Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Rumah sakit
Suasana rumah sakit Prasetya Budi siang itu berubah drastis begitu nama Dokter Zhao Ying diumumkan di sistem kepegawaian internal. Bisikan dan tatapan heran memenuhi setiap koridor para dokter, perawat, bahkan staf administrasi saling bertukar pandang tak percaya.
“Dokter Zhao? Dokter yang terkenal itu kan?” bisik seorang perawat senior di dekat ruang resepsionis.
“Nggak nyangka banget ya, bisa bertemu dengannya. Dengar-dengar Dokter Zhao, menjadi Dokter pribadi Tuan Besar Prasetya ya,"
“Benar, aku mau liat seperti apa Dokter ilmuwan itu. Katanya dia dokter kedua berbakat di dunia kedokteran. Dia mampu memecahkan segala penyakit dengan obat racikannya,"
Suara langkah sepatu hak tinggi menggema, menandakan seseorang mendekat. Kinara melangkah masuk dengan tenang, mengenakan jas dokter putih yang elegan dan name tag bertuliskan Dr. Zhao Ying. Di sampingnya, Ethan berjalan kecil dengan topi birunya, menatap ruangan besar itu dengan rasa penasaran.
Wajah Kinara tetap tenang, namun sorot matanya tajam, menyapu setiap sudut bangunan yang dulu menjadi bagian dari hidupnya dan juga bagian dari luka lamanya.
Udara antiseptik yang dulu menenangkan, kini justru membuat dadanya sesak.
"Itu ... itu Dokter Kinara?"
"Iya, Dokter Kinara kembali?" sahut yang lain.
Semua mata mengikuti langkahnya. Ia tidak menunduk, tidak juga menyapa. Hanya senyum tipis di bibirnya, seolah berkata, Aku kembali, tapi bukan sebagai gadis yang dulu.
Di ruang direktur, Savira menatap laporan yang baru saja dikirimkan oleh sekretarisnya. Tangannya gemetar kecil saat membaca nama yang terpampang jelas di layar tablet,
Nama :Dr. Zhao Ying
Status: Peneliti Senior – Riset Saraf & Genetik
Savira membanting tablet itu ke meja. “Tidak mungkin … kenapa dia balik sekarang?” gumamnya keras.
Sekretarisnya menelan ludah gugup. “Bu, tadi Pak Zaki langsung mengurus surat penerimaan. Katanya, ini perintah dari Tuan Arvino sendiri. Dokter Zhao akan menangani proyek baru dan juga membantu pemulihan Tuan Besar Prasetya.”
Savira berdiri, matanya membara oleh ketakutan dan amarah yang bercampur.
“Enam tahun dia menghilang, dan sekarang tiba-tiba muncul lagi dengan identitas baru?” bisiknya pelan tapi getir. “Kalau Arvino tahu semuanya, kalau dia tahu siapa sebenarnya anak itu…” bisiknya lirih agar sang asisten tak mendengar.
Dia menatap jendela besar di ruangannya, menggenggam kedua tangannya erat sampai buku jarinya memutih.
“Tidak! Aku tidak akan biarkan itu terjadi lagi.”
Sementara itu, Kinara sudah tiba di ruang rapat utama rumah sakit. Zaki, yang tampak sibuk menyiapkan dokumen kerja sama, menyambutnya dengan sopan.
“Selamat datang kembali, Dokter Zhao. Semua staf menunggu instruksi Anda untuk proyek penelitian saraf regeneratif ini.”
Kinara tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak Zaki. Saya tidak akan membuat mereka menunggu lama.”
Nada suaranya lembut, tapi berisi ketegasan yang membuat beberapa dokter muda langsung menegakkan tubuh. Namun, belum sempat pertemuan dimulai, pintu ruang rapat terbuka keras. Suara sepatu hak tinggi menghentak lantai, dan Savira masuk dengan wajah tegang tapi mencoba tersenyum.
"Saya akan kembali segera," Kata Zaki, dan pergi meninggalkan Savira bersama dengan Kinara.
“Maaf terlambat,” katanya dingin, menatap lurus ke arah Kinara. Suasana ruangan seketika tegang. Beberapa staf yang mengenali hubungan masa lalu mereka saling berpandangan tak berani bicara. Kinara menoleh perlahan, menatap wanita itu dengan tatapan tenang tapi menusuk.
“Tidak masalah,” jawabnya datar. “Aku juga tidak menyangka akan bertemu atasan lamaku di sini.”
Savira terkekeh kaku. “Waktu berubah, Kinara. Dunia pun berubah. Sekarang aku yang memimpin departemen riset ini.”
Nada sombongnya menutupi kegugupan di balik matanya. Kinara berjalan pelan ke arah meja, membuka berkas yang dibawanya, lalu berbicara tanpa menatap Savira.
“Tidak masalah bagiku siapa yang memimpin. Aku hanya datang untuk menyelesaikan riset, dan…” ia berhenti sejenak, lalu mengangkat kepalanya, menatap Savira lurus, “untuk mendapatkan jawaban.”
Savira menelan ludah. “Jawaban apa?” bisiknya pelan.
“Enam tahun lalu, malam itu,” jawab Kinara perlahan, tapi setiap katanya menusuk seperti belati. “Kau yang mengatur pertemuan itu, Savira. Kau yang bilang aku perlu istirahat di kamarku. Tapi nyatanya, malam itu mengubah seluruh hidupku.”
Beberapa staf mulai saling berbisik, tapi Kinara tidak berhenti.
“Siapa pria itu? Siapa pria yang kau suruh datang ke kamar hotel malam itu?” bisik Kinara seolah yang lain tak mendengar hanya Savira yang mengerti. Wajah Savira langsung memucat. Ia mencoba tersenyum, tapi senyumnya bergetar.
“Kinara, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan…”
“Jangan berbohong,” potong Kinara cepat, nada suaranya tajam tapi tetap tenang. “Kau tahu persis malam itu membuatku kehilangan segalanya. Karierku, namaku, bahkan harga diriku.” suara Kinara mulai bergetar.
Savira mundur setapak, matanya mulai gelisah. “Itu bukan salahku. Kau yang … terlalu mudah dibodohi ... aku hanya...”
“Berhenti, Savira,” Kinara menatapnya tajam, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. “Aku tidak datang untuk membalas dendam. Aku datang untuk tahu siapa pria itu … karena dia adalah ayah dari anakku.” lanjutnya, beberapa staf kembali berbisik, Savira menatap mereka tajam, hingga semua orang menunduk.
Kata-kata itu membuat ruangan seketika membeku. Semua suara lenyap, bahkan Zaki yang baru kembali kini berdiri di sudut pintu tak bisa menutupi keterkejutannya. Savira terpaku, wajahnya berubah pucat pasi, keringat dingin menetes di pelipisnya.
“Jadi … kau masih menyimpan anak itu?” suaranya gemetar.
Kinara menatapnya dengan pandangan tenang tapi tegas. “Ya, anak itu hidup! Dia pintar, berani, dan sekarang … dia ingin tahu siapa ayahnya.”
Savira menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan napas yang tersengal. Dalam hatinya, ketakutan tumbuh liar, karena ia tahu persis siapa pria yang dimaksud Kinara. Pria itu adalah Arvino Prasetya. Dan jika kebenaran itu sampai terungkap, seluruh posisinya baik di rumah sakit maupun di sisi Arvino akan hancur dalam sekejap. Savira menunduk, menggigit bibirnya kuat-kuat.
“Kinara … ada hal-hal yang sebaiknya tidak diungkit lagi,” katanya bergetar. “Beberapa rahasia … bisa menghancurkan lebih banyak orang daripada yang kau kira.”
Kinara menatapnya lurus. “Aku tidak peduli! Aku hanya ingin tahu kebenarannya.”
Keheningan tebal menggantung di udara. Savira memejamkan mata, mencoba menyembunyikan kegugupan. Tapi dalam hatinya, satu kalimat bergema,
'Kalau Kinara tahu bahwa Arvino adalah ayah dari Ethan, semuanya akan berakhir.'
Pintu terbuka, semua mata menoleh. Zaki masuk dengan senyum tipis di bibir.
"Kita mulai rapat," katanya dan Savira kembali ke kursinya. Tetapi, masih menatap Kinara dengan wajah penuh kebencian.
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
udah salah belaga playing victim lagi
Zaki.... segera urus semua berkas pernikahan Arvino dan Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan Arvino harus pantau terus Kinara dan Ethan di manapun mereka berada . karena Savira dan Andrian selalu mengikuti mereka dan mencari celah untuk menghasut Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
up LG Thor 😍