pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
memperhatikan sekitar
Setelah interogasi panjang tentang bakatnya, Thanzi menjawab dengan tenang dan percaya diri, menggunakan penjelasan yang samar namun ilmiah. Ia berhasil meyakinkan mereka bahwa ia adalah bakat alami yang unik dan belum terklasifikasi, yang masih dalam tahap eksplorasi kemampuannya. Percakapan ini diakhiri dengan pemberian misi rahasia ke Hutan Terlarang, sebuah misi yang berisiko tinggi namun menjanjikan pengakuan besar jika berhasil.
Thanzi menerima misi itu dengan senyum tipis di bibirnya.
Dengan pikiran yang berputar, Thanzi kembali ke asramanya. Ia merasakan energi di sekitar kamarnya—dua aura yang dikenalnya, menunggu.
Setibanya di depan pintu kamarnya, ia mendapati pemandangan yang sudah ia duga: Jasper dan Seraphina sudah menunggunya, ekspresi mereka adalah campuran rasa ingin tahu yang membara dan sedikit canggung, jelas-jelas penasaran tentang apa yang terjadi di ruang Kepala Profesor.
Thanzi menyambut mereka berdua dengan senyum tipis yang jarang ia tunjukkan pada orang lain selain Grace, senyum yang kali ini lebih tulus karena ia melihat sekutunya. "Sudah lama menunggu?" tanyanya, suaranya tenang, menyiratkan keakraban yang baru terbentuk.
"Lumayan," jawab Jasper, menggaruk tengkuknya, matanya mencoba membaca ekspresi Thanzi.
"Ada apa? Kau dipanggil Kepala Profesor? Seluruh Akademi heboh."
Seraphina mengangguk, ekspresinya lebih lugas.
"Rumornya sangat liar. Ada yang bilang kau akan dihukum, ada yang bilang kau akan diusir. Tapi kau terlihat... baik-baik saja."
Thanzi melihat sekitar. Lorong asrama sepi, tidak ada siswa atau penjaga yang lewat. Setelah tidak mendapati siapapun di sekitar mereka, ia sedikit membuka pintu kamarnya. "Masuklah," bisiknya, mengundang mereka berdua. Ia merasa perlu sedikit meyakinkan mereka, menjaga aliansi yang sudah ia bentuk, dan mungkin, mengendalikan narasi tentang dirinya.
Di dalam kamar, mereka mengobrol tentang banyak hal. Thanzi dengan hati-hati menjelaskan bahwa para profesor ingin memahami 'bakat uniknya' lebih dalam. Ia secara samar menyatakan bahwa ia telah diminta untuk melakukan 'penelitian pribadi' selama liburan, yang akan sangat menguras tenaganya. Ia sengaja tidak menyebutkan detail misi rahasia yang sebenarnya, apalagi risiko kematiannya.
"Mereka masih belum sepenuhnya mengerti kekuatanku," Thanzi memulai, nadanya jujur namun ada perhitungan di dalamnya. "Tapi mereka mengakui bahwa kita bekerja dengan sangat baik sebagai sebuah tim. Kalian berdua, terutama, telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam ujian. Tanpa kekuatan api Jasper dan pertahanan bumi Seraphina, strategiku tidak akan berhasil."
Pujian tulus dari Thanzi, yang biasanya acuh tak acuh dan menjaga jarak, membuat Jasper dan Seraphina sedikit tersipu dan merasa dihargai. Mereka adalah orang-orang yang bangga dengan bakat mereka, dan pengakuan dari seseorang yang baru saja mengalahkan pilar Akademi terasa sangat berarti.
"Kurasa... kau memang luar biasa, Thanzi," kata Jasper, dengan nada yang jauh lebih lembut dari biasanya.
Seraphina mengangguk setuju. "Ya. Meski caramu aneh, hasilnya tidak bisa dibantah. Kita adalah tim yang kuat."
"Pokoknya, kita tim yang hebat," kata Thanzi, menyimpulkan obrolan itu dengan senyum kecil. "Aku yakin kita akan bekerja sama lagi di masa depan, entah bagaimana caranya."
Setelah obrolan yang cukup lama, dan beberapa candaan ringan yang baru muncul di antara mereka, mereka memutuskan untuk pergi keluar bersama. Di aula utama Akademi, mereka berpisah. Jasper dan Seraphina memiliki rencana mereka sendiri untuk liburan, mungkin kembali ke keluarga mereka atau berlatih. Thanzi melambaikan tangan kepada mereka, lalu berbalik, menuju area latihan pedang yang jauh dari keramaian.
Perubahan Fisik dan Dedikasi Tak Terbatas:
Menempa Dirinya
Misi rahasia yang diberikan oleh para profesor, yang berisiko tinggi namun menjanjikan kekuasaan, ditambah dengan ambisinya yang membara untuk menemukan Seruling Giok Hitam, memicu semangat Thanzi hingga ke titik ekstrem. Dia tahu bahwa di dalam Hutan Terlarang yang berbahaya itu, otaknya saja tidak cukup. Dia membutuhkan kekuatan fisik yang sepadan, kecepatan refleks yang superior, dan kemampuan pedang yang tak tertandingi untuk bertahan hidup.
Dia menghabiskan setiap hari libur, dari pagi buta hingga larut malam, di lapangan latihan pedang yang sepi. Dia tidak bergabung dengan kelas-kelas formal yang membosankan, melainkan berlatih sendiri, mendalami teknik-teknik pedang yang ia pelajari dari buku-buku kuno. Dia juga secara aktif mengintegrasikan pemahaman resonansi energinya ke dalam setiap gerakan. Dia berlatih dengan maneken hingga hancur, dengan pedang kayu hingga retak, dan terkadang, dengan instruktur yang bersedia meladeninya—meskipun sebagian besar instruktur cepat kewalahan dan terkejut dengan gerakan Thanzi yang tidak konvensional, tak terduga, dan semakin mematikan.
Kemampuan berpedangnya mulai menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan. Gerakannya menjadi lebih cepat, lebih presisi, dan lebih efisien. Setiap ayunan pedangnya memiliki kekuatan tersembunyi, memanfaatkan resonansi untuk menambah kecepatan atau dampak. Dia tidak hanya menguasai teknik, tetapi juga memahami aliran energi dalam pertarungan, memprediksi gerakan lawan dan menemukan celah yang bahkan tidak disadari oleh lawan itu sendiri.
Tidak ada waktu untuk beristirahat. Thanzi makan seadanya, tidur hanya beberapa jam, dan kembali berlatih. Dedikasinya yang gila-gilaan ini mulai mengubah bentuk tubuhnya secara drastis.
Otot-ototnya yang dulu hanya sebatas normal, kini menjadi lebih padat, terpahat, dan terbentuk sempurna. Bahunya melebar, lengannya kencang, dan perutnya terlihat ramping dan kuat, menandakan inti kekuatan yang stabil. Keringat dan ketekunan telah memahat tubuhnya menjadi bentuk yang atletis dan ramping, jauh dari citra "anak lemah Marquess" yang selama ini melekat padanya. Kulitnya menjadi lebih kecoklatan karena sering terpapar matahari dan angin. Matanya, yang selalu tajam, kini memancarkan ketegasan yang lebih dalam, seolah ia telah melihat dan menaklukkan banyak badai, siap menghadapi tantangan apa pun.
Thanzi tahu, ini semua adalah bagian dari persiapannya. Ia tidak akan membiarkan misi ini menjadi akhir baginya. Sebaliknya, ia akan mengubahnya menjadi awal dari era kekuasaannya. Ia akan kembali ke Akademi, tidak sebagai siswa aneh, tetapi sebagai tokoh yang tak terhentikan.