Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Andai kamu tahu, Rea. Akulah orang yang paling jahat sama kamu. Dress mahal itu tak berarti apa-apa dibanding kata maaf dari kamu andaikan kamu tau apa yang sudah aku lakukan." batin Kanaya, ia memaksakan senyum dengan raut wajah bersalah.
Kanaya merasa bersalah, ia dengan sengaja menyebarkan rumor tentang Rea. Membungkam Rara dan temannya dengan segepok uang dengan harapan Rea akan menyalahkan Danis dan semakin membenci laki-laki itu.
"Re, menurutmu aku ini jahatkah?" tanya Kanaya tiba-tiba saat ia selesai mengajak Rea makan siang di rumahnya.
"Hah? jahat, jahat versi gimana?" tanya Rea dengan kening mengkerut.
"Kau masih mencintai Danis?" tanya Kanaya membuat Rea diam seketika.
Cinta? Bukankah cinta bisa berubah seiring waktu? Cinta dia ke Danis bahkan habis terkikis oleh kebencian yang mendalam. Sebab, karena Danis lah di usianya yang baru 21 tahun ia sudah tidak perawan.
Meski bukan Danis yang melakukannya, akan tetapi itu semua berawal dari laki-laki itu yang menjebaknya.
"Kay, aku dan Danis udah putus. Lagian, aku ngerasa udah nggak cocok sama dia." Rea pikir, bukan hal yang pantas menceritakan masalahnya dengan Danis pada Kanaya, Rea tak ingin hal itu semakin melebar. Amel dan Amy bisa bungkam, akan tetapi entah dengan Kanaya. Rea masih ragu, meskipun Kanaya sangat royal padanya.
"Kay, aku mau pulang ya. Ini serius buat aku, kamu tahu kan aku nggak bisa terima barang mahal kayak gini apalagi cuma-cuma?" tanya Rea ragu-ragu.
"Iya, Rea sayang itu buat kamu."
"Oh oke."
Awalnya Kanaya memaksa mengantar, akan tetapi Rea bersikukuh menolak.
"Kay, kamu itu sebenernya baik. Tapi, makin kesini aku makin nggak mau terlalu dibaikin sama kamu." gumam Rea menatap pagar rumah Kanaya. Ia kemudian melihat ponselnya untuk memesan taksi online, sambil menunggu ia menatap ke sekeliling dan matanya tanpa sengaja menangkap motor Danis terparkir depan rumah, samping rumahnya Kanaya.
"Kamu sendirian?" tanya Rea.
"Tentu saja tidak! Ada pak satpam, bibi, sama tukang kebun. Ada saudara mamaku juga, tapi rumahnya sebelahan." jelas Kanaya.
Tiba-tiba perkataan Kanaya tadi terlintas di kepala membuat Rea menyambungkannya satu persatu agar menjadi kesimpulan.
"Danis saudaranya Kanaya?" Rea mengatupkan mulutnya tak percaya, disaat seperti itu taksi pesanannya datang dan ia buru-buru masuk.
Deg!
Saat melintas, ia benar-benar melihat Danis disana. Di balik gerbang yang tak terlalu tinggi itu, belum lagi wanita paruh baya yang bersama Danis berada disana membuat Rea semakin yakin bahwa saudara mama yang dimaksud Kanaya kemungkinan besar adalah Danis.
"Maksud dia baik-baikin aku apa? pengen aku balikan sama Danis? atau Danis manfaatin Kanaya buat bujuk aku?" gumam Rea dalam lamunannya.
Sepanjang jalan, Rea terus memikirkan alasan Kanaya. Ia melirik dalam paperbag pemberian Kanaya tadi kemudian menghela napas pelan.
"Entah, aku merasa ada hal yang membuatku ragu dekat sama kamu. Apa maksud semua ini, apa Danis memintamu membujukku?" gumam Rea.
Tanpa sadar, taksinya turun tepat di depan kosnya.
"Rea, kenapa baru pulang?" tanya Revan yang sudah menunggunya di depan kamar kos, tampak Amy dan Amel juga berada disana.
"Mas Revan."
"Iya, ayo ikut Mas." pinta Revan membuat Rea mengerutkan kening.
"Kemana?" tanya Rea.
"Dinner, kamu mandilah lebih dulu," ujar Revan.
"Mas, ini masih jam empat loh, kamu ngajak dinner bukan karena nggak lagi sakit kan?" cibir Rea.
"Nggak lah, aku emang ada banyak perlu buat diomongin sama adik kesayanganku ini." Revan mengacak-acak rambut Rea.
"Hm, enak banget ya punya abang." gumam Amel.
"Ck! Kamu itu kebiasaan. Dari kemarin mupengin Rea mulu, bilang aja enak bener jadi Rea." bisik Amy.
"Iya kok kamu tahu, enak bener ya jadi Rea." bisik Amel yang mendapat cubitan dari Amy.
"Bisa diem nggak?"
***
Rea selesai mandi dan memilih gaun mana yang cocok untuk dikenakan sementara Revan masih menunggu di luar berharap adiknya bisa sedikit lebih cepat.
"Mas, udah ayo." Rea keluar dengan wajah yang sudah cantik. Gaun putih selutut bermotif polkadot membuat Rea semakin cantik di mata siapapun, termasuk Devan yang diam-diam memperhatikannya dari depan kamar kos.
"Oke tuan putri, adik aku emang cantiknya bukan maen." puji Revan.
"Mas Re nih, jangan suka gombalin Rea kenapa? kalau ada yang denger ntar dikira Mas Revan pacar Rea." gerutu Rea menampilkan wajah cemberutnya.
"Ya bagus dong, biar nggak ada yang macem-macem sama kamu. Kamu kan adikku satu-satunya, kalau mau ya harus bujuk dulu kakaknya."
"Jadi ngebayangin Mas Bara bujuk Mas Revan, drama banget nggak sih." batin Rea, dalam hati ia hanya bisa berharap yang terbaik. Perihal Mas Bara, biarkan dia berjuang dengan caranya sendiri karena Rea juga tak mau berharap banyak pada laki-laki itu. Lebih tepatnya, Rea lebih menahan diri agar tidak berharap pada manusia, karena pada dasarnya manusia tempatnya kecewa sebaik apapun sifatnya.
"Kok diem?" tanya Revan, seraya membukakan pintu mobilnya.
"Nggak, lagi mikir sesuatu aja."
"Mikirin Bara?" tebak Revan. Rea hanya diam dan enggan menjawab pertanyaan kakaknya.
Bahkan di dalam mobil Rea masih diam, entah semakin sulit baginya mempercayai seseorang bahkan itu kakaknya sendiri.
"Bagimana kabar, Mba Najira?" tanya Rea membuat Revan yang melajukan mobil dengan kencang seketika memelan.
"Nanti kamu akan tahu," ucap Revan.
Mobil berhenti tepat di depan butik milik Najira, Revan segera turun akan tetapi ia meminta Rea menunggu di mobil.
Tak berselang lama Revan kembali bersama sosok cantik di sisinya dan itu adalah Najira.
"Aku akan pindah ke belakang," ucap Rea menyadari situasi.
"Tidak usah Re, biar aku yang dibelakang," ucap Najira dengan suara lembut dan bibir tersenyum. Rea dibuat mematung karena sosoknya, bukankah Najira definisi wanita sempurna? Lantas, kenapa ia harus meninggalkan laki-laki sebaik Bara karena kakaknya?
Mobil kembali melaju, dan Rea terdiam dengan mata memperhatikan Najira dari balik kaca spion mobil.
"Honey, mau denger lagu?" tawar Revan.
"Hm, boleh."
Revan kemudian memutar lagu yang membuat Rea semakin mematung.
I see your monsters I see your pain
Tell me your problems I’ll chase them away
I’ll be your lighthouse
I’ll make it okay
When I see your monsters
I’ll stand there so brave
And chase them all away
In the dark we we
We stand apart we we
Never see that the things that we need are staring right at us
You just want to hide hide hide
Hide never show your smile smile
Stand alone when you need someone it’s the hardest thing of all
That you see are the bad bad bad
Bad memories take your time and you’ll find me.
Aku melihat monstermu, aku melihat rasa sakitmu
Katakan padaku masalahmu, aku akan mengusir mereka
Aku akan menjadi mercusuarmu
Aku akan membuatnya baik-baik saja
Ketika aku melihat monstermu
Aku akan berdiri di sana dengan sangat berani
Dan kejar mereka semua.
Dalam gelap
Kita berdiri terpisah
Jangan pernah melihat bahwa hal-hal yang kita butuhkan menatap kita
Kau hanya ingin menyembunyikan
Sembunyi tidak pernah menunjukkan senyuman senyummu
Berdiri sendiri ketika kau membutuhkan seseorang itu adalah hal yang paling sulit dari semuanya
Yang kau lihat adalah yang buruk buruk
Kenangan buruk meluangkan waktumu dan kau akan menemukanku.
( Katie sky - Monsters )
***
"Rea, kami berencana akan segera menikah. Bagaimana menurutmu?" tanya Revan begitu sampai di restorant tempat mereka dinner.
Rea sama sekali tak terkejut.
"Iya, Rea. Aku harap, kamu nggak keberatan." Kini Najira bersuara dan Rea masih diam mengamati mereka bergantian.
"Aku tidak, bukankah dalam hal ini kalian yang menjalani?" tanya Rea. Revan dan Najira saling pandang kemudian mengangguk.
"Tapi, satu hal. Aku tidak tahu alasan Mba Najira mengkhianati Mas Bara, aku harap hal itu tak akan pernah terjadi di pernikahan kalian nantinya."
"Tidak akan, Rea." jawab Najira dengan yakin.
"Kamu bisa mempercayaiku kali ini, dan untuk apapun masalahku dengan Mas Bara. Pernikahan kami bukan berlandaskan cinta," ucap Najira.
"Bukan? lantas bagaimana dua orang bisa menjalani hubungan tanpa dasar cinta?"
"Rea cukup! Kamu nggak perlu mengungkit apapun masalalu Najira." tekan Revan.
"Aku hanya bertanya. Mas Bara orang yang baik, lebih dari itu dia sangat sempurna, jika orang seperti Mas Bara tidak bisa menahanmu untuk tidak berkhianat, bagaimana dengan kakakku yang biasa-biasa saja ini?" Rea memajukan wajahnya, menatap lekat ke arah Najira.
"Rea udah. Mas ngajak kamu kesini bukan untuk berdebat!"
"Jika menurutmu begitu, aku minta maaf. Aku memang bukan wanita baik, Rea! Dan masalah Mas Bara, kamu perlu tahu satu hal. Baik menurutmu belum tentu baik untuk orang lain, begitupun sebaliknya. Kamu tidak bisa menilai sesuatu dari sudut pandangmu saja. Aku dan Mas Bara baik, tapi dia bukan yang terbaik buatku." jelas Najira.
Rea seketika teringat akan Kanaya, apa yang dikatakan Najira memang benar. Mungkin, ia harus lebih bisa meluaskan pikiran.
"Jalani apa yang kalian yakini, sama halnya sepertiku. Aku merestui kalian bersama, tapi bagaimana dengan Mas Bara? apa Mas Revan setuju jika aku dengannya?" tanya Rea menatap kakaknya lekat-lekat.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..