James Morgan adalah seorang pria dengan sejuta pesona yang dapat membuat banyak wanita terpikat olehnya. Tetapi di jaman sekarang ketampanan apa gunanya jika tidak memiliki uang dan kekuasaan?
Kisah tragis seorang pemuda tampan ditinggalkan oleh pacar materialistisnya karena mendambakan kemewahan.
Hingga suatu hari dia memiliki sistem kekayaan terhebat yang mengubah hidupnya yang biasa biasa saja menjadi luar biasa. Mobil super? Rumah mewah? Kehormatan? dan Wanita?? bahkan secantik bidadaripun bisa dia dapatkan dengan mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Mansion keluarga Taylor
Saat ini James dan Vivian sudah tiba di depan sebuah mansion mewah yang terletak di tepi pantai, sepertinya besar rumah ini setara bahkan lebih besar dari villa milik James.
'Seperti yang di harapkan dari pemilik Veritas group.' batin James.
"Pemandangan yang indah." Gumamnya melihat ke arah sekitar, terdengar Samar semilir angin dan deburan ombak dari sekitar mansion.
"Memang, di sini adalah tempat ternyaman bagiku, tapi karena harus bertanggung jawab atas perusahaan keluarga, aku harus tinggal sendiri jauh dari rumah ini." Ujar Vivian menghirup udara segar yang dia rindukan, sudah lama dia tidak mengunjungi rumah kedua orang tuanya.
James yang mendengar itu hanya terdiam menatap profil samping Vivian, bagaimanapun dia tidak tau kondisi ikatan keluarganya.
"Ayo ikut aku." Ajak Vivian menggenggam tangan James.
James menurut saja dan tidak protes ketika Vivian menyeretnya memasuki area rumah keluarganya.
"Selamat datang kembali nona." Sambut para pelayan keluarga Vivian.
Vivian hanya tersenyum tipis menanggapi mereka.
Sedangkan para pelayan yang melihat nona muda mereka menggandeng seorang pria tampan merasa sangat bingung dan penasaran.
"Siapa pria yang di gandeng nona Vivian?" Bisik beberapa pelayan.
"Tidak tau, bukankah yang tadi datang adalah tunangannya ya."
"Wah gawat, nona Vivian akan terkena masalah, karena keluarganya saat ini sedang bersama keluarga dari pihak tunangan pilihan tuan besar."
"..."
Vivian dan James tidak mendengar bisik bisik dari beberapa orang itu, hingga sampai di ruang tamu, mereka berdua mendengar suara ramai dari beberapa orang.
Seketika langkah mereka berhenti.
Ternyata pihak keluarga dari pria yang ingin di jodohkan dengan Vivian sedang bertamu ke rumah keluarga Taylor.
"Vi, sepertinya kita datang di waktu yang tidak tepat?" Bisik James pada Vivian.
Vivian juga sedikit terkejut dan merasa gugup saat ini, tidak menyangka pertemuan keluarga mereka akan terjadi secepat ini.
Sepertinya spam telepon dari ayahnya pagi ini adalah tentang pertemuan ini.
"Huh, menyebalkan, mereka berasal dari keluarga Hilton James, kau tidak usah takut, bahkan dengan usaha keluarga mereka tidak bisa menandingi semua saham milikmu." Bisik Vivian menenangkan, takut James merasa gugup saat ini.
James ingin sekali tertawa ketika melihat Vivian yang mengkhawatirkannya, padahal dia tidak merasa gugup sedikitpun, bahkan mungkin saat ini Vivian sendiri jelas lebih terlihat gugup sekarang.
Kedua keluarga yang mendengar suara langkah kaki, seketika mengalihkan perhatian mereka pada James dan Vivian.
Evan dan Stevia, ayah dan ibu Vivian sangat terkejut ketika melihat putrinya membawa dan menggandeng seorang pria ke rumah keluarga mereka.
Tak jauh berbeda dengan keluarga Hilton, bahkan Andreas pria yang di jodohkan dengan Vivian, seketika tidak bisa menahan rasa kesal yang kentara di wajahnya.
Suasana mendadak tegang ketika semua orang menatap keduanya yang sedang bergandengan tangan dengan mesra.
Vivian menatap wajah kedua orang tuanya yang menatapnya dengan penuh pertanyaan, seketika dia merasa lebih gugup sekarang.
Dia menghela nafasnya dengan panjang, menggenggam tangan James dengan erat, dan berkeras hati untuk berjalan mendekat.
James dapat merasakan genggaman erat Vivian,mungkin gadis ini merasa tertekan, entah kenapa dia merasa suatu masalah besar akan terjadi.
"Vivian apa maksudmu?" Ujar sang ayah dengan suara dalam.
Stevia yang melihat sang suami yang sepertinya hendak marah mengalihkan perhatiannya agar suasana tidak terlalu tegang.
"Vivi sayang, akhirnya kau ingat pulang." Ujar Stevia memeluk erat putrinya.
"Aku merindukan ibu." Ucap Vivian pada Stevia.
"Hmm ayah dan ibu juga merindukanmu."
Melihat kedua wanita yang berbeda usia itu berpelukan melepas rindu, Evan menghela nafasnya kasar, wajahnya yang kaku seketika mengendur karena emosinya mereda.
"Ayo duduklah, bicarakan dan jelaskan dengan baik baik." Ujar Stevia lembut, dan mengisyaratkan suaminya untuk tidak marah dengan gelengan kepalanya.
Vivian menatap James dan mengangguk, lalu mereka berdua duduk di sofa kosong bersampingan.
"Ibu, ayah, dan juga paman dan bibi, sebelumnya maafkan aku, aku tidak bisa menerima perjodohan yang kalian atur antara aku dan Andreas, karena sebenarnya aku sudah memiliki pacar yang sangat ku cintai." Ujar Vivian, lalu menatap James dan kembali menggenggam tangannya.
"Perkenalkan dia adalah James Morgan, pacarku." Lanjutnya.
"Pacarmu!" Keget keempat orang tua. Sedangkan Andreas hanya terdiam menatap James dengan wajah kebencian.
"Iya." Ujar Vivian tersenyum lebar.
Evan menghela nafasnya kasar setelah mendengar pernyataan putrinya yang berani, entah bagaimana dia harus menyikapinya, haruskah dia marah? Tetapi melihat senyuman lebar Vivian, membuatnya merasa bersalah telah memaksanya untuk di jodohkan.
Kedua orang tua Vivian dan Andreas, mengamati James dari wajah sampai ke kakinya. Pria yang di bawa Vivian memang berwajah sangat tampan yang membuat mereka sedikit kagum, tetapi melihat pakaiannya yang terlihat santai, dia tidak terlihat seperti seorang pria yang berniat ingin mengunjungi orang tua dari pihak keluarga perempuan.
Mereka tidak tau bagaimana karakternya dan sepertinya juga bukan berasal dari kalangan keluarga kelas atas.
Vivian sedikit menyikut tangan James, mengkode agar dia mengenalkan diri pada semua orang.
James tentu tidak bodoh untuk segera mengetahui itu.
"Hallo paman dan bibi, perkenalkan nama saya James Morgan, senang bertemu dengan semuanya hari ini."
James memperkenalkan dirinya dengan tersenyum sopan, gerak tubuhnya yang elegan dan tenang membuat Evan dan yang lainnya merasa terkesan.
James diam diam mengamati kedua orang tua Andreas, sepertinya mereka adalah orang yang baik, yang tidak memaksakan kehendak Mereka pada Vivian untuk harus menikah dengan putranya.
Berbeda dengan orangtuanya, justru saat ini Andreas memandangnya dengan tatapan tajam. Mungkin jika tatapan itu adalah sebilah pisau tajam, James mungkin sudah tertusuk beberapa kali di beberapa bagian tubuhnya dari tadi.
Andreas saat ini sangat tidak rela di dalam hatinya, dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama pada sosok Vivian, wanita cantik yang mandiri dan terhormat, tidak seperti wanita murahan yang dengan mudah dia permainkan di luaran sana.
"Ayah, ibu, paman dan bibi, aku tidak bisa menerima ini, bukankah Vivian adalah calon istriku, bagaimana mungkin pria yang tidak tau darimana asal usulnya ini tiba tiba merebutnya dariku." Ujar Andreas yang mengejutkan semua orang. Dia berdiri dari kursinya dan menatap James dengan tatapan garang. Suasana seketika menjadi tegang kembali setelah kata kata Andreas jatuh.