mau menurutinya.”

“Apa?” Anin melihat Bima, menunggu apa solusi yang akan dikatakan oleh Bima padanya.

“Dokter Anin bisa memanfaatkan situasi saat ini. Caranya memang salah, tapi ini untuk kebaikan Raksa sendiri,” usulnya.

“Memanfaatkan situasi?” tanya Anin yang belum mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Bima.

Bima tersenyum tipis. “Benar, saat ini Raksa berusaha untuk mendapatkan maaf dan kesempatan. Jika dokter Anin mau memberikan kesempatan itu, Raksa pasti akan menurutinya. Tidak perlu diputuskan saat ini, dokter Anin bisa memikirkannya lebih dahulu. Saran saya jangan terlalu lama, kita tidak tau apa yang dilakukan Raksa.”

“Saya hanya mengkhawatirkan satu hal, semoga saja Raksa tidak pergi ke bar ataupun club untuk minum. Karena itu pantangan terbesarnya. Semakin sering alergi yang dialami Raksa, itu bisa membuat kesehatannya semakin memburuk. Tidak perlu saya jelaskan dokter Anin pasti sudah tau kemungkinan terburuknya,” sambungnya.

Anin menelan salivanya susah payah, membayangkan bagaimana reaksi Raksa saat ia mengikuti saran Bima. Tapi tidak ada pilihan lain, untuk saat ini kesehatan Raksa menjadi prioritasnya.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Raksa akan memperlakukanku. Untuk hari ini saja sudah membuatku kesal, batin Anin pasrah.

“Bagaimana? Apa dokter Anin memiliki keputusan? Mungkin malam ini bisa dokter pikirkan. Bisa saja, dokter Anin menemukan solusi yang pas untuk masalah ini.”

Anin menghela nafasnya, “Sepertinya saya tidak ada pilihan lain. Untuk saat ini, kesehatan Raksa menjadi prioritas saya. Kalau begitu apa dokter Bima bisa membantu saya?”

“Katakan saja, dengan senang hati saya akan membantu.”

“Hubungi Raksa untuk datang di gedung paling belakang rumah sakit ini. Saya akan tunggu di bawah pohon besar.”

“Baiklah, akan saya sampaikan pada Raksa.”

1
partini
dihhh laki laki ko ngiri nanyakn perempuan dihhhh anehhh
partini
wkwkkwk lima tahun di tahan ya meledak,,aihhh ga boleh lama" yah dosa loh nolak 😂😂
partini
lah malah di suruh menjauh kemarin minta cerai gara" ga di sentuh
partini
hayo 5 tahun loh dr cuekin
partini
dah di persilahkan Kokop mengkokop 😂
partini
👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
bagaimana Rekasi mereka berdua biak bertemu dokter dan pasien pasti seru
partini
penyakit kulit Ampe segitunya penyakit kulit apa Thor
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,
partini
ruwet sekali
partini
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!