Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Plak.....
"Papa sudah bilang sama kamu, jangan pernah menunggu Rindu lagi, kenapa kamu masih ganggu dia haaa...!! " marah tuan Baskoro menampar pipi Rinda dengan lumayan keras.
"Papa." gumam Rinda tidak menyangka papanya tega memukul dirinya hanya karena membela Rindu, hati Rinda terluka oleh perbuatan sang papa.
"Kenapa kamu masih mengganggu Rindu?! " geram tuan Baskoro.
"Mana ada aku mengganggu dia, apa yang aku bilang memang kenyataannya kok, kenapa harus marah, dasar dianya aja yang lebay, suka cari perhatian." ketus Rinda membela diri, dia tidak terima sang papa terus memojokannya.
"Astaga, kamu bikin rusuh apa lagi sih Rin, kenapa sih kamu nggak habis habisnya membuat masalah sama Rindu, padahal dia sudah nggak ada di rumah ini, tapi kamu selalu saja mencari gara gara sama dia, apa kamu nggak takut sama ancaman Karen, jangan sampai gara gara kamu perusahaan kita yang sedang bekerjasama dengan grup Dinata, jadi hancur." kesal sang mama yang sudah beberapa kali mendapat peringatan dari nyonya Mayang dan Karen.
"Ma, kenapa sih sekarang semuanya pada ngebela Rindu, padahal apa yang aku ucapkan memang benar, kenapa harus marah, klau dia bukan mandul apa namanya, sudah nikah beberapa bulan, tapi tetap saja belum hamil." sarkas Rinda.
Plak.....
Satu tamparan kembali di dapatkan oleh Rinda, tapi bukan dari tuan Baskoro, namun dia dapatkan dari nyonya Karin sang bunda.
"Mama." lirih Rinda tidak menyangka sang mama juga ikut menampar dirinya.
"Mulut kamu ini tidak hanya pintar memfitnah, tapi juga sangat jahat mengatakan saudara kamu sendiri mandul, asal kamu tahu, mama dulu mendapatkan abang kamu juga di dua tahun pernikahan kami, jadi itu wajar saja." geram nyonya Karin yang ikut sakit saat Rindu di katakan mandul oleh Rinda, sebelum Rindu mendapatkan hinaan seperti itu, dulu nyonya Karin pun pernah mendapatkannya dari orang lain, tentu saja kata kata itu sangat menyakitkan, membuat dirinya tidak percaya diri dan putus asa.
"Apa kamu nggak merasa bersalah, karena dengan teganya kamu menyakiti perasaan dan menjatuhkan mental saudara kandung mu sendiri, terbuat dari apa hati kamu ini Rinda, mama dan yang lainnya sedang bersusah payah ingin meluluhkan hati Rindu, agar saudara mu itu menerima kami, tapi kamu semakin memperburuk suasana." ujar nyonya Karin merasa frustasi dengan kelakuan anak perempuannya itu.
Rinda hanya diam dan ingin sekali menjawab ucapan sang mama, namun dia takut akan mendapat tamparan dan mama papanya semakin marah kepadanya, akhirnya Rinda memilih diam.
*Dasar Rindu sialan, gara gara loe gue di tampar sama mama dan papa, lihat saja nanti, gue akan membuat loe semakin menderita, dan membuat loe bercerai dari bang Karen.* geram Rinda dengan penuh dendam di hatinya.
Tuan Baskoro memijit dahinya yang terasa pusi g dengan kelakuan sang putri, semakin ke sini tingkah Rinda semakin menjadi, ada saja ulahnya untuk membuat huru hara dengan Rindu.
"Klau kamu masih membuat masalah dengan Rindu, papa tidak akan lagi memberi kamu jangan jajan, dan kartu mu papa sita." tegas tuan Baskoro.
"Ya... Nggak bisa gitu dong pa." rengek Rinda tidak terima.
"Bisa aja, klau kamu membuat ulah lagi sama Rindu, papa tidak main main dengan perkataan papa." tegas Tuan Baskoro meninggalkan Rinda di ruang keluarga itu seorang diri, sebelumnya nyonya Karin sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar pribadinya, karena terlalu kecewa dengan ulah sang putri.
"Kenapa sih, anak ini semakin menjadi jadi, Ya Tuhan, ampuni hamba yang telah berbuat tidak adil dengan putri kami selama ini, kami mengabaikannya putri kami yang lainnya demi putri kami yang satunya lagi." gumam nyonya Karin penuh sesal.
"Sayang, jangan di pikir kan ucapan Rinda itu ya, anggap saja angin lalu." ujar Nyonya Mayang memeluk menantu kesayangannya dengan penuh kasih sayang, dia tau perasaan menantunya saat ini pasti sangat hancur, setelah mendapatkan hinaan dari Rinda yang notabene saudaranya sendiri, tapi dengan tega melukai perasaannya.
"Tapi ma, apa yang di bilang Rinda itu memang benar, kami sudah menikah selama 6 bulan, tapi sampai saat ini aku belum juga hamil." isak Rindu dalam pelukan mertuanya..
"Haiii.... Dengarkan mama." nyonya Mayang menangkup wajah sang menantu yang sudah banjir air mata itu.
"Rezeki, jodoh, maut, bahkan anak itu adalah ketetapan Tuhan sayang, kita tidak bisa memaksanya, klau sudah waktunya pasti Tuhan akan memberikannya, jangan terlalu kamu pikirkan, yang ada akan membuat kamu stres." ujar nyonya Mayang lemah lembut.
"Tapi aku takut ma,, mama akan bosan menunggunya, dan mama memaksa mas Karen untuk menikah lagi." isak Rindu semakin menjadi.
Nyonya Mayang terkekeh kecil dengan pikiran menantu kesayangannya itu.
"Astaga, sayang. Mama nggak sepicik itu nak, dan lagi ini bukan sinetron atau pun novel yang kamu baca, ini kehidupan nyata, dan satu lagi, mama mu ini tidak seegois itu sayang, karena kalian belum mempunyai anak, mama memaksa Karen untuk menikah lagi, agar mempunyai pewaris Dinata, itu nggak akan terjadi sayang, hilangkan pikiran nakal kamu itu." omel nyonya Mayang menyentil dahi Rindu.
"Kalian ini baru menikah enam bulan, jadi masih hangat hangatnya menjalani hidup berumah tangga, jadi, jalani saja kemesraan kalian berdua tanpa ada gangguan anak di antara kalian berdua, kamu tau kan, bagaimana manjanya suami kamu itu, apa apa masih ingin kamu yang melayani, andai kamu mempunyai anak sekarang, apa kamu nggak kewalahan mengurus dua bayi sekaligus." kekeh nyonya Mayang memberi pengertian.
Rindu pun tampak berfikir.
"Dan satu lagi, kamu masih sangat muda untuk mempunyai anak, tunggu dulu sampai umur kamu cukup matang dan sudah lebih siap mental untuk mempunyai bayi, dan jalani masa masa kuliah kamu dulu, nanti setelah lulus kuliah baru pikirkan soal anak." ujar nyonya Mayang panjang lebar.
Nyonya Mayang menatap menantunya dengan tatapan sayang, dan dengan senyum tulus di bibirnya.
Melihat senyum di bibir mertuanya itu, senyum di bibir Rindu pun ikut mengembang.
"Makasih ma, sudah membuat aku lebih tenang, dan tidak takut lagi. " lirih Rindu.
"Sama sama sayang, nanti klau ada orang yang memprovokasi kamu lagi, nggak usah di dengarkan, abaikan saja, karena ucapan mereka itu hanya sampah, jangan lemah, ingat! kamu tidak sendiri, kamu punya kami." ujar nyonya Mayang menenangkan hati menantu kesayangannya itu.
Karen yang melihat mama dan istrinya saling berpelukan dan melihat sang istri yang sudah mulai tenang ikut tersenyum bahagia di balik tembok, dari tadi Karen mengintip ke dua orang terkasihnya itu, hati Karen pun ikut sakit melihat tangis pilu sang istri, tangannya terkepal dan ingin membalas perbuatan Rinda yang telah tega menyakiti hati istrinya.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote.... 😘😘😘
tapi ceritanya seruuu.... lanjut thor...
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya