NovelToon NovelToon
Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:235k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.

Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Bab 28

Arman tidak tahu harus mencari Karin ke mana lagi. Hatinya seperti padang tandus yang tak bertepi—kering, hampa, dan penuh debu kerinduan yang terus menyesakkan dadanya. Rumah kedua orang tua Karin juga sudah dijual. Tak ada jejak yang bisa dia telusuri. Tak ada petunjuk dan tak ada kabar sedikit pun. Seolah-olah Karin lenyap begitu saja ditelan bumi.

“Karin, kau di mana?!” teriak Arman lantang, suaranya bergema memantul ke dinding-dinding sepi. Itu bukan sekadar seruan biasa. Itu jeritan hati yang nyaris remuk oleh rasa putus asa yang tak terbendung lagi.

Sudah dua bulan lamanya Karin menghilang tanpa kabar. Dua bulan yang terasa seperti dua tahun bagi Arman—dipenuhi pencarian sia-sia, harapan yang pupus dan malam-malam Tanpa bisa tidurnya nyenyak. Bahkan tempat kerja Karin sudah tak bisa memberinya petunjuk.

Penampilan Arman sudah tak karuan. Rambutnya gondrong, kusut tak terurus. Rahangnya dihiasi jambang tipis yang menunjukkan dia sudah lama tak peduli pada cermin. Ia kembali ke versi dirinya sebelum mengenal Karin—liar, lepas, dan berantakan. Namun, kini bukan karena pilihan, melainkan karena kehilangan.

Dengan langkah lunglai, Arman menyeret kakinya memasuki rumah. Rumah yang kini terasa dingin meski tidak sepi. Ia melihat Arka duduk di sofa panjang, memangku laptop, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Arman menjatuhkan tubuhnya di sofa tunggal. Bantalan empuk sofa tak cukup mampu menopang kelelahan jiwanya.

"Bagaimana? Apa sudah ada kabar tentang Karin?" tanya Arka sambil menengok ke arah kembarannya, suara tenangnya menyiratkan kekhawatiran.

"Aku tidak tahu harus mencari ke mana lagi. Menyewa tiga orang juga tidak ada hasilnya," jawab Arman, nada suaranya berat. Kata-katanya mengandung kelelahan, kepasrahan, dan sedikit amarah yang disembunyikan.

Arka menutup laptopnya, merasakan ada beban yang ikut menekan dadanya. Dalam hati, ia benar-benar iba.

Arman selama ini dikenal playboy sejak zaman SMP. Entah berapa lusin wanita yang pernah menjadi kekasihnya. Namun, satu hal yang selalu dia jaga: kesetiaan. Arman memang cepat jatuh cinta, tapi tidak pernah bermain hati di belakang.

"Apa kamu sudah mengecek nama-nama penumpang di bandara, pelabuhan, atau stasiun selama dua bulan belakangan ini?" tanya Arka dengan serius, mencoba menawarkan akal sehat di tengah keputusasaan itu.

"Sudah! Sudah aku lakukan itu," ucap Arman frustrasi. Kepalanya tenggelam ke dalam kedua tangan yang digenggam erat. Perasaannya berkecamuk. Ini bukan hanya tentang cinta. Ini tentang rasa kehilangan yang perlahan-lahan melumpuhkan dirinya.

"Apa ini karma buatku, ya?" Arman melanjutkan. "Karena sering membuat menangis wanita yang pernah menjadi pacar aku dulu."

Suara Arman nyaris tak terdengar. Sebuah pengakuan lirih yang penuh penyesalan.

Arka menatapnya dengan iba. "Sudah aku bilang, jangan mudah menerima wanita dan menjadikannya kekasih. Tidak setiap wanita yang mencintai kita harus dijadikan pacar," katanya tenang tapi dalam, seperti air yang mengalir di sungai.

Selama ini Arka berbeda dari Arman. Ia memilih untuk jujur sejak awal. Lebih baik menolak cinta daripada memberi harapan palsu.

Arka hanya pernah mencintai dua wanita sepanjang hidupnya. Yang pertama saat SMA—cinta remaja yang manis tapi naif. Yang kedua adalah Inggrid, wanita baik hati yang pernah mengisi hari-harinya ketika hidupnya terasa berat dan suram.

Namun kini, hatinya telah memilih Hannah. Cinta yang kali ini terasa benar-benar dalam, tanpa logika, tanpa paksaan. Hanya perasaan yang datang begitu saja, tanpa bisa dia cegah.

"Jika besok lusa aku tidak berhasil menemukan Karin," ujar Arman tiba-tiba sambil berdiri, suaranya tajam seperti pisau. "Aku bersedia menerima syarat dari Pak Agung."

Arka terbelalak. Ia ikut berdiri dengan cepat. "Jangan gila kamu, Arman!"

Arman menoleh sebentar, lalu berjalan menuju kamarnya. "Cuma bertunangan, kan?" katanya enteng, meski jelas terlihat bahwa itu bukan keputusan ringan.

"Aku tidak mau kamu mengorbankan kebahagiaan kamu!" teriak Arka mengejarnya, nada suaranya kini naik satu oktaf, cemas dan marah bercampur jadi satu.

Ia mengetuk pintu kamar Arman dengan keras. "Arman! Dengar aku!"

Namun tak ada jawaban.

Di balik pintu itu, Arman duduk di ujung ranjang. Pikirannya buntu. Satu-satunya hal yang ada dalam benaknya saat ini hanyalah bayangan Karin—senyumnya, matanya, dan suaranya yang lembut. Dia mencintai wanita itu lebih dari yang pernah dia sadari.

Jika harga dari rasa cintanya adalah melepaskan, maka dia siap. Meski hatinya belum rela.

***

Hannah duduk di dekat jendela kamarnya. Sinar lampu redup di langit-langit hanya menerangi sebagian wajahnya. Di luar sana, langit malam tampak pekat, tanpa cahaya bulan atau gemerlap bintang. Seolah semesta ikut larut dalam kegelisahan hatinya.

"Ya Allah, ada apa denganku?" batin Hannah. Suaranya tidak terucap, hanya bergema dalam hati yang sesak oleh perasaan asing. Ada sesuatu yang berdesir dalam dirinya—sesuatu yang sulit dijelaskan, namun jelas terasa menusuk hingga ke dasar jiwa. Ia memeluk lutut, seolah ingin melindungi dirinya dari sesuatu yang tak kasat mata.

"Apa aku harus banyak berkomunikasi dengan Samsul? Karena perasaan ini muncul setelah bertemu dengannya," pikirnya lagi. Keraguan dan dorongan rasa penasaran bercampur menjadi satu, membuat pikirannya kacau.

Didorong oleh firasat yang tak bisa ia abaikan, Hannah pun mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Samsul. Ia meminta foto-foto masa kecil mereka yang tersimpan di akun media sosial milik Sani. Tangannya sedikit gemetar saat mengetik, seakan tubuhnya tahu lebih dulu bahwa akan ada sesuatu yang besar terjadi.

Tak sampai 15 menit, notifikasi berdatangan. Samsul mengirimkan ratusan foto. File demi file terbuka di layar ponsel, menampilkan potongan-potongan kenangan yang selama ini terkubur entah di mana.

Jantung Hannah berdebar tak karuan saat ia menatap satu per satu gambar itu. Ada dirinya, kecil dan polos, duduk di pangkuan seorang wanita. Ada juga foto seorang lelaki dewasa yang memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Ini aku dan Sani. Lalu, ini Ayah dan Ibu," gumam Hannah lirih, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tangannya mengusap layar ponsel, menyentuh wajah-wajah yang samar-samar mulai terasa familiar.

Namun, tiba-tiba pikirannya terhenti saat matanya tertuju pada satu foto. Di sana ada Samsul remaja berdiri di samping seorang pria dewasa. Bukan wajah Samsul yang menarik perhatiannya—melainkan pria itu. Sosok itu seperti menarik sesuatu dari ingatannya, tapi terlalu kabur untuk dikenali.

"Ini Kak Samsul sama siapa, ya?"

Kepala Hannah tiba-tiba terasa berat, seperti ditimpa batu besar. Pandangannya berputar, tubuhnya mulai menggigil. Ketakutan merayapi tulang-tulangnya tanpa sebab yang jelas. Foto itu membangkitkan sesuatu. Sesuatu yang selama ini terkunci rapat di alam bawah sadarnya.

Ketika ia berusaha berdiri, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Dunia seolah bergoyang dan kemudian semuanya menjadi gelap. Hannah jatuh ke lantai, pingsan tanpa sempat memanggil siapa pun.

Dalam gelapnya alam bawah sadar, suara asing menyeruak memenuhi pikirannya.

"Pergi! Pergi!" teriak suara pria, berat dan mengancam, menggema seperti gema di dalam gua. Hannah menggeliat dalam pingsannya, wajahnya berkerut seolah tengah berjuang melawan sesuatu yang menakutkan.

Di luar kamar, suara lembut Yasmin memecah keheningan.

"Mama ... boleh enggak aku menelepon Om Arman?" tanya gadis kecil itu dari balik pintu kamar, suaranya lembut dan polos.

"Ma? Mama?" Yasmin kembali memanggil. Tidak ada jawaban.

Dia mengetuk pintu pelan, lalu makin keras. Tetap tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Bersamaan dengan itu, Pak Baharuddin baru saja pulang dari menutup warung makan. Lelaki tua itu melepaskan peci dan menaruhnya di atas meja.

"Ada apa?" tanyanya, melihat wajah Yasmin yang sedikit cemas.

"Kakek, aku ingin menelepon Om Arman. Mau pinjam hp punya Mama. Tapi Mama diam terus di kamar. Pintunya juga dikunci," ujar Yasmin dengan lirih, menunduk pelan.

Pak Baharuddin menoleh ke arah jam dinding. Jarum panjang sudah mendekati angka sembilan.

"Sudah jam sembilan malam. Besok saja kamu menelepon Om Arman, ya? Kalau sekarang takut ganggu orang istirahat," katanya, berusaha menenangkan cucunya. Ia mengusap kepala Yasmin dengan lembut.

Yasmin mengangguk patuh. Meski hatinya belum tenang, ia tahu tak baik memaksa. Anak itu pun melangkah menuju kamarnya dengan langkah pelan.

Pak Baharuddin melangkah ke pintu kamar Hannah. Ia mencoba memanggil.

"Hannah! Kamu masih bangun, Nak?"

Tidak ada jawaban. Ia mengetuk, perlahan lalu makin keras. Masih tak ada suara dari dalam.

Khawatir terjadi sesuatu, lelaki tua itu segera mengambil keputusan. Ia mencari obeng di dapur dan dengan cepat membongkar handel pintu kamar.

Begitu pintu terbuka, tubuhnya terpaku. Matanya membelalak. Di lantai kamar yang dingin, Hannah tergeletak tak bergerak.

"Hannah!" teriaknya panik. Ia segera berlari dan meraih tubuh anak perempuannya. Tubuh itu dingin dan lemas, wajahnya pucat seperti kertas.

Pak Baharuddin memeluk Hannah sambil bergetar. Wajahnya panik. Napasnya tercekat, dan mulutnya terus mengucap istighfar.

"Hannah ... bangun, Nak … bangun!"

***

1
Rahmaniar
suka ceritanya alurnya Bagus, ceritanya berkesan,pokoknya mantap deh👍👍👍
🌸Santi Suki🌸: Terima kasih, Kak
total 1 replies
Larasati
gak kerasa sdh tamat aja,,, semoga sukses selalu thor, 😘😘
🌸Santi Suki🌸: Aamiin 🤲
total 1 replies
Sukhana Ana lestari
Sangkin terkesima Baca bab ini tau²nya Tammat.. Terima kasih Author cantik udah memberikan karya yg sangat bagus.. sampe ketemu lagi di karya othor yg akan dtg.. 🙏🏻😘😘😘😘💪💪💪💪
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 3 replies
Wiek Soen
Thor kasihan Arman blm ketemu jodohnya 😁😁🙏🙏 lanjut thor
🌸Santi Suki🌸: jodohnya Arman kan si Aruna 😅
total 1 replies
Wiek Soen
Alhamdulillah akhirnya mereka bersatu
Nar Sih
yaah...tamat bnran nih ,ending yg bagus banget kakk,arka udah bahagia dgn keluarga kecil nya ,moga aja nanti juga ada kisah cinta nya arman dan aruna ya kak ,makasih bnyakk buat kaksanti udh kasih cerita ini🙏🙏🥰❤️
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, Kak. Untuk cerita Arman belum ada di daftar list upload untuk sementara ini.
total 1 replies
Susi Akbarini
adakah bonchqp Arman..
akhirnya nikah ama siapa?
terus yg neeusin uaaha rumah makna Hannah siapa?
apa mitiara..
❤❤❤😍😙😙
🌸Santi Suki🌸: Cerita Arman belum ada rencana buat.
iya, Rumah makan yang nerusin Mutiara, apa kehapus, ya, bagian itu?
total 1 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah bahagia selalu untuk keluarga kakek Baharuddin dan kakek Surya karena sudah punya cucu sepasang, mudah"an ada cerita Arman dan Aluna
🌸Santi Suki🌸: Semoga ada mood buat ceria Arman ke depannya
total 1 replies
Wanita Aries
Cerita menarik ada luka tawa bahagia
🌸Santi Suki🌸: Terima kasih, Kak. Jangan lupa baca karya terbaru aku
total 1 replies
Ema
Terima kasih ka othor. Semoga ada Bonchap nya /Grin/
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, Kak. Sepertinya enggak akan ada bonchap
total 1 replies
altanum
idr ceritanya keren thor.trauma yang membuat hannah jadi bisu dan lumpuh.akhirnya terkuak setelah dewasa bersamaan dengan jodohnya yg datang.jodoh yang telah membuat hannah hamil yasmin...
keren begete ceritanya thor.dengan rangkaian kata yg indah jd lebih greget mbaca novelmu ini.
terus semangat berkarya thor ❤️❤️❤️❤️
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Bun cie
akhirnya happy ensi g u arka hannah yasmin dan keluarga kec arman yg masih menggantung hubnya dengan aruna.
trims kak auyhor u karyanya🙏👍💐
🌸Santi Suki🌸: Sama-sama, terima kasih sudah baca karya aku, Kak.
Cerita Arman aku skip. Kalau ada mood lanjut insya Allah buat. Hanya saja saat ini belum ada keinginan itu
total 1 replies
Sugiharti Rusli
wah apa judul barunya sudah tayang yah, itu sudah ada blurb di part sebelumnya,,,
🌸Santi Suki🌸: sudah ada,Kak
total 1 replies
Sugiharti Rusli
yah semua pasti akan indah pada waktunya yah, begitupun kebahagiaan Hannah dan sang ayah serta Arka, mereka sudah menjadi keluarga utuh dengan anak" yang akan lahir dari rahim Hannah kelak,,,
Sugiharti Rusli
apalagi para kakek, pasti akan sangat bahagia dengan bertambahnya sati anggota baru lagi dan cowok pula cucu k-2 mereka yah😊😊😊
Esther Lestari
Arman gimana ceritanya.
Kasihan dia....Arka anaknya sudah 2, Arman nikah aja belum😁
🌸Santi Suki🌸: Belum kepikiran untuk buat cerita Arman saat ini 🙏🏻
total 1 replies
Sugiharti Rusli
beruntung, sekarang Arka sudah memiliki anak k-2 dan berjenis kelamin laki" penerus namanya kelak yah
Sugiharti Rusli
memang baik Arka maupun Arman harus memperbanyak keturunan yah, karena harta keluarga mereka banyak😆😆😆
Sugiharti Rusli
karena seorang kakek-nenek, biasanya bisa luluh sama cucu kan yah, apalagi Yasmin anak baik dan supel jadi bisa cepat akrab sama orang baru,,,
Sugiharti Rusli
hadirnya Hannah dan Yasmin memberikan warna yang berbeda ke Arka dan Arman yah, mereka bisa berdamai kembali dengan sang ayah karena Hannah dan juga Yasmin yang bisa cepat akrab dengan sang kakek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!