[Lanjutan dari novel "Aku hanya Figuran"]
Awalnya kupikir Kamu hanyalah gadis biasa-biasa saja. Namun mata polosmu mengalihkan semuanya. Aku tak bisa berpaling. Timbul ketertarikan untuk mengenalmu lebih dalam lagi. Hingga akhirnya Aku sadar, Aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesonamu.
Hei Khansa Aulia, Yohan Alexander menyukaimu. Sadarkah Kau dengan hal itu? (Yohan Alexander)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[POV Alex] Ch 31 - Jangan Sentuh Istriku!!
Aku meninggalkan Khansa di mobil dan masuk ke dalam kantor. Begitu melihatku, setiap karyawan langsung membungkukan tubuhnya. Raut tegang tampak memenuhi wajah mereka.
"P-Pak... Ba-baru datang Pak?" Arif datang dengan tergopoh-gopoh. Keringat dingin mengalir di keningnya. Wajahnya terlihat gugup dan bingung. Mungkin dia pikir aku ke cabangnya untuk menyuruhnya meletakkan jabatan seperti ancamanku beberapa bulan sebelumnya.
"Ya. Baru datang. Mana kepala lendingmu?"
"Kepala lending?? Maksud Bapak, Andre?"
"Ya. Mana dia?"
"Sebentar Pak, saya carikan dulu." Arif berbalik dan menyuruh anak buahnya mencari si br*ngsek. Kemudian dia juga mencoba untuk menelepon Andre. Arif tampak heboh. Kulihat panggilannya tidak dijawab. Aku melambaikan tangan, menyuruhnya mendekat.
"Barusan saya telepon, tapi belum diangkat Pak..."
"Ada karyawan bernama Sizil? Aku juga ingin bertemu dengannya. Panggilkan dia untukku."
"Ba-baik Pak. Kalau Sizil ada di atas. Akan saya panggilkan Pak..." Arif berbalik dan memberi perintah pada frontlinernya. "Panggil Sizil! Suruh cepat turun. Urgent!"
"Baik Pak." jawab customer service.
"Saya akan menelepon Andre lagi Pak. Silakan menunggu di ruangan..."
"Tidak. Aku tunggu di sini." Aku duduk di kursi nasabah. Arif tampak bingung harus bersikap seperti apa. Dia hanya berdiri dengan sikap tubuh salah tingkah.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita datang mendekat. Arif dengan cepat melambaikan tangannya. Menyuruh wanita itu untuk segera datang mendekat.
"Ini Sizil Pak. Dia menjabat sebagai relathionship officer. Selama ini pencapaian targetnya..." Aku mengangkat tangan. Menyuruh Arif untuk segera menutup mulutnya.
"Sizil ya?" tanyaku.
"Be-be-benar Pak..." Wanita itu menundukkan kepalanya. Tampak sangat ketakutan.
"Sizil, istriku menunggumu di mobil. Coba kamu datangi dia."
"Y-ya??" wanita itu mendongak. Wajahnya terlihat bingung sekaligus terkejut. Aku bermaksud untuk menjelaskan lebih lanjut, ketika kulihat beberapa karyawan datang menghampiri.
"Ma-maaf Pak... Saya hanya mau melaporkan. Saya melihat Pak Andre di depan. Mung-mungkin...."
Aku tidak lagi mendengarkan perkataan karyawan itu. Aku langsung berdiri dan melangkah keluar gedung dengan diikuti oleh beberapa karyawan, termasuk Sizil maupun Arif.
Langkahku sangat mantab. Aku akan mengajak pria itu berbicara secara personal dan memberi peringatan untuk tidak lagi berhubungan dengan Khansa. Rencana awalku memang seperti itu. Tapi semua itu berubah tatkala aku melihat pemandangan di depan mata.
Aku melihat si b*debah tengah memegang lengan istriku!! Dan Khansa membiarkannya!! Rasanya aku ingin berlari dan menerjang tubuhnya!! Pandangan mataku hanya fokus pada sentuhan fisik mereka. Emosiku serasa mencapai ubun-ubun, ingin kuledakkan saat ini juga!!
Berani-beraninya tangan kotornya menyentuh milikku?!! Berani-beraninya tangan menjijikkan itu bersentuhan dengan kulit Khansaku yang suci!! Aku tidak bisa membiarkannya!!
"Oh, ternyata kamu di sini. Aku mencarimu kemana-mana." Aku menahan emosi. Membalut kemarahanku dengan senyum sinis. Mataku masih tak bisa lepas dari pertautan tangan mereka. Ingin rasanya aku memotong tangan kurang ajar itu. Menjadikannya kecil-kecil dan memberikan potongannya pada anj*ng jalanan!!
Khansa tampak terkejut melihatku. Serta merta dia hempaskan tangan itu dan berjalan ke arahku. Mungkin Khansa bisa melihat kemarahan di wajahku.
Khansa memegang lenganku, mencegahku untuk tidak menghampiri si br*ngsek. Namun keinginan ini tidak bisa dicegah. Rasa berat di saku celana membayangi langkahku. Aku harus membuat ini jelas. Baik untuk Khansa, maupun untuk pria itu!!
Andaikan tidak sedang berada di area kantor dan menjadi tontonan banyak orang, mungkin aku sudah menghajarnya. Keinginan untuk menghancurkannya melebihi keinginanku ketika melihat Aaron dan Diana bersama. Tapi aku berusaha untuk menekannya.
Aku tiba di dekat si bed*bah. Menatapnya secara seksama. Sungguh aku ingin meninju wajah tampannya dan membuatnya berantakan!!
Keinginan terbesarku adalah melempar cincin itu sembari menghajarnya. Alih-alih melakukan hal itu, aku justru melakukan hal beradab layaknya manusia normal lainnya.
Aku mengembalikan cincin itu kepadanya. Menegaskan padanya untuk tidak lagi berhubungan dengan Khansa, sekecil apapun hubungan itu!!
Aku menarik Khansa ke dalam mobil. Tidak ingin pria itu berlama-lama menatap istriku. Setelah memastikan Khansa aman, aku kembali keluar dan menemui Arif.
"Arif, aku pergi dulu. Cabangmu sudah bagus. Pertahankan."
"Dan kamu Sizil, ikut aku. Temani istriku."
"Ba-baik Pak."
Aku menyuruh Sizil duduk di depan, sementara aku duduk di samping Khansa. Aku merengkuh wanita itu dan meraih tangannya. Bagian mana tadi yang disentuh si br*ngsek?!! Benar-benar kotor!! Aku harus membersihkan semuanya!!
Aku mengguyur tangan Khansa dengan handsanitizer, berharap dengan melakukan hal itu segala bentuk kotoran yang dibawa oleh si br*ngsek bisa segera hilang. Aku harap sentuhan itu tidak membekas dalam ingatan Khansa.
Tunggu saja nanti malam, aku akan menghapus segala bentuk sentuhan itu dan membuat tubuh Khansa hanya mengingat sentuhanku!!
***
Intermezo : POV Mamang Penjual Telur Gulung 😂
Aku hampir selesai membuat pesanan 20 tusuk telur gulung ketika melihat keributan itu terjadi. Aku menyaksikan drama cinta segitiga di depan mata. Hem, sangat menarik. Dua orang pria gagah, tampan, dan sepertinya juga kaya memperebutkan wanita cantik yang tengah hamil besar. Benar-benar tontonan yang menarik.
Karena terlalu asik menonton, aku hampir terbuai dengan drama mereka. Aku baru sadar, wanita cantik pemesan telur gulung itu telah ditarik pergi oleh suaminya.
Lalu, lalu bagaimana nasib telur gulungku? Mereka belum membayarnya!! Main pergi begitu saja!! Drama sih drama, tapi juga tidak harus melupakan nasib rakyat kecil seperti kami kan? Dasar orang-orang kaya!! Hidupnya kebanyakan drama!!
Aku menatap sekitarku. Mencari-cari orang yang bisa bertanggung jawab untuk membayarku. Perhatianku terpusat pada pria tampan yang tengah berdiri dengan wajah sedih dan kecewa. Benar-benar seorang sad boy. Kasihan nasibnya. Salahnya sendiri mencintai istri orang, begitulah nasibnya.
Aku kasihan pada pria itu, namun aku juga tidak mau rugi. Aku dekati pria itu secara perlahan.
"Mas, ini bagaimana?" ujarku sembari mendorong bungkusan berisi 20 tusuk telur gulung.
"Eh, apa?" Pria itu menatap kebingungan.
"Tadi mbak yang hamil itu pesan 20 telur gulung. Dia belum bayar Mas. Terus gimana Mas? Kalo nggak dibayar, saya rugi Mas..." ujarku seraya mengangsurkan bungkusan itu.
"Ya? Berapa?" Meskipun kebingungan, pria itu segera mengambil sesuatu dari saku celananya.
"Empat puluh ribu Mas."
"Ini." Pria itu menyerahkan selembar uang seratus ribuan.
"Sebentar Mas. Saya ambilkan kembaliannya dulu."
"Tidak perlu."
"Lho, tapi kembaliannya banyak Mas..."
"Aku bilang tidak perlu!" Pria itu mengambil bungkusan telur gulung dari tanganku dan berlalu pergi menjauh.
"Oalah, makasih banyak lho Mas. Semoga rejekinya ditambah. Semoga segera dapat jodoh ya Mas. Tapi jangan istri orang lagi ya Mas!!" teriakku kegirangan. Hem, lumayanlah. Aku untung enam puluh ribu sekarang. Semoga pria sad boy itu segera mendapat jodoh. Amin.
***
POV Mamang End 😌
NB : Sudah terjawab ya 😁. Andre yang bayar telur gulungnya. Dasar Papa Al pelit, pesanan bininya nggak dibayarin 🤦♀️😂 (Up-nya atu-atu, masih nyalon 😂🙏)
anw, aku dari 2025 yah. kangen Alkha.
tapi ada yg lucu..
pov nya tukang telur gulungg/Facepalm//Facepalm/..
ada² aja yg nulis novel ini..
ampe nasib telor gulung pun di tulis.