NovelToon NovelToon
Aplikasi Penghubung Dunia

Aplikasi Penghubung Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak

Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.

Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22 Lily, sang Jenius

Namun pemandangan berikutnya membuatnya hampir tersedak tawa.

Di teras depan, Lily duduk di kursi panjang besar, satu kakinya terangkat dengan gaya seenaknya. Di tangannya ada setumpuk uang kertas, dan dengan wajah serius ia menghitung satu per satu sambil menjilat ujung jarinya.

Di hadapannya, para pekerja bangunan yang bertubuh kekar justru berlutut dengan wajah penuh harap, seperti ksatria yang menanti hadiah dari sang raja.

“Baiklah!” seru Lily dengan suara lantang. “Kau sudah bekerja dengan baik, ini upahmu!”

Ia menyodorkan beberapa lembar uang, lalu menatap si pekerja dengan tatapan mengintimidasi.

“Tapi ingat! Jangan kau habiskan uang ini untuk berjudi di warung belakang! Jangan pula kau pakai untuk beli minuman keras! Istrimu di rumah sudah menunggu. Pulang, bawa uang ini, dan belikan daging untuk anak-anakmu, mengerti?!”

Pekerja itu, yang tubuhnya tiga kali lebih besar dari Lily, hanya bisa menunduk patuh. “M-mengerti, Tuan Putri… eh, maksud saya, Nona Lily.”

“Bagus!” Lily menepuk dadanya dengan bangga. “Pergilah, ksatria! Kau sudah berjasa membangun istana ini!”

Si pekerja pamit dengan wajah antara lega dan geli.

Pekerja berikutnya maju, lagi-lagi berlutut. Lily mengangkat tangannya dengan dramatis.

“Dan kau! Jangan coba-coba pakai uang ini untuk main sabung ayam! Itu dosa besar! Kalau aku dengar kau melanggar… aku akan mencabut gelarmu sebagai ‘tukang paku terhebat’ di wilayah ini!”

Arzhel yang berdiri di pinggir jalan hanya bisa mengusap wajahnya.

“Gelarnya bahkan kau yang bikin sendiri...”

Lily kembali membagikan uang dengan gaya seperti kaisar menyalurkan emas. Setelah semua pekerja menerima bagiannya masing-masing, ia berdiri, mengangkat uang terakhir tinggi-tinggi.

“Dengar baik-baik! Uang adalah pedang bermata dua! Jika kau gunakan dengan benar, kau akan hidup bahagia! Tapi jika salah gunakan… hidupmu akan berakhir tragis! Maka, bijaklah dalam mengelola uang!”

Para pekerja kompak mengangguk, bahkan ada yang bersorak kecil, “Hidup Nona Lily!”

Arzhel akhirnya melangkah maju, menyandarkan tubuhnya di pilar rumah sambil menatap Lily yang masih berlagak.

“Ck, dasar bocah.” Ia tersenyum pahit, lalu bergumam cukup keras agar Lily mendengarnya.

“Asal kau tahu… uang yang kau bagi-bagikan dengan bangga itu juga hasil judi.”

Lily yang tengah mengangkat dagu tinggi langsung terdiam. Bibirnya bergetar, lalu ia menoleh ke Arzhel dengan wajah kaget campur malu.

“A-a-apa?! Jadi… semua wejangan bijakku barusan… sia-sia?!”

Arzhel hanya terkekeh kecil, matanya menyipit penuh lelucon getir.

“Tidak juga. Kadang, orang yang paling banyak beromong kosong justru bisa membuat orang lain jalan lurus. Itu salah satu ironinya.”

Para pekerja saling pandang, lalu tertawa kecil, sementara Lily merona merah dan mengibaskan tangannya.

“Pokoknya… omongan tadi tetap berlaku! Jangan berjudi! Kalau ada yang berani melanggar, aku sendiri yang akan… eh… mengomelimu setiap hari!”

Arzhel hanya menggeleng sambil melangkah masuk ke mansion barunya. Namun, entah kenapa, hatinya sedikit lebih ringan melihat tingkah bocah kecil itu—yang tanpa sadar membuat rumah ini bukan hanya indah, tapi juga penuh kehidupan.

Arzhel melangkah masuk melewati pintu utama, dan begitu menjejakkan kaki ke dalam, ia terdiam.

Rumah yang sebelumnya suram kini berubah drastis. Lorong utama dipenuhi cahaya hangat dari lampu gantung kristal, dindingnya dicat putih bersih dengan aksen emas tipis.

Karpet merah tua terbentang dari pintu masuk hingga ke tangga besar bercabang dua di ujung ruangan, membuatnya benar-benar seperti masuk ke mansion bangsawan.

“Selamat datang di istana barumu, Bos Besar~!” seru Lily sambil membentangkan tangannya, ekspresi centilnya membuatnya tampak seperti pemandu rumah mewah.

Arzhel mengangkat alis, bibirnya melengkung tipis. “Bos besar, huh? Hm, sepertinya aku mulai terbiasa dipanggil begitu.”

Lily terkekeh, lalu menepuk tangannya dua kali. Tep! Tep!

Sekejap, lampu gantung kristal di atas kepala menyala terang benderang.

Arzhel mendongak, matanya melebar. “Hoh… lampu otomatis?”

“Benar sekali, Bos Besar!” Lily menjentikkan jarinya penuh gaya. “Satu tepukan untuk menyala, dua tepukan untuk mati, tiga tepukan untuk… eh, jangan dicoba. Itu buat mode pesta, nanti lampunya kedap-kedip kayak diskotik.”

Arzhel menahan tawa. “Mode pesta, katanya…”

Lily berlari kecil ke samping ruangan dan mengangkat sebuah remote tipis. Ia menekan tombol, dan tirai panjang yang menutup jendela besar perlahan bergerak, membuka sempurna hingga cahaya halaman masuk menerangi ruangan.

“Ta-daaa! Dengan sekali klik, dunia langsung terbuka untukmu, Bos Besar!” katanya sambil menoleh, matanya berbinar penuh kebanggaan.

Arzhel melipat tangan di dada, senyumnya makin lebar. “Aku harus akui… ini jauh di luar ekspektasiku.”

Lily belum selesai. Ia menarik tangan Arzhel, membawanya ke ruang tamu luas yang penuh sofa empuk. Di salah satu sudut ada perapian modern, sementara di dinding seberang terpasang layar besar.

“Lihat ini, Bos! Dengan satu sentuhan, kau bisa menghidupkan perapian tanpa perlu kayu. Hangat dan romantis, cocok buat—” Lily terdiam, lalu mengedipkan mata nakal. “—kencan.”

Arzhel langsung menepuk kening. “Dasar bocah, kencan apaan.”

Mereka berjalan ke dapur, di mana peralatan serba baru berjajar rapi. Lemari es besar, kompor listrik, bahkan dispenser air otomatis. Lily menepuk kulkas dengan bangga.

“Di sini, Bos Besar bisa menyimpan semua makanan mewah! Atau… mie instan, kalau uang hasil judi habis.”

Arzhel hampir tersedak tawa. “Kau benar-benar tak bisa diam soal judi, ya?”

Akhirnya mereka berhenti di ruang baca kecil. Lily duduk di kursi putar, memutar sekali lalu berhenti dengan gaya dramatis.

“Bagaimana, Bos? Rumah ini sekarang lebih layak dipanggil istana, kan?”

Arzhel hanya menatap sekeliling dengan takjub, lalu menghela napas pelan. “Aku harus akui… ini kerja yang luar biasa. Tapi ada yang ingin kutanyakan.”

Lily mengangkat dagunya penuh percaya diri. “Tanyakan saja, Bos. Aku, Lily sang mandor jenius, siap menjawab.”

Arzhel menatapnya lurus. “Ngomong-ngomong, bagaimana caramu membuat para pekerja tadi begitu patuh padamu? Mereka bahkan sampai rela berlutut...”

Lily tersenyum lebar, lalu mengangkat tangan mungilnya dengan gaya dramatis seolah memegang tongkat kerajaan.

“Dengan kekuatan uang… dan aura kebijaksanaan!” katanya lantang.

Arzhel terdiam sejenak, lalu meledak tertawa kecil. “Hahaha… begitu rupanya.”

Namun dalam tawa itu, ada pengakuan tulus di hatinya. Ia menatap Lily yang masih berlagak, tapi tak bisa menutupi kenyataan—untuk anak kecil seusianya, Lily benar-benar cerdas.

Ia pandai mengatur uang, tahu bagian mana yang harus direnovasi, bahkan bisa mengarahkan tukang dengan solusi sederhana tapi efektif.

“Lily…” Arzhel tersenyum tipis. “Kau benar-benar serba bisa. Kalau aku tidak tahu kau masih anak kecil, aku pasti mengira kau arsitek berpengalaman.”

Lily langsung tersipu, pipinya memerah. Namun ia cepat-cepat menutupi dengan gaya sok dewasa. “T-tentu saja! Aku ini sekretaris pribadi sekaligus penasihat kebijakan ekonomi, Bos Besar!”

1
Jujun Adnin
kopi dulu
Depressed: "Siapa bilang Iblis itu tak punya hati? Temukan kisahnya dalam Iblis Penyerap Darah."
total 1 replies
Redmi 12c
lanjuuttt
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
El Akhdan
lanjut thor
Caveine: oke bang👍
total 1 replies
REY ASMODEUS
kerennn 2 jempol untuk othor🤭🤭🤭
REY ASMODEUS
siap nona bos kecil
Redmi 12c
kreeeenn
Redmi 12c
anjaaaiii dewa semproolll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
REY ASMODEUS
Thor up banyak ya, ini karya dengan tata bahasa simple tapi masuk akal....
REY ASMODEUS
dewa kuliner dewa gila rasa /Smirk//Smirk//Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!