NovelToon NovelToon
AKU BUKAN USTADZAH

AKU BUKAN USTADZAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ummu nafizah

"Aku Bukan Ustadzah" mengisahkan perjalanan Aisyah, seorang wanita sederhana yang dikenal taat dan aktif di lingkungan sosial keagamaan, namun selalu menolak disebut ustadzah. Ia merasa masih terus belajar dan takut gelar itu membuatnya terjebak dalam citra yang bukan dirinya. Di tengah aktivitas dakwahnya, hadir Khaerul—seorang pemuda tangguh yang dulu jauh dari agama namun kini berjuang menata hidup dengan semangat hijrah. Pertemuan mereka membawa dinamika antara prinsip, cinta, dan pencarian jati diri. Novel ini menyajikan konflik batin, perjuangan iman, dan ketulusan cinta yang tak selalu harus dimiliki namun untuk dimengerti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummu nafizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Riak Keluarga dan Luka yang Belum Sembuh

Setelah badai panjang yang hampir merenggut nyawa Aisyah dan anaknya, suasana rumah mereka di desa Batupute mulai merasakan hangatnya mentari kembali. Bayi mungil yang telah mereka nanti dengan tangis dan doa, kini hadir membawa nuansa baru: harapan.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama. Ada riak dalam keluarga, bisikan di antara para santri, dan sorotan tajam dari sebagian masyarakat. Aisyah yang masih dalam masa pemulihan mulai merasakan hawa yang tidak biasa. Tatapan yang dulu hangat kini menjadi datar. Beberapa santri yang biasanya selalu sigap menyambutnya mulai menjaga jarak.

Sore itu, Aisyah duduk di beranda rumahnya, memandangi langit kemerahan yang seperti membawa isyarat sesuatu yang akan pecah. Di dalam hatinya, ia mencoba menenangkan diri. Tapi ia tahu, badai belum sepenuhnya reda. Khaerul datang membawa sepucuk surat tanpa nama. Isinya adalah fitnah—tulisan tajam yang menuduhnya sebagai perempuan yang membawa celaka dan mengajarkan ajaran menyimpang.

"Ini bukan sekadar ujian, Aisyah. Ini pertarungan yang lebih dalam," kata Khaerul sambil menggenggam tangannya erat.

Aisyah mengangguk pelan. "Biarlah fitnah datang dari segala arah, selama Allah masih menjadi arah tujuanku, aku tidak akan tumbang."

Namun ujian itu tidak hanya datang dari luar. Kakak tiri Aisyah, Syarifah, datang dari kota dengan wajah masam. Ia menuduh Aisyah telah meninggalkan tanggung jawab keluarga, terutama kepada ayah mereka yang kini terbaring lemah.

"Kau memilih tinggal di desa terpencil ini hanya untuk menjadi tokoh agama gadungan? Kau bahkan tak pernah menelpon Ayah!" bentaknya di hadapan warga yang kebetulan hadir.

Aisyah tertunduk, tapi Khaerul maju. "Syarifah, jangan nilai pengorbanan Aisyah dengan standar dunia. Ia memilih dakwah karena keyakinannya, dan itu tidak berarti ia melupakan keluarga."

Suasana tegang. Namun seorang santri perempuan, Zahra, tiba-tiba menangis. Ia bersujud di depan Aisyah. "Ustadzah, maafkan kami... kami terpengaruh omongan dari luar. Tapi malam ini aku bermimpi, Ibu Aisyah diselimuti cahaya di tengah malam dan mengajarkan kami Al-Fatihah. Aku yakin, semua ini hanya fitnah."

Kisah Zahra membuat suasana berubah. Beberapa santri mulai menangis. Tapi di sudut lain desa, seorang lelaki paruh baya—Pak Samad—kembali menyusun rencana. Ia belum puas. Ia mengincar kehancuran total.

Malam itu, suara azan Isya menggema dari surau kecil. Aisyah tetap datang, meski tubuhnya masih lemah. Ia berdiri di hadapan para santri, membacakan tafsir ayat tentang sabar dan balasan bagi orang-orang yang difitnah.

"Allah tidak tidur," ucapnya, suaranya tenang namun menggetarkan. "Dan Dia akan tunjukkan siapa yang benar dan siapa yang hanya menebar dusta."

Di langit desa Batupute, bintang bersinar lebih terang dari malam-malam sebelumnya. Tanda bahwa di tengah luka, ada kekuatan yang terus menyala.

Ketika malam merangkak ke puncaknya, hujan turun dengan deras. Aisyah menggigil dalam balutan mukena. Kepalanya terasa berat, tubuhnya nyeri seolah meresapi seluruh kesedihan dunia. Di pelataran rumah, Khaerul duduk terpejam, memanjatkan doa panjang sambil memeluk anak mereka yang belum genap sebulan.

"Ya Allah, Engkau tahu kelemahan kami. Jika ini ujian-Mu, maka beri kami kekuatan. Tapi jika ini fitnah dari manusia, hancurkanlah niat buruk mereka dengan kuasa-Mu."

Keesokan harinya, berita tersebar cepat: rumah salah satu tokoh adat terbakar. Tidak ada korban, namun dokumen dan buku-buku warisan adat hangus terbakar. Orang-orang mulai berspekulasi. Sebagian menyalahkan Aisyah. Yang lain menyebutnya azab karena kedzaliman.

Namun yang paling mengejutkan adalah munculnya suara rekaman di gawai seorang santri. Suara Pak Samad, dengan jelas, terdengar mengatur penyebaran fitnah dan provokasi.

"Pastikan semua warga tahu bahwa Aisyah bukan siapa-siapa. Dia hanya bayangan dari masa lalu yang harus kita hilangkan..."

Rekaman itu bocor dan menyebar cepat. Warga mulai terbelah. Sebagian mulai berpihak pada Aisyah, yang tetap sabar dan istiqamah. Tapi ketegangan tetap menggantung seperti awan hitam di atas desa.

Di akhir hari, saat langit mulai biru kembali, Aisyah duduk bersama para santri. Ia menatap mata mereka satu per satu, dan dengan suara pelan tapi dalam, ia berkata:

"Kebenaran tidak butuh sorak-sorai. Ia hanya butuh waktu. Dan kita... butuh sabar yang tak berbatas."

Desa Batupute belum kembali tenang. Tapi cahaya di mata Aisyah dan Khaerul kini lebih terang dari sebelumnya.

Namun belum selesai derita itu, malam kembali menghadirkan ujian. Anak santri perempuan yang paling dekat dengan Aisyah—Rani—menghilang. Sepucuk surat tertinggal di kamar kecilnya, menyebutkan bahwa ia diculik oleh orang yang ingin "menebus harga kesesatan pondok."

Aisyah jatuh terduduk.

“Ya Rabb... sampai kapan jalan ini berduri? Tapi demi Engkau, aku tak akan mundur.”

Langit di atas Batupute menggulung awan kelam. Tapi dari jendela kecil, cahaya lilin tetap menyala. Dalam luka, dalam dera, dalam fitnah, dan kehilangan... cinta dan keimanan mereka tetap menyala.

1
Armin Arlert
karya ini benar-benar bikin saya terhibur. Terima kasih thor banyak, keep up the good work!
nafizah: mohon dukungannya yaa
total 1 replies
Aono Morimiya
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Nana Mina 26
Membekas di hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!