Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Kakak Beradik.
Kalandra dan Kendra menikmati makan malam mereka hanya dengan semangkuk mie nyemek ala Lituhayu.
Meskipun bagi Kalandra ini tidak sehat dan sangat tidak berkelas, tapi itu cukup membuatnya menahan lapar untuk satu malam.
Baru saja mereka menyelesaikan makan, Kalandra melihat seorang lelaki datang bersama seorang wanita menghampiri Alana.
Rasa ingin tahunya begitu besar, saat seorang pria berbicara dan kemudian masuk ke dalam rumah Alana. Sedangkan wanita yang datang bersama pria tadi berdiri menggantikan posisi Alana di kedai.
Kalandra mencoba melihat keadaan di dalam rumah. Terlihat pria itu memeriksa kaki Alana. Dia merasa pria itu adalah seorang dokter.
" Eh, kamu!"panggil Kalandra membuat Narti yang akan melewatinya pun berjalan ke arahnya.
" Siapa pria itu yang datang bersamamu tadi?" tanya Kalandra dengan rasa penasaran.
Narti terdiam. Dia merasa pria tampan di depannya tidak punya adab dalam berbicara.
" Hae..." ucap Kalandra membuyarkan lamunan Narti.
"Dia Dokter Juna yang sedang memeriksa kaki Mbak Alana." jelas Narti yang sebenarnya tidak menyukai pria yang nampak angkuh itu.
"Bagaimana keadaannya?" lanjut Kalandra.
"Tadi sempat bengkak, tapi semoga saja setelah diperiksa Dokter Juna jadi lebih baik." sambut Narti.
" Oh, ya sudah." Kalandra seolah sudah selesai dengan rasa ingin tahunya. Dia meminta wanita itu untuk segera pergi.
Rasa khawatir itu tidak lagi memenuhi pikirannya. Tepatnya rasa bersalah pria itu pada Alana.
" Kita balik!" ucap Kalandra dengan mengeluarkan uang ratusan dan meletakkan lembar kertas itu di bawah mangkuk mienya.
"Sebentar, aku belum menghabiskan kopiku!" tolak Kendra merasa masih betah di kedai Lituhayu.
"Aku buatkan kopi di villa nanti." ucap Kalandra membuat Ken tersedak. Mana mungkin dia percaya, jika abangnya itu akan masuk ke dapur hanya untuk membuat kopi.
Ken tidak menggagas keinginan Kalandra. Pemuda itu masih asyik menikmati kopi hangat dengan hawa dingin pegunungan. Tapi, Kalandra dengan sigap mengambil kunci mobil dan beranjak menuju mobil yang terparkir di samping rumah.
" Shiiitt...." umpat Ken, gegas meninggalkan cangkir kopinya dan mengejar Kalandra yang sudah duduk di belakang kemudi.
Ken membuka pintu mobil yang berlahan mundur. Pria itu membanting pintu mobil setelah duduk di sebelah abangnya.
" Kenapa harus buru-buru, Bang. Kita tidak bisa mendapatkan tempat seistimewa itu di kota." protes Ken masih merasa kesal dengan Abangnya.
Kalandra tak menggubris ocehan Ken, dia merasa tidak perlu lagi datang atau berlama-lama di tempat itu.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, padahal dari jarak villa dengan warung Lituhayu tidaklah sangat jauh. Hanya butuh waktu sepuluh menit, mobil berbelok pada sebuah bangunan megah dengan halaman luas.
" Kenapa Abang ini?" tanya Ken saat Kalandra mematikan mesin.
Tanpa menjawab adiknya Kalandra langsung keluar dari mobil dengan kunci mobil yang masih menempel. Ken menatap sikap abangnya yang aneh.
"Dasar pria tua, memang susah di mengerti!" gumam Ken dengan mengambil kunci mobil.
Pria itu pun langsung masuk ke dalam rumah. Mencari keberadaan abangnya, semuak apapun dia dengan abangnya tetap saja dia peduli jika ada yang berbeda dengan sikap Kalandra.
Ken mengambil minuman dingin dari kulkas, melempar minuman yang mengandung viber ke arah Kalandra. Dia tahu abangnya sangat menjaga kondisi tubuhnya.
"Kenapa sih?" tanya Ken dengan menyesap rokok elektrik setelah meletakkan bobotnya di balkon bersama Kalandra.
Sedangkan Kalandra masih melihat layar ponselnya dengan wajah dingin. Pria itu sedang membalas pesan dari sekretarisnya.
"Abang masih berhubungan dengan sekretaris itu?" tanya Ken dengan menatap Kalandra yang kini meletakkan ponselnya di meja.
"Dia sekretarisku tentu saja aku masih berhubungan." jawab Kalandra. Kendra mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti apa yang diucapkan abangnya.
Sebenarnya, Ken tidaklah bodoh, hanya saja dia selalu mengandalkan orang tua dan abangnya hingga pemuda itu tidak menonjol. Padahal sebenarnya otaknya tidak kalah pintar dari Kalandra.
"Abang nggak ada rencana menikah? Menikah dengan wanita baik-baik bukan tempat pembuangan peju saja."
" Seks dalam pernikahan juga punya peran penting." jawab Kalandra yang ternyata otaknya mesum maksimal.
"Aku mengerti? Tapi seks itu butuh jam terbang juga, semakin jam terbangnya tinggi semakin pintar juga dia di ranjang." ucap Ken dengan mengepulkan asap rokoknya ke udara.
Kalandra hanya menatap adiknya, ternyata Kendra sudah dewasa dan sudah berpengalaman juga tentang wanita.
" Dan tubuh seksi yang memukau seperti sekretaris itu tidak ada gunanya jika dinikmati banyak pria lainnya. Apalagi jika tergerus usia, semua akan keriput"
Mendengar ucapan Ken, Kalandra tersenyum tipis. Pemuda yang selalu dianggap bocah itu malah terkesan menasehatinya.
" Emang kamu sudah pernah jatuh cinta? Coba katakan cewek mana yang membuat kamu jatuh cinta? Biar Abang lamar buat kamu!" gertak Kalandra dia merasa adiknya itu sok tua soal pasangan. Padahal setahu Kai, gadis-gadis yang ditiduri adiknya itu hanyalah cabe-cabean.
" Hahaha....hahahaha....ahahah...." tawa Ken mengisi setiap kesunyian malam di vila itu.
" Jangan sekarang! Mungkin Abang akan mendapatkan penolakan." kalimat Ken membuat Kalandra menatap penasaran adiknya.
Mana mungkin ada yang menolak generasi Bagaskara. Apalagi Kendra juga punya wajah yang tampan dan tubuh yang tak jauh beda darinya.
"Siapa berani menolak pewaris keluarga Bagaskara?" Kalandra malah semakin penasaran. Tidak pernah Ken dengan mode seserius saat ini saat bicara dengannya.
Obrolan malam ini menjadi obrolan dari hati ke hati yang belum pernah dilakukan kakak beradik itu.
" Pengen tau banget atau pengen tahu saja?" goda Ken malah membuat Kalandra mengumpat kesal ke arah Ken.
Pria itu pun langsung pergi meninggalkan Ken yang kini duduk sendiri di balkon yang mengarah pada waduk.
Setelah kepergian abangnya, Ken membuka salah satu file di ponselnya. Di sana ad gadis berkerudung yang sebenarnya sudah mengambil hatinya. Tapi Ken selalu tahu diri, dia hanyalah begajulan yang tak mungkin dilirik sang bidadari.
" Seburuk-buruknya laki-laki pasti selalu menginginkan wanita baik-baik dan Solehah kecuali pria itu sudah tidak punya pilihan lagi." gumam Ken kemudian tertawa sendiri sambil menikmati' rokoknya.
Sementara itu di dalam kamar Kalandra sudah janjian dengan Nisa sang sekretaris. Malam ini Nisa akan memberikan sesuatu yang beda dari biasanya.
Benda pipih yang ada di tangan Kalandra tengah berbunyi. Sexcretaris Nisa, nama itu yang menghiasi layar ponselnya.
Kalandra pun mengangkat panggilan Nisa. Pria itu sedikit terkejut saat melihat tampilan Nisa yang sangat seksi. Gadis itu sedang mengenakan lingerie yang sangat minim dan tipis yang hanya menutupi sebagian kecil bagian tubuhnya.
Saat melihat pria tampannya, Nisa langsung menunjukkan ekspresi sensual. Dua hari tidak bertemu bos gantengnya itu, Nisa pun mencoba membangunkan gairah pria yang selalu membuat dirinya terkulai lemas diatas tempat tidur.
lnjt kak..