NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:964
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Mata dari Kedalaman Laut

Langit di atas sebuah kota besar di Inggris tiba-tiba terbelah, membentuk retakan dimensi raksasa yang tampak seperti robekan di kain langit. Jerit panik penduduk sipil memecah keheningan. Kekacauan terjadi saat monster-monster raksasa seukuran gedung keluar dari retakan itu, menghancurkan segalanya.

Tiba-tiba, sesosok pria dengan kekuatan luar biasa muncul. Dengan satu tebasan pedangnya, ia membelah monster raksasa itu menjadi dua. "Itu pemimpin Kesatria dari Organisasi Pemburu Eternal Holy Light!" teriak seorang penduduk yang lega. "Mereka datang menyelamatkan kita!"

Semua penduduk sipil yang selamat bersorak, menyambut kedatangan para penyelamat mereka. Pria itu, yang gagah dengan armor besi berwarna perak dan jubah biru yang berkibar, adalah Komandan Alaric Sterling, seorang Pemburu kualifikasi SS.

"Cepat, arahkan penduduk sipil ke tempat aman!" perintah Alaric dengan suara lantang.

Alaric adalah Komandan Tertinggi di bawah perintah langsung Saintess, seorang suci dengan kekuatan setara dewa, yang memimpin salah satu organisasi Pemburu terkuat di dunia, Eternal Holy Light.

Tanpa waktu lama, Alaric Sterling membersihkan sisa monster dari retakan dimensi. Begitu perburuan usai, ia langsung dikerumuni oleh penduduk sipil dan wartawan yang ingin mewawancarainya. Dengan cepat, Alaric menghindar, melompat dari satu gedung ke gedung lain, kembali ke markasnya, Gedung Eternal Holy Light.

Gedung itu begitu megah, dengan desain kuno berwarna putih yang anggun, serta kaca, lampu, dan cahaya terang berwarna putih yang memancarkan aura suci. Setibanya di sana, Alaric disambut oleh seorang staf khusus. "Tuan Alaric, Anda sudah ditunggu oleh Saintess di aula," ucap staf itu.

Alaric bergegas menuju aula. Di sana, di atas kursi megah yang menempel di dinding, duduk seorang wanita cantik dan anggun. Rambutnya yang hitam panjang tergerai, dan ia mengenakan gaun serba putih. Di tangannya, ia memegang sebuah bola kaca berwarna putih yang bersinar lembut. Wanita ini adalah Saintess Amara, pemimpin Organisasi Pemburu Eternal Holy Light yang dianggap sebagai utusan dewa.

Alaric mendekat, langsung bertekuk lutut di hadapannya. "Alaric menghadap Saintess," katanya, menunduk dengan hormat.

Saintess Amara membuka matanya yang bersinar, lalu berbicara dengan suara lembut namun berwibawa. "Alaric, sang Kesatria Suci Eternal Holy Light. Seseorang dengan kekuatan titisan dewa sedang berada di tempat lain. Ketika waktunya tiba, dia akan hadir, mengguncang dunia, dan menyelamatkan banyak manusia dari monster retakan dimensi."

"Sampai waktunya tiba, kamu harus bertahan. Sampai nanti, kita akan bergabung dan bertarung bersama," lanjutnya.

Mendengar nubuat itu, Alaric menjawab dengan tegas. "Baik, Saintess."

"Silakan kembali," ucap Saintess Amara. Alaric bangkit dan keluar dari aula dengan wajah penuh tekad. Ia tahu, masa depan dunia bergantung pada sosok misterius yang dinubuatkan oleh Saintess.

Di tengah lautan Selat Sunda, ombak memecah lambung kapal patroli berteknologi tinggi yang bergerak cepat. Di haluan kapal, para Pemburu berdiri tegap, siap menghadapi ancaman baru. Di antara mereka, terlihat sosok Kinar Puspita yang fokus, dengan pedang panjang di punggungnya.

Di sampingnya, wakilnya, seorang Pemburu wanita kualifikasi S, Kirana Ayuningtyas, tampak tenang. Busur panah kristal miliknya yang elegan bersinar lembut, tergantung di sisinya. Kirana menatap retakan dimensi yang menganga di langit, merefleksikan cahaya biru misterius di permukaan air.

"Retakan ini terlihat sangat tidak stabil, Ketua," ucap Kirana, suaranya tenang namun waspada. "Energinya bergejolak, tidak seperti retakan biasa."

Kinar mengangguk, matanya tak lepas dari retakan itu. "Kita harus bersiap. Setelah ini selesai, kita bisa kembali ke markas."

Tiba-tiba, dari dalam retakan itu terdengar suara gemuruh yang familiar, sama seperti yang terjadi di Gunung Gede. Para Pemburu di kapal saling pandang, menyadari bahwa ancaman yang mereka hadapi kali ini mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan.

Dari dalam retakan dimensi, tanpa henti bermunculan ratusan monster bersayap, memenuhi langit Selat Sunda. "Monster-monster ini bersayap dan bisa terbang!" seru Kirana terkejut, menyadari betapa berbahayanya situasi ini dengan retakan yang terbuka di tengah laut, memudahkan monster mencapai daratan.

"Semuanya, serang!" perintah Kirana lantang, segera melesakkan anak panah kristalnya dengan kecepatan kilat, menembus tubuh monster-monster yang terkena bidikannya. Begitu pun Kinar, melompat ke udara, menebas monster yang baru keluar dari retakan. Setiap ayunan pedang panjangnya mematikan beberapa monster sekaligus.

Tak lama kemudian, sesosok monster raksasa muncul dari dalam retakan. Kirana segera menembakkan panahnya yang terkuat, namun anak panah itu hanya menancap di kulit monster, gagal menembus. "Monster ini sangat keras!" gumam Kirana dengan wajah tegang.

Sambil bergerak lincah, Kinar melancarkan ratusan tebasan pedang ke arah monster raksasa itu, namun hanya meninggalkan goresan-goresan kecil. Monster itu menyerang balik, memaksa Kinar menghindar dan menyerang balik dengan cepat. Di belakangnya, Kirana menarik napas dalam dan mengumpulkan seluruh kekuatannya. Anak panahnya kini memancarkan cahaya terang, melesat dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan gelombang angin di lintasannya. Monster raksasa itu berusaha menghindar, namun panah Kirana berhasil menembus sayapnya, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke laut.

Tanpa ragu, Kinar mengumpulkan auranya, memfokuskannya pada pedangnya, lalu dari jarak jauh menusukkan aura itu ke arah jantung monster raksasa yang sedang jatuh. Tusukan aura Kinar melesat cepat dan menembus jantung monster itu. Setelah itu, Kinar dan pasukannya dengan sigap membersihkan sisa-sisa monster.

Kinar kembali menginjakkan kaki di atas kapal. Semua mata tertuju pada retakan dimensi, menunggu gerbang itu tertutup. Namun, retakan itu tetap menganga. Kinar, Kirana, dan seluruh Pemburu di sana merasa keheranan.

"Kirana, telepon Ketua Harsa. Beritahukan situasinya," perintah Kinar.

Sesaat setelah Harsa mengangkat telepon, Kirana mulai melaporkan kejadian tersebut. Tiba-tiba, situasi yang sama seperti di Gunung Gede terulang kembali. Sebuah mata besar mengintip dari balik retakan dimensi. Kinar membeku, terkejut luar biasa. Kirana menjatuhkan ponselnya. Aura mencekam yang terpancar dari mata itu begitu kuat hingga membuat semua Pemburu di kapal membeku di tempatnya, bahkan gelombang air di sekitar mereka ikut naik turun tak beraturan.

Dari ujung telepon, Harsa mencoba menyapa dengan panik, "Halo? Kirana? Ada apa?" karena tidak ada jawaban.

Tidak lama kemudian, aura mencekam itu menghilang, meninggalkan semua Pemburu lemas. Kirana meraih kembali ponselnya yang tergeletak. Kinar mengambilnya dan berbicara singkat kepada Harsa, "Kami akan kembali. Kita bicara di kantor Anda."

Setelah menempuh perjalanan kembali dari Selat Sunda, Kinar Puspita dan Kirana Ayuningtyas tiba di kantor Harsa Baskara. Keduanya duduk di hadapan Harsa, wajah mereka masih memancarkan kelelahan dan keterkejutan.

"Jadi... mata besar itu kembali menatap dari balik retakan?" tanya Harsa, suaranya terdengar serius.

"Iya, Pak," jawab Kirana, mengangguk pelan. "Aura yang dipancarkannya begitu kuat, sampai membuat kami semua membeku di tempat."

Harsa menelan ludah. Pikirannya dipenuhi tanda tanya. "Monster apa sebenarnya itu? Aura-nya saja sudah cukup untuk membuat Pemburu kualifikasi S seperti kalian membeku."

Ruangan itu hening, hanya ada kebingungan yang tersisa. Harsa, Kinar, dan Kirana tahu bahwa ancaman yang mereka hadapi kali ini jauh lebih besar dan misterius dari monster mana pun yang pernah mereka hadapi.

1
muhamad andri
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!