sesekali kamu harus sadar kalau cowok cool, ganteng dan keren itu membosankan. lupakan kriteria "sempurnah" karena mereka tidak nyata.
hal - hal yang harus diketahui dari sosok pian :
1. mungkin, sedikit, agak, nggak akan pernah ganteng, cool, apalagi keren. bukan berarti dia jelek
2. nggak pintar bukan berarti dia bodoh
3. aneh dan gila itu setara
4. mengaku sebagai cucu, cucu, cucunya kahlil gibran
5. mengaku sebagai supir neil armstrong
6. mengaku sebagai muridnya imam hanafi
7. menyukai teh dengan 1/2 sendok gula. takut kemanisan, karena manisnya sudah ada di pika
8. menyukai cuaca panas, tidak suka kedinginan, karena takut khilaf akan memeluk pika
9. menyukai dunia teater dan panggung sandiwara. tapi serius dengan perasaannya terhadap pika
10. menyukai pika
ada 4 hal yang pika benci didunia ini :
1. tinggal di kota tertua
2. bertemu pian
3. mengenal sosok pian, dan....
4. kehilangan pian
kata orang cinta itu buta, dan aku udah jadi orang yang buta karena nggak pernah menghargai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fchrvlr0zak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIKA TERIMA AJAKAN PIAN
Malam harinya Pika duduk di depan meja belajar sambil memelototi ponsel tanpa henti. Bahkan tidak ingin melewatkan satu menit pun. Bukan karena Pika tidak sabar menunggu Pian akan menghubunginya. Tapi Pika hanya cemas kalau misalnya Pian serius ingin menghubunginya.
Walaupun sebenarnya Pika yakin kalau Pian nggak akan berhasil mendapatkan nomor ponsel Pika.
Ponsel berdering nyaring lima menit kemudian. Jantung Pika berdegup kencang.
"Apa?" tanya Pika ketus.
"Ketus banget..." Kata cowok di seberang sana. Suaranya bukan Pian.
"Maaf, ini siapa ya?"
"Ini aku. Tristan. Kamu nggak save nomor ponselku ya? Padahal kemnarin kita udah tukeran nomor ponsel."
"Oh iya." Pika tersentak kaget. "Sorry, Tris. Gue lupa save nomor lo."
"It's okay. Oh iya, ginana? Pian ada hubungi kamu?"
"Enggak tuh. Dia kan nggak tahu nomor ponsel gue. Jangan-jangan lo udah ngasih nomor gue ke dia?" tanya Pika panik.
"Ya enggak mungkin lah. Aku tahu kamu itu nggak suka samna Pian. Masa aku kasih peluang sama orang yang nggak kamu sukai."
Menit-menit berikutnya berlansung lama. Pika dan Tristan saling berbicara sampai telinga mereka, mungkin terasa panas.
Saat waktu sudah menujukan pukul sepuluh malam dan Pika nyaris tidur nyenyak di atas kasur.
Ponselnya kembali berdering. Nomor yang tidak dikenal.
"Selamat malam Agen Pika."
Nggak perlu bertanya lagi, Pika sudah tahu itu suara siapa. Yang pasti si pengganggu!
"Kenapa telfon malam-malam?" Tanya Pika galak.
"Nggak ada," jawab Pian singkat. Hening.
"Kalau nggak ada kenapa nelfon segala? Sudah sana, pergi tidur!"
"Perhatian banget. Jadi terharu.'
"Is, siapa juga yang perhatian sama lo!" Pika berusaha mencari pemasok oksigen yang banyak. Mengumpul semua kesabarannya setiap kali menghadapi Pian. "Dapat nomor gue dari mana?"
"Hmmmm.." Pian lama berdehem. Sengaja. "Dari Tuhan."
"Ha? Nggak usah pake bercanda segala, Pian!"
"Nggak bercanda Agen Pika. Serius. Kemarin aku minta nomor kamu sama Tuhan. Eh, taunya Bu Rika malah kasih secara Cumna-Cuma."
"Itu namanya lo minta sama Bu Rika dong?"
"Bukan. Sama Tuhan. Waktu mina nomor kamu sama Bu Rika, aku bawa-bawa nama Tuhan. 'Demi Tuhan Buk, saya disuruh Bu Ratih minta nomor Pika. Katanya ada masalah genting tentang gru privat.'Dia percaya aja. Hm... Dasar Begok."
"Ih, ngata-ngatain guru begok. Emang situ udah
merasa pintar?"
"Nah justru itu. Semua pelajaran yang dibawa pulang oleh murid itu berasal dari sekolah. Dan sekolah diwakili dengan ajaran guruguru. Kalau gurunya aja bisa dikibuli kayak gitu, gimana muridnya bisa yakin kalau dia punya guru yang benar?" Pika menghela napas berat, ingin sekali menghantukan kepala Pian ke dinding.
"Udah dulu, deh. Gue ngantuk, mau tidur."
"Eh tunggu dulu Agen." Cegat Pian. "Jadi gimana? Kamu mau nggak jalan-jalan sama aku besok?"
"Bukannya motor kamu rusak?"
"Siapa bilang?"
"Kemarin motor kamu rusak waktu hujan-hujanan itu, kan?"
Pian tertawa. "Sebenarnya itu bohongan."
"Apa?" Pika berteriak kaget.
"Tya. Cuma pra-pura rusak biar bisa ikut masuk ke dalam mobil Tristan."
"Lo gila ya, Pian?"
"Lebih gila lagi kalau aku membiarkan kamu satu mobil dengan Tristan hanya berdua. Di saat bulan puasa. Ingat, Pik, banyak godaan. Selain bikin haus, juga bikin lapar."
"Grrrr..." Pika mengerang kesal. "Udah dulu ya, gue ngantuk. Mau tidur. Bye!"
Sambungan terputus secara sepihak. Tapi Pian tidak menyerah. Dia kembali menghubungi Pika. Bahkan sampai berkali-kali. Sampai Pika tidak bisa tidur dengan tenang.
"Apalagi sih Pian. Please jangan ganggu gue!" Pika menerima sambungan setelah deringan ke sepuluh.
"Aku akan tetap menghubungi kamu sampai kamu jawab IYA. Kalau pun kamu matiin ponselnya, aku akan meluncur langsung ke rumah kamu naik NAPI. Terus teriak-teriak biar dikatain orang gila sekalian."
Pika diam. menarik napas dalam-dalam sampai dadanya mengempis.
"Oke!" seru Pika akhirnya.
"Oke apa Agen Pika?"
"Oke. Gue..." Lidah Pika terasa kelu. "Gue mau jalan sama lo besok."
Dan Pian langsung berteriak heboh dari seberang sana. Guling-guling di atas kasur dan jatuh ke lantai. "Mau aku bacakan syair Kahlil Gibran lagi?"
"Enggak perlu. Makasih. Udah malem, Udah ngantuk. Pengen bobo!"
"Boleh aku ngucapin selamat tidur buat Agen Pika?"
"Enggak perlu. Makasih juga."
"Kalau gitu aku mau ngucapin selamat ulang tahun aja ya?"
"Siapa yang ulang tahun. Gue nggak ulang tahun!"
"Yaudah, selamat lebaran aja gimana?"
"Belum lebaran, Pian!"
"Selamat kepada Pian aja deh, karena udah berhasil ngajak Pika jalan-jalan, besok."
"Serah lo deh." Pika mulai malas-malasan. "Udah puas? Gue tutup teleponnya."
"Eits tunggu..
"Apa lagi sih Pian?" Pika mengacak rambutnya frustrasi.
"Aku punya teka-teki. Apa persamaan kamu dan Matematika."
Pika hanya diam. Enggan menjawab.
"Sama-sama rumit dan susah dimengerti. Mencari jawaban dari kamu itujuga butuh rumus, otak yang cerdas, dan semangat pantang menyerah."
Klik. Dengan secepat kilat, bahkan sebelum Pika sempat membalas ucapannya. Pian sudah memutuskan sambungan secara sepihak.
Sepuluh detik kemudian muncul bunyi notifikasi di ponsel Pika. Sebuah pesan dari Pian.
Selamat tidur Agen Pika. Semoga mimpiku dan mimpimu menjadi besan. Jangan takut dengan cintaku yang akan selalu mendekapmu hangat.
Beloved Pian
*emot love merah hati warna darah*
Selamat tidur semuanya. Mak Pian<3