Bagi Lea Richard pria paling brengsek dan menyebalkan di dunia adalah Bara Klopper. Tapi kenapa hatinya justru mencintai pria itu? Pria yang sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Arneta.
Sedangkan bagi Bara Klopper wanita yang selalu membuat hati dan tubuhnya panas hanyalah Lea Richard, bagi Bara wanita yang bernama Lea Richard adalah miliknya! Tidak ada yang boleh memiliki Lea selain dirinya.
"Kau harus mau menjadi istriku!" Bara Klopper.
"Aku tidak sudih menjadi istri keduamu!" Lea Richard.
Akankah hubungan keduanya yang sempat menjauh selama beberapa bulan itu akan kembali terjalin? Ataukah akan berpisah untuk ke-dua kalinya dan untuk selamanya?
Follow Ig ~ mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Lea terduduk di atas sofa dengan tak bersemangat setelah mengetahui kebenaran tentang perusahaan keluarganya. Ia tidak menyangka semua yang dikatakan Bara memang benar adanya, bahwa perusahaan milik keluarga Richard sedang mengalami krisis.
Kabar itu Lea ketahui dengan cara memaksa Lou dengan sedikit ancaman, bahwa dirinya akan pulang ke Paris jika saudara kembarnya itu tidak mengatakan yang sebenarnya tentang kondisi Perusahaan Richard. Dan akhirnya Lou menceritakan semuanya dan berkata agar Lea tidak perlu khawatir dengan kondisi ekonomi keluarga mereka.
"Oh my God apa yang harus aku lakukan?" Lea menghela napasnya dengan berat, saat teringat permintaan Lou untuk tidak meminta bantuan pada keluarga besar mereka yang ada di Jakarta. Karena Daddy mereka tidak ingin sampai keluarga besar Mom Lily mengetahui kondisi perusahaan mereka yang tidak baik-baik saja.
Dan lagi-lagi semua yang dikatakan Bara benar adanya, bahwa Daddy nya sampai kapanpun tidak akan meminta bantuan ataupun menerima bantuan dari keluarga Arbeto, Mateo, dan juga Graham. Di saat pikiran Lea sedang pusing memikirkan nasib keluarganya yang ada di Paris, ia terkejut saat melihat Alana yang sudah berdiri dihadapannya dengan wajah yang ditekuk.
"Lea Richard!" Alana melempar jaket Lea dengan kasar, karena ia merasa sangat kesal sepupunya itu melarikan diri dari tempat kerjanya.
"Hei kau itu kenapa? Datang marah-marah tidak jelas." Lea mendengus kesal saat pikirannya sedang pusing, sepupunya itu justru marah-marah kepadanya.
"Kau masih tanya kenapa?" Alana berkacak pinggang, sorot matanya tajam menatap Lea yang terlihat tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun sudah melarikan diri dari tempat kerjanya. "Kau itu lupa atau pura-pura lupa? Ijin pergi beli minuman tapi kau malah melarikan diri!"
Gleg.
Lea menelan salivanya dengan susah payah saat mengingat kejadian satu jam yang lalu, dimana dirinya melarikan diri dengan tujuan pulang ke mansion utama. Tapi sialnya ia justru bertemu dengan Bara dan dibawa paksa ke apartemen pria brengsek itu.
"Lea kau ini bodoh sekali! Kenapa kau kembali ke apartemen Alana? Seharusnya kau itu pulang ke mansion utama." Gumam Lea dalam hati sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Al aku itu tidak bermaksud melarikan diri, hanya saja—"
"Hanya saja apa? Dan apa yang kau kenakan? Bukankah itu jas pria?" Alana menatap jas yang dikenakan oleh Lea.
Lea kembali menelan salivanya dengan susah payah, saat tersadar jas milik Bara masih ia kenakan. "Ini jas milik temanku."
"Teman? Sejak kapan kau punya teman seorang pria?" selidik Alana.
"Ck, kau lupa aku ini punya teman pria yang bernama Damian?" Lea membuka jas milik Bara lalu reflek mencium jas tersebut saat menghirup wangi yang sangat familiar di hidungnya. "Kenapa wangi parfumnya sama seperti parfum milikku?" Lea bergumam dalam hati sembari berpikir dengan keras.
"Oh iya, aku lupa teman pria mu yang bernama Damian itu." Alana menghempaskan tubuhnya di samping Lea sambil memijat keningnya yang terasa pusing.
"Kau kenapa berada di sini? Bukankah belum waktunya kau pulang kerja?" tanya Lea saat melihat raut wajah sepupunya yang terlihat banyak pikiran.
"Aku sedang tidak enak badan makanya pulang lebih dulu." Bohong Alana, karena yang sebenarnya terjadi adalah ia sedang menghindari mantan tunangannya yang tadi datang ketempat kerjanya. Alana juga bingung bagaimana bisa adik iparnya itu ada di Jakarta, karena setahunya pria itu dan Alena tinggal di Singapura.
"Kau sendiri kenapa? Tadi aku lihat kau sedang melamun sampai tidak sadar aku datang." Alana gantian bertanya.
"Aku... " Lea menatap sepupunya sembari berpikir. "Apa aku bicara pada Alana saja dan meminta bantuan dari keluarga Ricardo? Tapi apa mereka bisa membantu permasalahan keluargaku?"
"Lea..." Alana menepuk bahu sepupunya dengan gemas, karena bukannya meneruskan perkataannya wanita itu justru asik dalam diamnya. "Kau itu kenapa?" Alana mengulangi pertanyaannya.
"Aku baik-baik saja Al." Lea memilih untuk tidak menceritakan masalah keluarganya, karena percuma saja meminta bantuan dari keluarga Ricardo jika Daddy nya yang keras kepala itu tidak mau di bantu oleh para kerabatnya.
Hening terasa di ruangan apartemen tersebut saat kedua wanita yang ada di dalamnya, sibuk memikirkan masalah yang sedang mereka hadapi. Baik Lea maupun Alana meratapi nasib mereka tanpa bisa berbagi satu dan lainnya.