Laki Abrisam Gardia adalah seorang penyanyi religi tersohor berusia 28 tahun yang sangat akrab dengan kesempurnaan. Dia memiliki sempurna rupa, harta, dan silsilah keluarga. Ketika kuliah S-2, dia dipertemukan dengan Mahren Syafana Humairoh, sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri dengan menanggung utang yang di tinggalkan oleh almarhum ayahnya.
Pertemuan mereka menjadi awal malapetaka. Maksud hati Laki menolong Syafa yang tengah kesulitan dengan mengamankan Syafa di salah satu hotel miliknya, malah membuat beredar kabar di sosial media, bahwa Syafa adalah wanita satu malam Laki. Kondisi semakin kacau. Desakan media dan keluarga membuat Laki dan Syafa memutuskan untuk menikah kontrak.
Janji mereka adalah, tidak ada cinta. Hanya ada parting smile, setelah 5 tahun pernikahan. Namun, waktu yang dihabiskan bersama membuat keadaan menjadi rumit. Ada luka ketika sosok lain hadir diantara keduanya. Mungkinkah cinta perlahan tumbuh diantara keduanya?
AWAS!ZONA BAPER!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Dilarang Parkir Disini
Dengan menatap warna langit keemasan. Serta menyaksikan rangkakan matahari yang sebentar lagi sampai di penghujung barat. Maka, setiap manusia berpikir pasti menyadari bahwa, saat itu waktu berkisar pada angka empat sore hari. Keindahan senja kembali tiba seperti biasa.
Bertepatan dengan itu, sekolah yang menerapkan sistem full day school, perkantoran, tempat kursus, serta pabrik-pabrik, secara bersamaan mengakhiri kegiatan. Maka, otomatis hal itu membuat jalanan mulai padat merayap. Bahkan lebih daripada itu, macet. Ya, Seringkali jalanan di jantung kota mengalami kemacetan.
Dari kejauhan tampak seorang wanita usia 28 tahunan mengenakan baju tunik corak bunga, dipadankan dengan celana moka longgar, dan kerudung dengan warna serupa, perlahan berlari kecil sambil mengusap sisa basah air wudhu diwajah. Lalu wanita tersebut sibuk merogoh dan mengotak-atik isi tas ransel kecil yang sebelah talinya menyelempang di bahu kiri.
"Ya Allah... dimana sih kunci motor?" desis wanita tersebut sambil mengerucutkan bibir. Untungnya, selang beberapa detik kunci motor matik dengan gantungan boneka... boneka... boneka berwarna putih yang entah apa namanya itu ia temukan.
Cukup menyedihkan sebenarnya. Ketika orang lain sibuk mengganti semua gantungan dengan berbagai jenis boneka miniso. Sejak bertahun-tahun lamanya wanita itu tidak pernah mengganti gantungan kunci motornya. Ya, gantungan kunci itu sangatlah berharga. Dia hadir beserta motor matik pink pemberian ayahnya. Enam tahun silam. Motor dan gantungan kunci tersebut adalah hadiah terakhir dari ayahnya sebelum meninggal.
"Syafa!" teriak dua wanita yang tengah berlari menyusul dari arah musola. Syafa memutar tubuh, hingga menghadap kedua teman kerja yang baru saja meneriakinya. Kenapa? tanya Syafa tanpa mengeluarkan suara. Dia tetap berjalan mendekati area parkir. Cuma saja dia mengubah cara berjalannya menjadi mundur.
"Berhenti dulu, Syafa. Nanti kamu jatuh!" tegas salah seorang temannya yang terlihat berwajah sedikit lebih dewasa.
"'Aku telat masuk kerja, teteh..." jawab Syafa sambil mengudarakan senyuman.
"Kalau kamu jatuh, bukan lagi telat nanti. Tapi gak masuk!" gerundel wanita yang tengah memasukan ID Card perusahaan percetakan kelima terkecil di kota tersebut itu dengan penuh khawatir. Tunggu, terkecil? Ya, memang benar. Kelima terkecil.
Syafa menghentikan langkah.
"lya, iya, teteh Aina-ku. Bawel," ucapnya sedikit merutuk.
"Gitu dong, nurut..." komentar salah satu temannya lagi yang tertulis nama Mikaila di lD Card nya. Kedua wanita tersebut berlari semakin kencang menuju Syafa. Lalu bicara heboh sesampainya.
"Syafa, Syafa, Syafa, besok kan hari sabtu. Aku sama teh Aina mau jalan-jalan ke alun-alun. Katanya kalo pas hari libur kerja, disana banyak cogan and cokay nya..., lya gak Teh?" Kaila berusaha lebih meyakinkan kebenaran ucapannya dengan meminta bantuan dari Aina. Kaila dan Syafa seringkali melakukan itu. Dan ketika hal tersebut terjadi, Aina yang usianya lebih tua lima tahun dari keduanya hanya bisa pasrah dan menyetujui saja. Seperti saat itu.
"Hm," jawab Aina sambil mengangguk dengan sekali anggukan. Wanita dengan status janda muda itu sering kali merasa dirinya tengah mengasuh kedua adik alias bocah cilik saja. Tapi sungguh, walau bagaimanapun dia menyukainya.
Syafa mengerucutkan bibir.
"Aku tidak bisa ikut... Harusnya kalau mau ngajak jalan, minggu lalu. Atau dua minggu lalu," celetuknya.
"Iihh! Mau teteh jitak?! Kamu tau bukan ucapanmu barusan tidak masuk akal? Kenapa? Apa kamu menambah kerjaan lagi? iya?" tanya Aina dengan raut wajah khawatir. Lalu wanita itu mendekap pundak Syafa. Jelas terlihat dia tengah berusaha menguatkan. Mengalirkan energi positif pada adik ketemu gede-nya.
"Tidak teteh, bukan itu. Kebetulan besok hari pertama aku masuk kuliah S-2."
"Benarkah?! Ya, ya... mengingat keenceran otakmu, kamu memang harus kuliah lagi, Syafa. Kuliah lagi, dan temukan perusahaan yang lebih besar dari ini, biar upahnya lebih besar juga," potong Kaila sambil menggerak-gerakan lD Card yang tertulis nama perusahaannya. Firstmedia. First? Yang pertama? Kenyataannya kelima terakhir. Boro yang pertama.
Syafa tersenyum sambil menggaet lengan sebelah kiri Kaila.
"Terimakasih atas pujiannya. Tapi awas, jangan sampai memujiku membuat kamu lupa mensyukuri pemberian Allah untuk dirimu sendiri, oke," ucap nya beserta seulas senyuman dan kedipan mata. Lalu terperanjat hebat setelah menatap arloji yang melingkar di lengan kiri. Dia sudah benar-benar terlambat.
"Aku pergi! Jangan lupa oleh-olehnya!" teriak Syafa sambil berlari, menaiki motor matik pink. Dan melesat menuju tempat kerja kedua. Beauty Florist. Sebuah Toko Bunga.
"Hati-hati!" teriak Aina dan Kaila. Ya, setidaknya kamu tetap membutuhkan semangat seperti itu untuk menghidupi dirimu sendiri dan melunasi utang peninggalan orang tuamu, Syafa. Lalu setelahnya kamu bisa menerima salah satu lelaki yang jatuh cinta padamu. Hmmm.., gadis malang. Aina bicara sendiri dalam hati.
Kembali terngiang di telinganya ucapan Syafa ketika di tanya mengenai pernikahan. Gadis bertubuh semampai itu dengan yakin mengatakan. Aku tidak akan menikahi siapapun sebelum utang-utang orang tuaku lunas, teteh.
"Heeeh... Sampai kapan itu? Sampai usia 40? Tidak, tidak. Dengan honor pas UMR, mungkin sampai usia... 60?!" heran Aina. Suaranya mengeras Ketika menyebut angka 60.
"Ngomongin apa sih teh?" penasaran Kaila.
"Tidak. Ayo," ajak Aina sambil mengudarakan senyuman. Lalu samar kembali terdengar bicara dari kejauhan.
"Oh... Papah Kaila kan, kaya raya. Teteh bisa dong minta uang beberapa ratus juta?"
"Apa?!"
"Cuma beberapa ratus juta."
Kaila melepas pelukan Aina. "Teteh, aku memang menyukai teteh. Tapi aku juga menyayangi mamih ku. Maaf. Aku keberatan kalau teteh mau menjadi istri kedua Papah."
"Apa?!! Kamu mau mati?! Siapa yang mau menikahi papah mu?!! Heh?!" Aina berkacak pinggang. Lalu mulai mengejar Kaila yang berlari meninggalkannya.
***
Kig kig!
Suara klakson bersahutan. Bising mesin kendaraan bercampur aduk dengan suara celotehan para pedagang, wanita-wanita muda yang tengah menyuarakan bahagia, suara air mancur, suara nyanyian seorang lelaki yang diikuti ribuan penontonnya, suara hentakan kaki Syafa di atas aspal, suara kegelisahan, suara segalanya benar-benar campur aduk saat itu.
Jalanan macet total. Membuat Syafa semakin gelisah. Karena semakin macet, semakin telat pula kedatangannya ke Beauty Florist.
"Permisi, Bu. Ada apa, ya? Ko sore ini lebih macet dari hari-hari biasanya?" Syafa bertanya pada ojek online wanita yang sejak tadi diam disampingnya.
"Oh.., itu Neng. Di depan ada konser penyanyi yang ganteng itu loh. Anak saya saja nge-fans berat sama dia," jawabnya di bumbui dengan curhatan.
"Em... Begitu?" komentar Syafa. Tidak. Ini akan sulit. Aku harus menemukan cara lain, pikir Syafa. Lalu wanita itu membelokan motor matiknya ke trotoar jalan. Memasuki lahan parkir di depan ruko-ruko yang nyatanya sangat padat. Kecuali... Aha! Senyum jahat Syafa mengembang. Dia mengambil plang bertuliskan ‘Dilarang Parkir Disini’, yang terpajang di depan mobil van putih. Mobil yang biasa di gunakan oleh para aktor dan artis di TV.
Lalu menidurkan plang tersebut di kolong mobil.
To be Continued...