Sinopsis :
Berkisah tentang Berlian yang bucin dengan tunangannya tapi menikah dengan kakak tiri tunangannya.
Seorang wanita bucin bernama Berlian Puspa Lingga mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri. Ketiga kakak Berlian, Miko, Dirli dan Vito sepakat merahasiakan tentang tunangan Berlian yang toxic, Nino Atmaja. Takdir membawa Berlian bertemu kakak tiri mantan tunangannya pada satu malam yang romantis dan panas. Malam itu menjadi awal tumbuhnya benih cinta di hati seorang Saka Cakra Tama yang anti wanita.
Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan. Lambat laun hati Berlian pun tertawan, cinta Saka bersambut. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Berkat itu, ikatan cinta antara mereka malah semakin kuat.
Tak ada yang dapat memisahkan mereka, selain maut. Apakah perasaan Berlian akan berubah jika seandainya ingatan Berlian tentang Nino kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Korupsi
"Juan, hancurkan perusahaan Nino!" titah Saka.
Karena Berlian amnesia dan Miko mungkin tidak akan membantu Nino lagi, jadi Saka merasa leluasa melancarkan rencananya. Dia ingin Nino, ayahnya dan ibu tirinya merasakan apa yang dia rasakan dulu, yaitu hidup menggelandang di jalanan tanpa rumah, uang dan makan saja harus mengais di tong sampah.
"Baik, Presdir. Saya dengar proyek pembangunan apartemen mewah yang dikerjakan perusahaan Nino tengah krisis dana. Mereka kekurangan dana. Saya akan pura-pura menawarkan investasi dari perusahaan properti kita yang ada di Singapur. Saya yakin, Nino pasti tidak sadar kalau itu ulah Presdir."
"Kalau begitu kerjakan!"
"Setelah kita menandatangani kerja sama proyek, kami akan menghancurkan proyek itu hingga perusahaannya rugi besar dan tidak mampu membayar kita. Dengan begitu kita bisa mengambil alih perusahaan Nino."
"Nino ... Kali ini tidak ada yang bisa membantumu lagi." Saka tersenyum sinis. Dia tidak sabar menunggu kehancuran Nino.
"Tapi Presdir, bagaimana dengan tulang berulang mendiang ibu Presdir? Hanya Nino yang tau tempatnya?"
"Nino menggunakan itu untuk membuatku lemah. Aku sudah muak dengan Nino. Setelah perusahaannya bangkrut, culik dan siksa dia, sampai dia memberitahu dimana tulang berulang ibuku!"
"Baik, Presdir."
.
.
.
Miko Tirta Lingga tengah berada di Jepang. Kemaren subuh dia mendapat kabar bahwa ada yang tidak beres dengan dana investasi perusahaan cabang tersebut. Miko pun sengaja terbang ke Jepang untuk menelusuri langsung korupsi yang terjadi. Betapa terkejut Miko mengetahui bahwa yang korupsi adalah Berlian.
"Kamu yakin dana investasi yang sudah ku tanda tangani masuk ke rekening gelap Berlian?" Miko masih tidak percaya. Sejak tiba di Jepang sampai sekarang dia masih belum meninggalkan kantor cabang.
"Benar, Presdir. Setelah kami telusuri lebih lanjut, rupanya dana itu Bu Berlian transfer ke rekening pribadi tunangannya, atas nama Tuan Nino Atmaja."
"Astaga, berapa banyak sih uang perusahaan yang Berlian berikan padanya? Harusnya aku tidak mempercayakan Berlian mengelola perusahaan di sini. Aku tidak menyangka dia korupsi untuk membantu Nino. Untung dia sudah tidak ingat lagi pada Nino." Kepala Miko sangat sakit dengan masalah yang dilakukan adiknya.
"Lalu kita harus apa, Presdir? Bu Berlian telah membatalkan proyek investasi kita di sini karena uangnya dia pakai. Anda tau sendiri, tanpa proyek ini, beberapa proyek kita di Indonesia tidak akan berjalan."
"Aku telepon Vito dulu, aku akan minta dia menghitung dana dingin perusahaan pusat dan cabang lainnya untuk melanjutkan proyek di sini."
"Baik, Presdir."
Miko menelepon Vito dengan panggilan internasional. Kebetulan Vito sedang duduk di teras rumah sambil santai minum teh melati. Panggilan Miko langsung dia angkat.
Miko menjelaskan pada Vito perihal masalah cabang perusahaan mereka di Jepang. Vito tidak menyangka adiknya korupsi besar-besaran. Untung adiknya korupsi di perusahaan sendiri, jika di perusahan orang lain, pasti sudah masuk penjara.
"Kak Miko tenang saja. Malam ini aku akan menyelesaikan perhitungan dana dingin untuk membantu perusahaan cabang di sana," kata Vito.
"Vito, semoga dana kita cukup, jika kurang, banyak proyek yang gagal nantinya," pesan Miko.
"Kakak tenang saja. Kalau pun dana kita kurang, aku akan menjual sedikit saham untuk mencukupinya."
"Jangan lakukan itu. Jika para investor tau kita menjual saham, pasti muncul gosip tidak baik. Bisa-bisa partner bisnis kita berpikir yang tidak-tidak dan menarik suntikan dana mereka."
"Lalu kita harus apa kak kalau dananya tidak cukup? Berlian ada-ada saja. Bucin sih boleh, tapi jangan juga mengambil uang perusahaan. Nino juga salah karena memanfaatkan Berlian. Aku tidak menyangka punya teman jahat seperti Nino," kesal Vito.
"Kabari aku secepatnya!" kata Miko, lagi.
"Iya kak," jawab Vito. Panggilan pun diakhiri. Vito langsung ke dalam, dia meninggalkan teh melatinya yang sisa setengah.
Vito tidak sadar kalau Berlian mendengar percakapannya dengan Miko di telepon tadi. Berlian sedih mendengar percakapan mereka. Dia tidak menyangka kalau dirinya yang dulu adalah wanita bucin yang sangat bodoh.
"Apa perusahaan akan bangkrut? Apa akulah penyebabnya?" Mata Berlian berkaca-kaca.
Dia takut bertanya pada Vito. Karena dia yakin, pasti memang gara-gara cinta buta nya lah masalah ini terjadi.
Berlian menghapus air matanya yang sempat terjatuh. Dia masuk ke dalam. Dia diam-diam pergi ke ruang kerja Vito di lantai dua. Pintu ruang kerja Vito terbuka, Berlian dapat melihat, Vito sedang sibuk menghitung dana dingin perusahaan yang bisa di alirkan ke rekening perusahaan cabang di Jepang. Berlian semakin bersalah atas perilaku bodohnya dulu.
"Berlian, kamu kenapa?"
Berlian terkejut mendengar suara Dirli. "Kak Dirli?"
"Kenapa kamu melihat Vito begitu? Kamu menangis?" tanya Dirli dengan cemas.
Berlian menggeleng.
Tadinya Dirli mau menyidak Berlian karena malam semalam dia tidak pulang, malah Raima pulang sendirian. Tapi niat itu dia urungkan karena melihat air mata Berlian terjatuh.
"Ada yang menyakiti kamu?" tanya Dirli dengan lembut.
"Akulah yang menyakiti diriku sendiri kak," jawab Berlian. "Aku bodoh sekali. Pasti kalian muak melihat kebodohanku dulu. Apa cintaku pada Nino dulu benar-benar buta?" sambung Berlian.
Dirli terkejut mendengar Berlian tau tentang Nino, padahal mereka tidak pernah menyebut nama Nino sedikitpun di depan Berlian, selama dia amnesia.
Air mata Berlian terjatuh semakin banyak. Dirli tidak kuat melihat adiknya menangis. Meskipun gayanya seperti preman dan gaya bicaranya kasar, tapi Dirli sangat menyayangi adiknya.
Dirli kemudian memeluk Berlian dan memberikan kehangatan. Dia ingin Berlian tenang.
"Kakak tidak tau dari mana kamu tau tentang Nino. Masa lalumu dulu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kamu tau kalau Nino bukan pria yang baik. Kamu kehilangan sisi baikmu jika bersama Nino," nasihat Dirli.
"Gara-gara aku, banyak proyek perusahaan terancam gagal. Aku korupsi kak, semua uangnya aku ambil untuk diberikan pada Nino. Aku bersalah kak," kata Berlian, menyesal.
"Tidak papa, semua pasti baik-baik saja. Masalah itu biar Kak Miko dan Vito yang selesaikan. Tidak mungkin mereka tidak bisa menyelesaikannya. Kamu tenang ya, jangan berpikiran yang macam-macam."
Dirli membawa Berlian duduk di sofa. Dia mengambil air hangat untuk adiknya. Dia tidak ingin adiknya menyalahkan dirinya sendiri.
"Minumlah!"
Berlian meminum air hangat yang diberikan kakaknya.
"Sebaiknya kamu istirahat total. Ada baiknya juga kamu jangan dulu masuk kerja, tenangkan pikiranmu dulu," saran Dirli.
"Dulu aku kerja apa Kak? Kenapa bisa korupsi?" tanya Berlian penasaran.
"Kamu Direktur Utama Perusahaan Cabang Lingga group di Jepang."
"Pantas saja aku mudah korupsi. Lalu kak Dirli kerja apa?"
"Aku polisi. Hanya aku diantara kita bertiga yang tidak tertarik pada bisnis. Aku memang tidak mengerti bisnis, tapi aku yakin, kak Miko dan Vito pasti berhasil menyelamatkan perusahaan."
"Aku harap juga begitu," jawab Berlian, pasrah.
Setelah setengah jam mengobrol, Berlian pun sudah sedikit tenang.
Dirli merasa mengantuk karena seharian mengintai penjahat, padahal hari masih sore, belum malam.
"Dek, aku istirahat dulu ya, kakak capek, nanti malam lagi kita ngobrol," ucap Dirli.
"Iya kak," jawab Berlian, mengangguk. Dirli pun pamit masuk ke kamarnya. Kamar Dirli bersebelahan dengan kamar Vito.
Berlian masih duduk di sofa, menunggu Vito menyelesaikan pekerjaannya.
Miko aja la kk Thor,kan dia yang berjumpa di awal
jadi ingat kata suamiku waktu aku op SC darurat,dia bilang istri saya yang utama dok,tanpa dia saya gak akan punya anak ☺️
biar ketahuan biang kerok mu