Persahabatan yang dibumbui rasa cemburu! Apakah itu cinta atau hanya suatu rasa karena terbiasa bersama?!
Ndis, Jo, dan Fajar, ketiga manusia yang dipertemukan dari kecil, menjadi teman dari SD sampai beranjak dewasa mereka selalu bersama.
Hingga perasaan aneh itu muncul diantara ketiganya saat salah satu diantara mereka memutuskan untuk bersolo karir! Hah?? Apa??
Simak kelanjutan kisah mereka di sini! Angel!!
❤️KARYA INI DICIPTAKAN OLEH DFE, DILARANG PLAGIAT, MARI KITA BERKARYA BERSAMA, MENGHIBUR DAN MEMBAGIKAN KEBAHAGIAAN BERSAMA DI SINI! SALAM MENGSAD😌 ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Tersulut Emosi
Neta enggak sabar menunggu kehadiran Fajar. Dia mengambil ancang-ancang untuk berjalan mendekati meja Ndis dan Dewa.
"Mau kemana Net?" Tanya Rizna.
"Nyamperin cewek linggis!" Jawabnya singkat.
"Ini bocah cari penyakit deh," Rizna geleng kepala.
"Net enggak usah, itu dia lagi sama bulldog bisa diterkam kamu nanti!" Yuni berusaha melarang.
Tapi, yang namanya Neta itu adalah cewek keras segala. Hah? Iya pokoknya itu lah.. Dia mana mau dikasih tahu orang lain. Langkahnya mantap menuju meja Ndis.
"Wah.. Lagi mojok? Enak ya? Di sini mojok senyum-senyum kayak orang o_on, yang di sana mikirin kamu nyampe mau gantung diri!! Sok laku banget jadi cewek!!" Langsung ke inti pokok apa yang ingin dia sampaikan.
Ndis kaget. Tiba-tiba dikatain seperti itu oleh Neta, cewek yang paling dia benci di muka bumi.
"Maksud mu apa?" Masih berusaha keep kalem.
"Maksud ku? Kamu tahu apa maksud ku! Enggak usah pura-pura sok polos di depan gebetan barumu!! Fajar.. Apa yang ada di otakmu itu saat dengar nama itu? Sahabat? Teman dekat? Atau selingan saat kamu merasa kesepian?? Kita sama-sama cewek, bedanya kamu selalu terlihat sok manis, banyak yang bela, dan terkesan polos di mata orang! Dan aku?? Aku adalah orang yang akan selalu ada di garda terdepan untuk membuat ayang Fajar sadar kalau kamu tak pantas mendapat apapun darinya, termasuk juga perhatian!!"
Geram, marah, kesal bercampur jadi satu. Itu yang dirasakan Neta karena mengganggap Ndis hanya mempermainkan perasaan Fajar aja.
Bayangkan saja untuk mendapatkan perhatian Fajar, Neta berusaha mati-matian. Apapun akan dia lakukan tapi, gadis yang dia cap sok polos di depannya ini, tanpa melakukan apapun selalu bisa membuat Fajar melihat ke arahnya!! Di mana letak keadilan?? Neta yang berjuang tapi Ndis yang selalu menang!!
"Sebenarnya apa masalahmu? Enggak usah ngomong ngalor-ngidul enggak jelas! Fajar temenku. Kenapa? Bukannya kamu juga udah tahu itu dari dulu?" Ndis menaikan satu oktaf nada suaranya karena merasa emosinya terpancing.
"Teman? Hanya teman?? Apa matamu buta hah?? Kamu punya mata dipakai apa enggak?? Fajar itu mengistimewakan kamu! Wah wah wah.. Bener kata orang, cinta itu buta!! Fajar buta karena udah mencintai orang yang salah seperti kamu!!" Neta menggebu meluapkan emosinya.
Dewa berdiri, membuat benteng perlindungan untuk Ndis karena melihat Ndis yang udah kebawa suasana tegang ini.
"Apa kamu suka sama Fajar?" Tanya Dewa kepada Neta. Datar tanpa ekspresi, berbeda seperti saat bicara dengan Ndis.
"Ya! Dan aku enggak ragu bilang kalau hanya Fajar yang ada di hatiku! Kenapa??" Tanya Neta dengan mata memerah.
"Jangan terlalu mencintai makhluk Tuhan seperti itu, kalau dia tidak mempunyai perasaan yang sama terhadapmu, kamu akan jatuh ke jurang kekecewaan yang dalam." Dewa sangat santuy saat mengucapkan kalimat itu.
"Kamu siapa menggurui ku? Kamu enggak ada hak sama sekali tentang hidup ku!" Masih dengan emosi tegangan tinggi.
"Kebetulan aku guru. Tapi di sini aku bukan lagi menggurui, hanya menyampaikan saran aja. Boleh dipakai boleh tidak. Terserah kamu."
Ndis memandang ke arah pintu masuk kafe. Ada Fajar di sana. Neta melihat ke arah yang sama, dengan segera gadis yang sebenarnya ayu rupawan itu berlari menyambut kedatangan sang pujaan hati. Naluri kompornya menyala, Neta mengadu kepada Fajar, dengan gaya bicara khasnya.
"Kamu lihat yang! Cewek yang kamu banggain itu, dia lebih milih jalan sama cowok lain." Begitu lancar Neta berucap agar bisa menyulut api cemburu pada diri Fajar.
Fajar berjalan ke arah Ndis, melewati Neta yang masih ngomporin dia dengan semua kata-katanya.
"Jar.." Nama itu lolos secara tak langsung dari bibir Ndis. Dewa memperhatikan Ndis dan Fajar yang sekarang saling pandang.
Dalam bayangan Neta, Fajar pasti akan memaki Ndis. Senyum langsung terukir pada wajah Neta hanya dengan membayangkan hal tersebut.
"Kamu senang malam ini?" Tanya Fajar pada Ndis. Ndis diam. Ada rasa tak nyaman saat pertanyaan Fajar terlontar untuknya dengan nada seperti itu. Hanya pertanyaan singkat tanpa penekanan apapun tapi, dia merasa ada kekecewaan dalam kalimat Fajar untuknya.
"Pasti senang. Karena dia pergi denganku." Dewa yang menjawab pertanyaan Fajar.
"Waktu aku ngajak jalan tadi, kamu bilang males. Ternyata kalau dengan dia kamu enggak males ya?" Seperti sebuah tamparan saat Fajar mengatakan hal demikian untuknya. "Ya udah.. Lanjutin aja." Fajar berjalan menjauh, Neta yang melihat kekecewaan di wajah Fajar bisa tersenyum puas. Gadis itu mengikuti langkah Fajar keluar kafe.
"Aku mau nyamperin Fajar dulu." Saat Dewa menarik tangan Ndis agar tetap bersama dengannya. Meski tak rela, Dewa mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya tadi.
"Jar.. Kamu marah?" Ndis mencegah kepergian Fajar dengan pertanyaannya.
"Bukan marah. Adalah hak mu mau jalan dengan siapa," Jawaban Fajar makin membuat Ndis tak enak hati.
"Bener katamu.. Kita cuma teman, dari dulu kita teman, sekarang pun seperti itu. Aku yang berharap terlalu banyak, sampai berpikir terlalu jauh dengan pertemanan kita. Kamu masuk lagi aja, aku mau pulang." Sekali lagi, kata-kata Fajar yang tidak menggunakan emosi justru malah membuat Ndis merasa bersalah.
"Bukan itu maksudku Jar..."
Ndis hanya bisa melihat bayangan Fajar hilang menjauh dengan perasaan hampa di hatinya yang sulit dia artikan.