Jingga Ariana menjadi sosok gadis cuek dan anti terhadap makhluk yang namanya laki-laki semenjak dikhianati oleh tunangannya saat dirinya hendak memberikan kejutan ulang tahun.
Langit Putra Ramadhan anak pertama dari Sebastian Putra dan Mutia Arini menjadi sosok mahasiswa yang cuek dan dingin pada wanita, dan kemana-mana selalu ada Bintang di sampingnya.
Akankah takdir menemukan kedua insan muda itu? Kutub ketemu kutub saling tarik menarik ataukah saling tolak menolak?
Cerita ini masih satu rentetan dengan @wanita itu ibu anakku dan Tulisan Tinta Tania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Langit menyiapkan semua nya dengan teliti agar saat perlombaan berharap tak ada halangan dan semua berjalan lancar.
Karena masih perlombaan pertama, tentunya Langit tak menargetkan muluk-muluk.
Malah tim suksesnya yang lebih semangat.
Siapa lagi kalau bukan uncle Dewa, Bintang, Awan dan Ditya.
Mereka berempat yang lebih heboh daripada Langit.
"Langit, hari ini berangkat jam berapa? Kita ikutan satu pesawat aja sama kamu" seru uncle Dewa.
"Nggak cukup, tim ku banyak orang" seru Langit untuk menolak.
"Pelit lo" seru Bintang.
"Biarin" tukas Langit menimpali.
Ini adalah debut pertama Langit di arena profesional. Tentunya dukungan semua sangat diharapkan Langit meskipun itu tak dinampakkan olehnya.
Sirkuit negara tetangga yang mewah, dan pasti akan banyak penonton yang berasal dari luar negeri.
Malah di detik-detik terakhir Langit berangkat, Dad Tian dan bunda telah menyiapkan pesawat pribadi untuk memberangkatkan para suporter pendukung putra pertamanya itu.
Langit mendapatkan start nomor tiga, sesuai kualifikasi awal.
Dad Tian tak berhentinya berdoa dengan mulut komat-kamit. Ini adalah hal yang paling tak disenangi olehnya. Merasa was-was saat sang putra akan menghadapi balapan pertama.
"Kasih suport dong. Aku yakin Langit pasti mampu" seru Arka Danendra yang berada di samping Tian.
"Pastinya. Tapi rasa was-was ku belum juga hilang sepenuhnya" keluh Tian.
Saat bendera start telah diangkat suara dengung knalpot digeber, membuat pekak telinga.
Langit langsung saja melesat dengan mobil yang disiapkan oleh Arga.
Arka ikutan hadir, karena perusahaan dia lah yang ternyata menjadi sponsor utama.
Perusahaan yang akan dihancurkan oleh Sebastian saat Langit minta ijin untuk ikut balap.
Sponsorsip ini juga baru diketahui Sebastian, saat Arka muncul tiba-tiba lima menit sebelum dimulai.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Tian yang melihat Arka menghampirinya tadi.
"Lihat tim gue lomba dong" seru Arka menjawab.
"Lo punya tim?" tanya Sebastian heran.
"Heemmm, tim yang digawangi Arga" imbuh Arka.
"Sialan. Jadi lo yang ada di balik kemauan Langit" umpat Sebastian.
"Anak lo itu bakat, kenapa nggak difasilitasi" ujar Arka.
"Gila lo. Aku nggak ngijinin bukan berarti nggak mau memfasilitasi. Aku nggak ingin terjadi apa-apa dengan anakku" tukas Sebastian.
"Dengan tak membolehkan bakatnya berkembang, begitu kah?" tandas Arka.
Sebastian pun terdiam. Kali ini Arka memang benar.
Setelah debat yang lumayan panjang tadi, berakhirlah dengan mulut komat kamit Sebastian melafalkan doa untuk putranya.
Di putaran kelima, Langit sukses menyalip mobil yang berada di urutan dua.
Sorak sorai penonton di tribun terdengar meriah.
Tapi tidak berlaku bagi Sebastian. Dia tetap saja lebih sering menutup mata.
"Dad, tuh putra kita di urutan pertama sekarang" beritahu Mutia dengan menggenggam lembut tangan sang suami.
Tangis haru menetes di mata Dad Tian, kala Langit berhasil menjuarai kejuaraan pertama nya.
"Issshhh Dad kenapa melow sih?" tukas Mega yang melihat Dad nya.
"Dad bangga sama kakak kamu" ucap Dad Tian.
"Idih, jangan lebay dech" olok Arka dan diamini oleh Dewa.
"Kalian ini kenapa sih? Terserah gue dong" balas Tian.
Langit telah berdiri di tribun untuk menerima piala pertama.
Ucapan terima kasih Langit ditujukan kepada bunda nya. Bunda dengan segala kelembutannya telah berhasil mengantarkan dirinya sampai sekarang.
Di bawah, Sebastian gemas dengan ucapan Langit. "Kenapa dia tak mengucapkan terima kasih padaku. Padahal aku kan yang memberinya ijin" sela Sebastian greget.
"Dad ini kenapa sih?" sela Awan ikutan gemas pada Dad nya.
"Untuk Dad Sebastian, you the best for me. Thank you" kata Langit menatap sang Dad dari tribun atas.
"Jangan nangis lagi" olok Mega.
"Tuh, kak Langit sudah nyampaikan rasa terima kasih semua nya" timpal Awan.
.
Empat tahun telah terlewati.
Lulus strata satu, Langit melanjutkan ke jenjang berikutnya di London. Tentu saja tak jauh dari ilmu permesinan dan melanjutkan hobi balap nya. Bahkan prestasinya sudah tak bisa dihitung dengan jari.
Empat tahun hidup di London, menjadikan Langit sosok yang mandiri. Dan tentu saja masih sama seperti es balok, dingin tak tersentuh.
"Jingga, lo sudah siap belum?" tanya Mega di ujung telpon.
Hari ini adalah jadwal wisuda mereka berdua, setelah empat tahun berkecimpung di jam perkuliahan yang sama.
Jingga bahkan mendapat prestasi yang luar biasa, nilai tertinggi di fakultas hukum. Beasiswa telah menantinya, untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi.
Sebenarnya ayah Pramono tak begitu menyetujui jika putri semata wayangnya akan meneruskan kuliah di luar negeri. Tapi seorang ayah mana tega jika putrinya itu mempunyai tekad kuat untuk sekolah.
"Masih benahin rambut nih, repot juga ternyata punya rambut pendek kalau mau pakai sanggul" ucap Jingga.
Ya, semenjak kecelakaan lalu lintas empat tahun berselang, tak pernah sekalipun Jingga punya rambut panjang. Bahkan tingkahnya menjadi seperti cewek anti lelaki.
Kenzo yang selalu berusaha mendekat, tak pernah digubris oleh Jingga. Hingga akhirnya Kenzo menyerah dengan penolakan Jingga dan menikah dengan Rima yang saat itu tengah hamil delapan bulan.
Jingga tak pernah menggubris lagi kehidupan Kenzo dan fokus dengan kehidupan kuliah untuk menata masa depan.
Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Di sebuah aula besar kampus tempat diadakan acara wisuda.
"Selamat ya, lo jadi ter the best di antara yang terbaik" bisik Mega kepada sahabatnya itu.
"Kudoain semoga di London lo bisa ketemu kakak gue" imbuh Mega.
"Kenapa lo nggak ke sana sekalian?" sampai saat ini Jingga heran dengan keinginan kekeuh Mega yang ingin melanjutkan kuliah di Jepang.
"Nggak, aku mau hidup mandiri" itu yang selalu dijadikan alasan Mega.
Tepuk tangan membahana kala nama Jingga Ariana dipanggil oleh pembawa acara untuk menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik.
Jingga, Mega, Firman dan beberapa teman dekat seangkatan dan sejurusan berfoto bersama dalam momen membahagiakan sekaligus menyedihkan. Bahagia karena telah melewati susah senang bersama, sedih karena sebentar lagi akan berpisah untuk meraih masa depan masing-masing.
"Tetap sambung kebersamaan kita" kata Firman kala acara sudah mau selesai.
"Jangan sampai grub chat sepi" sela Mega.
"Oke...oke...meski jauh di mata. Kita tetap di hati kan?" imbuh Jingga.
Berat juga ternyata berpisah.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued, happy reading