Wallace Huang, dikenal sebagai Mafia Iblis yang tanpa memberi ampun kepada musuh atau orang yang telah menyinggungnya. Celine Lin, yang diam-diam telah mencintai Wallace selama beberapa tahun. Namun ia tidak pernah mengungkapnya.
Persahabatannya dengan Mark Huang, yang adalah keponakan Wallace, membuatnya bertemu kembali dengan pria yang dia cintai setelah lima tahun berlalu. Akan tetapi, Wallace tidak mengenal gadis itu sama sekali.
Wallace yang membenci Celina akibat kejadian yang menimpa Mark sehingga berniat membunuh gadis malang tersebut.
Namun, karena sebuah alasan Wallace menikahi Celine. pernikahan tersebut membuat Celine semakin menderita dan terjebak semakin dalam akibat ulah pihak keluarga suaminya.
Akankah Wallace mencintai Celine yang telah menyimpan perasaan selama lima tahun?
Berada di antara pihak keluarga besar dan istri, Siapa yang akan menjadi pilihan Wallace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Beberapa saat kemudian, Mark berjalan mengelilingi halaman rumah yang luas, mencari Celine.
"Ke mana Celine? Kenapa tidak ada?" gumamnya.
"Mark!" panggil Celine dari belakang.
"Celine, aku mencarimu dari tadi," sahut Mark menoleh.
"Aku sedang mandi," jawab Celine.
"Mandi? Aku tadi ke kamarmu, tapi kamu tidak ada di sana."
"Mungkin setelah kamu pergi, aku masuk kamar. Kamu sudah baikan? Kenapa tiba-tiba keluar dari rumah sakit?"
"Aku sudah sembuh. Hanya luka luar, aku bisa rawat sendiri. Bagaimana denganmu di sini? Apa Paman memarahimu atau mempersulitmu?" tanya Mark pelan.
"Tidak, aku baik-baik saja. Jangan khawatir."
Mark menggenggam tangan Celine. "Aku akan melindungimu. Untuk sekarang, tetaplah di sini. Rumah ini aman dan jauh dari bahaya."
"Mark, ini bukan rumahku. Aku hanya tinggal sementara. Makan minum gratis tanpa berbuat apa-apa rasanya tidak enak. Lagi pula, Pamanmu sudah banyak membantuku," jawab Celine.
Mark menatap perban di tangan Celine. "Kenapa tanganmu terluka?"
"Aku hanya tidak hati-hati. Sudah tidak apa-apa," ujar Celine. "Aneh… aku bahkan tak ingat kenapa tanganku terluka, batinnya.
"Pamanku sedang mandi. Aku dengar malam ini dia akan pulang ke rumah Kakek. Jadi, aku akan memasak untukmu!" ucap Mark sambil menarik Celine duduk di bangku panjang.
"Mark, kamu baru sembuh. Harusnya istirahat. Kau terluka juga karena aku," kata Celine.
"Kita sahabat tak terpisah. Sudah seharusnya aku melindungimu. Jangan sungkan padaku," ujar Mark tersenyum.
"Aku dengar kabar dari Kakak Nico. Paman akan dijodohkan dengan Lucy, cinta pertamanya di universitas," bisik Mark.
Celine terdiam, mengingat Lucy yang pernah dilihatnya dulu. "Dijodohkan?"
"Iya, Paman tidak pernah dekat dengan wanita mana pun. Hanya Lucy yang paling dekat. Kedua keluarga sudah setuju. Malam ini Kakek memintanya pulang untuk membahas pernikahan mereka," jelas Mark.
Celine terdiam dan menunduk. Ada rasa sedih dan cemburu di hatinya, tapi ia hanya bisa pasrah.
"Itu kabar baik. Aku yakin Lucy pasti wanita yang hebat," ujarnya pelan.
"Iya, mereka sangat serasi. Paman memikul tanggung jawab besar sebagai ketua mafia dan penerus semua bisnis keluarga. Dia butuh pasangan yang bisa mendukungnya dan menghadapi semua rintangan bersamanya. Keluarga Huang memang ditakuti, tapi musuh mereka juga banyak," jelas Mark.
"Pamanmu luar biasa, mampu menanggung beban seberat itu," kata Celine lirih.
Tak lama, Wallace melangkah mendekati mereka. Namun Mark dan Celine belum menyadari kehadirannya.
"Celine, apa kamu…," Mark terhenti saat melihat rantai kalung di leher gadis itu. "Kamu masih mencintai dia? Kalung ini sudah lama bersamamu?"
Wallace berhenti melangkah, mendengar pembicaraan mereka.
Celine tertegun sejenak sebelum menjawab, "Tidak. Aku akan segera melupakannya."
"Yakin? Lalu bagaimana dengan kalung ini?" tanya Mark lagi.
"Aku akan mengembalikannya. Ini miliknya. Hanya wanita yang menjadi istrinya yang pantas memakainya," ujar Celine pelan.
"Kehidupanku sudah berantakan. Aku juga merasa diriku sangat kotor. Mana mungkin aku berharap cintanya? Dia dan Lucy sudah saling mencintai sejak dulu. Sudah saatnya aku melepaskan cinta yang selama ini kupendam, batinnya.
"Kalau begitu, ikut aku ke luar negeri!" ajak Mark sambil menggenggam tangan Celine erat.
Wallace yang berdiri tak jauh dari mereka menatap tajam. Matanya beralih pada tangan Mark yang menggenggam tangan Celine.
"Kenapa aku harus peduli pada hubungan mereka dan apa yang dia katakan?" batin Wallace.