Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pengasuh Nada
"Bu Zinni, jangan pulang, aku ingin Bu Zinni di sini dan bobo dengan aku," rengek Nada. Permintaan Nada membuat Zinni bingung dan berpikir keras, dia tidak enak kalau harus nginap, terlebih dirinya belum diterima atau ditunjuk sebagai pengasuh Nada oleh Excel. Seandainya Excel sudah menunjuknya sebagai pengasuh, mungkin ia tidak akan terlalu merasa tidak enak terhadap Excel.
"Tapi, Bu Zinni sepertinya harus pulang. Apalagi ini sudah mau malam," tolak Zinni halus.
"Tidak mau, aku maunya Bu Zinni tidur di sini," rengek Nada lagi. Zinni terdiam, dia semakin bingung. Mending kalau Excel membolehkan, kalau tidak, ia yang malu.
"Kamu dengar kata anak saya saja. Lagian anggap saja permintaan anak saya sebagai pekerjaan yang kamu minta. Bukankah diawal kamu minta pekerjaan, dan selama dua bulan kamu tidak minta digaji, anggap saja gaji kamu adalah uang kost-an kamu yang sudah saya bayarkan pada pemilik kost? Gimana, kamu paham sampai sini?" jelas Excel.
Zinni berpikir sejenak untuk mencerna apa yang dikatakan Excel barusan. "Oh, iya, Pak. Saya paham. Jadi, malam ini saya bekerja di sini?"
"Anggap saja begitu, bukankah kamu pernah katakan kalau kamu hanya bisa bayar uang yang saya pinjamkan hanya dengan tenaga, bahkan kamu bilang selama dua bulan tidak apa-apa tidak digaji. Kamu masih ingat?" ucap EXcel berusaha mengingatkan.
"Iya, Pak, saya ingat," balas Zinni mengangguk.
"Ya sudah, kalau begitu, lakukan tugasmu," titah Excel sembari berlalu. Zinni menatap kepergian Excel yang selalu saja bicara judes kepadanya.
"Ihhh, amit-amit, pria judes. Pantes saja bercerai dengan Bundanya Nada, perangainya juga nggak bagus," batin Zinni.
"Bu Zinni, ayo masuk kamar aku," ajak Nada seraya meraih lengan Zinni, kemudian ditarik menuju sebuah kamar yang persis berdekatan dengan kamar Excel.
"Wahhh, ini kamar Nada?" Zinni takjub melihat kamar Nada yang terbilang bagus rapi dan luas, sama seperti dua kali lipat kamar miliknya di kost-an.
"Iya, Bu Zinni, ini kamar aku," jawab Nada sembari memperlihatkan seisi kamar yang hampir penuh dengan boneka doraemon kesukaannya.
"Baiklah, Nada sekarang mau bobo, kan? Ayo, Bu Zinni temani Nada bobo." Nada patuh, dia menaiki ranjang dan mulai berbaring. Tanpa dikomando bocah yang baru genap lima tahun itu, berdoa terlebih dahulu sebelum tidur.
"Bu Zinni, aku mau cerita," pinta Nada. Zinni mengerutkan kening.
"Cerita apa? Apa Nada punya bukunya?"
"Aku punya buku cerita tentang si gadis miskin dan pangeran," ujar Nada sembari menunjukkan koleksi buku cerita miliknya.
"Baiklah, Bu Zinni cerita, ya."
Zinni mulai bercerita sesuai buku cerita yang ditunjukkan Nada. Sementara Nada mendengarkan sambil berbaring. Lama-kelamaan, Nada mulai memejamkan mata dan tertidur. Helaan nafas lembut dan teratur kini terdengar dari bocah lima tahun itu.
Zinni perlahan bangkit dan bergegas menuju pintu. Ia keluar dari kamar Nada. Kemudian ia bermaksud menuruni tangga dan menghampiri Bi Ocoh di dapur. Tiba di lantai pintu menuju dapur, Zinni melihat dan mendengar Excel sedang bicara dengan Bi Ocoh.
"Den, boleh Bibi minta izin untuk ambil libur selama dua hari, soalnya bibi hari Rabu dan Kamis mau menikahkan Irfan anak bungsu bibi?" ujar Bi Ocoh mengungkapkan keinginannya.
"Oh begitu, ya, Bi? Boleh. Bi Ocoh saya kasih libur seminggu, mulai hari Senin besok."
"Lho, nggak usah Den, bibi hanya butuh Rabu dan Kamis saja." Bi Ocoh protes merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa, Bi. Itu, kan, termasuk jatah cuti bibi selama setahun yang tidak pernah bibi ambil. Dan sekarang saya berikan pada Bibi. Bahkan kalau mau dua minggu juga tidak masalah. Itu jatah cuti Bi Ocoh sama Mang Udin yang tidak pernah diambil."
"Beneran, Den?" tanya Bi Ocoh tidak percaya. Wajah wanita setengah abad itu terlihat bahagia.
"Iya, beneran."
"Lalu, gimana di sini Den Excel jika bibi tinggalkan sama Mang Udin?"
"Tidak apa-apa, Bi. Tidak masalah. Saya bisa beli makan di luar kalau saya mau makan, atau saya minta tolong perempuan muda itu saja untuk buatkan saya makanan," tukas Excel.
"Memangnya Neng Zinni akan bekerja di sini, Den?" Bi Ocoh terlihat bingung.
"Dia meminta saya pekerjaan, untuk sementara saya hanya bisa mempekerjakan dia sebagai pengasuh Nada. Kebetulan Nada senang ada perempuan muda itu. Bibi jangan khawatir, selama bibi cuti, biar dia yang buatkan saya makanan, itupun kalau saya mau," terang Excel.
"Baiklah, Den. Kalau begitu terimakasih. Lebih baik saya persiapkan untuk berangkat besok."
"Silahkan, Bi." Excel membalikkan badan, di ruang tengah dia melihat Zinni yang baru akan menuju dapur.
"Kamu? Apa anak saya sudah tidur?"
"Sudah, Pak."
"Baiklah, mari ikut saya." Excel membawa Zinni ke ruang tamu, lalu menyuruhnya duduk. Excel mulai berkata.
"Karena dua minggu mendatang Bi Ocoh akan libur ke kampungnya, untuk sementara kamu saya tagih janjinya sesuai janjimu untuk bekerja apa saja di sini selama Bi Ocoh liburan. Gimana, kamu sanggup?" Excel menatap Zinni meminta keyakinan.
"Sanggup, Pak. Saya bisa apa saja, kok," jawab Zinni membuat Excel yakin.
"Ya sudah, sekarang minta Bi Ocoh tunjukkan kamar kamu di lantai bawah ini."
"Baik, Pak." Zinni berlalu menuju menghampiri Bi Ocoh.
***
Besoknya, pagi-pagi sekali meja makan sudah penuh dengan sarapan pagi yang telah disiapkan Bi Ocoh. Sementara Zinni baru saja turun ke bawah sembari menuntun Nada.
"Duduk, Sayang." Zinni memberikan kursi untuk Nada. Bocah itu hari ini sudah mulai masuk sekolah lagi, untuk itu ia harus sarapan terlebih dahulu. Bi Ocoh sigap menyiapkan sarapan untuk Nada.
"Bi, apa benar Bibi hari ini akan pulang untuk liburan?" Zinni melontarkan pertanyaan pada Bi Ocoh.
"Benar, Neng. Neng Zinni jangan takut, kalau saya pergi, Neng Zinni tinggal lakukan saja apa yang Den minta. Kalau Den minta dibuatkan sesuatu, tinggal ambil saja bahannya di kulkas," ujar Bi Ocoh menjelaskan sebelum ia benar-benar berpamitan pulang.
Tepat jam tujuh pas, Bi Ocoh pergi dan berpamitan pada Excel. Setelah Bi Ocoh pergi, kini Excel yang akan bersiap untuk pergi, mengantar Nada sekolah ke TK Dahlia. Sebenarnya Excel berencana memindahkan Nada ke TK lain, sejak insiden kemarin.
"Bu Zinni, ayo." Nada meraih lengan Zinni untuk dibawanya ikut.
"Tidak, Sayang. Sebab Bu Zinni ...." Zinni hilang kata-kata untuk menyampaikan alasan yang sebenarnya pada Nada.
"Bu Zinni, sudah tidak bisa ke TK Dahlia lagi, sebab kontrak kerjanya sudah habis," sela Excel memberikan alasan kepada Nada yang kira-kira bisa dimengerti anak seumur Nada.
Nada diam, dia kurang paham maksud sang papa, maklum bocah. Excel dan Nada pun segera bergegas meninggalkan rumah untuk menuju TK Dahlia.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan