Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Nayla membeli dua tiket untuk masuk ke playground, meskipun ibu mertuanya mengajaknya untuk belanja, namun karena ia sudah janji mau bermain dengan Xavier, jadi Nayla menolak dan berjanji setelah menepati janjinya ke Xavier maka Nayla akan pergi bersama ibu mertuanya.
Ayu dan Davin melihat pasangan ibu dan anak bermain dengan energi yang penuh didalam ruangan playground, Davin tersenyum, dulu beberapa kali Xavier mengajak Arlena seperti itu, namun selalu mendapatkan penolakan, tapi sekarang, Xavier terlihat sangat bahagia
"sekarang Xavier jadi lebih bahagia yah? Kamu juga." kata Ayu sambil menggoda anaknya.
"ya seperti yang ibu lihat." jawab Davin.
"Kamu tadi habis ngapain hem? Ibu tunggu dua jam loh, performa kamu bagus juga." Ayu kembali meledek anaknya.
"pakai nanya habis ngapain, pasti ibu lebih pengalamankan?" jawab Davin yang merasa kalau pipinya memerah, Davin tidak menyangka rumah tangganya akan kembali hangat seperti sekarang ini.
Setelah tiga puluh menit berada didalam playground, Nayla dan Xavier sama-sama merasa lelah dan memilih keluar untuk mengakhiri permainan.
"Sudah?" tanya Davin yang melihat Arlena dan Xavier berjalan ke arahnya.
Arlena mengangguk sebagai jawaban.
Ayu lalu mengajak Arlena untuk membeli beberapa baju, karena Ayu sudah tahu tujuan Arlena adalah ingin membeli beberapa pakaian yang nyaman, sedangkan Davin bersama Xavier membeli es krim.
Saat sedang memilih beberapa pakaian, ada yang datang dan mendekat ke arah Nayla dan Ayu.
"Jeng, kebetulan sekali ketemu disini." Nayla menoleh ke sumber suara, begitu juga dengan Ayu.
"Eh jeng Sari." dari jawaban ibu mertuanya, Nayla tahu kalau yang dia temui adalah Sari.
Setelah ngobrol sebentar, datanglah dua orang lagi, tapi satu orang itu membuat dada Nayla terasa sesak.
Rama datang bersama seorang wanita muda, bisa Nayla tebak usianya sekitar dua puluh tahunan.
"eh Jasmine, sekarang sudah semakin cantik yah?"
"Ini Jasmine anaknya Sari, tapi bukan anaknya Rama." Ayu membisikkan sesuatu ditelinga Nayla.
Dari penjelasan singkat ibu mertuanya, Nayla tahu, demi wanita yang ada dihadapannya dan demi anak bernama Jasmine, ayahnya rela meninggalkan dirinya dan ibunya dan berpura-pura mati.
Nayla sebagai Arlena ikut tersenyum manis di depan Rama dan keluarganya, Arlena tentunya sudah memikirkan apa yang harus dia lakukan, setidaknya harus ada balasan setimpal untuk ayahnya, Nayla hidup tanpa sosok ayah dan ibunya harus bekerja keras demi menghidupi dirinya dan Nayla
Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, ayahnya menjadi ayah yang baik untuk anak orang lain, dan menjadikan keluarga sendiri tercemar tapi keluarga orang lain menjadi cemara.
"Istrinya Davin semakin cantik saja." wanita bernama Sari kini memuji Arlena, dan Nayla tersenyum simpul, bagaimanapun pada diri Arlena ada jiwa Nayla yang tidak bisa mengkondisikan raut wajah saat sudah tidak suka dengan seseorang.
Arlena menatap Sari, wanita kaya dengan dandanan glamour dihadapannya, bisa Arlena tebak pasti hidup ayahnya begitu sempurna dengan Sari, memiliki banyak uang dan istri yang cantik, sebetulnya menurut Nayla, ibunya cukup cantik, hanya saja kurang dana.
"Terimakasih tante." jawab Arlena menjawab pujian dari Sari.
"Mungkin kita bisa sekalian makan bersama, jarang-jarang loh kita tidak sengaja ketemu di tempat umum seperti ini." kata Sari.
"Jeng, bukannya menolak, tapi kita kebetulan masih banyak yang belum dibeli, ini saja Davin sama Xavier belum ketemu." jawab Ayu yang menolak dengan sopan. Nayla sebetulnya ingin mengiyakan ajakan Sari, namun Nayla menghormati keputusan ibu mertuanya.
Sari sadar mendapatkan penolakan akhirnya tidak memaksa dan akhirnya mereka berpisah, Nayla menatap perginya dua wanita dengan tampilan glamour, Nayla merasa hatinya tercubit, apalagi melihat ayanya begitu perhatian ke anak yang bernama Jasmine itu, Nayla merasa dia sangat dijaga oleh ayahnya, seperti menjaga barang yang mudah pecah, Nayla hanya tidak terima dengan perlakuan ayahnya, kenapa harus mengarang cerita kalau dia mati, Nayla merasa menjadi orang bodoh selama ini, karena menangisi entah siapa yang meninggal di kecelakaan itu, dan ziarah ke makam yang entah makam siapa.
Tapi Nayla juga menganggap ayahnya ini sungguh pintar, karena jika minta izin untuk menikah lagi juga tidak mungkin dizinkan, jika bercerai pasti akan sangat menyakitkan dan ide dari ayahnya ini sungguh ide yang cemerlang.
"Len." panggilan dari ibu mertuanya membuat Nayla sadar dari lamunannya.
"Eh iya bu." jawab Lena.
"kok ngalamun? Mikirin apa? Jatah dari Davin aman kan?" Ayu meledek menantunya.
"lebih dari cukup bu." jawab Lena sambil tersenyum.
"Ya sudah hayok belanja lagi, kita pakai hasil kerja kerasa suami, jangan sampai dinikmati wanita lain." Arlena tersenyum dan kembali masuk ke toko lain untuk membeli beberapa pakaian lagi.
Nayla seperti berada di persimpangan, sebelah hatinya merasa menyayangkan dengan belanja dengan harga yang begitu mahal, tapi disisi yang lainnya, Nayla harus membiasakan hal ini, Nayla merasa kalau harus memanfaatkan kesempatan ini, karena Nayla tidak tahu apakah dia akan selamanya terperangkap di tubuh Arlena, kalau suatu saat Arlena kembali dan Nayla harus keluar dari tubuh Arlena, Ia sudah tidak punya raga untuk kembali, dan Nayla harus bersiap kalau dia menghilang selamanya dari dunia. Tapi Nayla berharap jika Arlena kembali, nanti setelah Nayla membalas perlakuan keluarga suami dan juga membalas ayahnya.
Setelah membeli beberapa pakaian untuk dirinya sendiri, untuk Xavier, tidak lupa Arlena juga membeli untuk suaminya, sebuah dasi berwarna hitam menarik perhatian Arlena, Ia tahu suaminya punya banyak dasi, tapi entah kenapa rasanya Arlena ingin membeli untuk suaminya.
Ayu yang melihat Arlena perhatian ke anaknya, merasa tersentuh, dari dulu Davin selalu meyakinkan Ayu kalau Arlena pasti akan berubah, dan Ayu sekarang menyaksikan kalau apa yang dikatakan Davin memang benar.
Selesai berbelanja, Ayu mengajak anak, menantu dan cucunya untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang, Ayu merasa sangat bahagia, kali ini menantunya benar-benar berubah, bahkan Ayu merasa sangat klop dengan menantunya, tidak seperti kemarin-kemarin yang seperti menjadi musuh.
Saat sedang makan bersama keluarganya, Nayla melihat Rama juga berada di restoran yang sama dengannnya.
Nayla sebenarnya mencari kesempatan untuk bisa bertemu hanya berdua dengan Rama, Nayla ingin menyebut nama Nayla pratiwi, ingin melihat reaksi dari Rama, tapi Nayla belum punya kesempatan itu.
"Sayang, tanah yang tempat Edo tinggal, pemilik tanah dan bangunannya sudah setuju untuk menjual tanah itu." kata Davin saat mereka selesai memesan makanan.
"Secepat itu?" tanya Arlena yang tidak menyangka kalau akan semudah itu prosesnya, mengingat pemilik kontrakan termasuk orang yang tidak mudah di nego.
"Iya, dan untuk harga juga sudah oke."
"Aku ngga nyangka bisa secepat ini mas."
"Tanah apa sih? Kok ibu ngga dikasih tahu." kata Ayu.
"Itu loh bu, tempat ngontraknya mantan suami Nayla, Lena pengen beli tempat itu, biar puas aja balas dendam buat Naylanya." jawab Lena.
"Ibu kayak ngga pernah lihat kamu akrab sama Nayla, bahkan ngga lihat wajah Nayla, tapi kayaknya sekarang kamu akrab banget." kata Ayu.
Lena hanya tersenyum karena tidak tahu harus menjawab apa.
Arlena meminta izin ke toilet sebentar, dan seperti sebuah kebetulan yang sangat kebetulan, Arlena bertemu dengan Rama yang juga dari arah toilet.
Rama mengangguk sopan, karena Arlena adalah istri Davin, bagaimanapun Rama dan Davin harus tetap menjalin hubungan baik.
"Pak Rama, bisa bicara sebentar?" Arlena lebih dulu menyapa Rama.
"Tentu saja, apa yang ingin di bicarakan ibu Davin?" jawab Rama.
"Nayla Pratiwi, anda tahu nama itu?", Arlena memperhatikan ekspresi wajah Rama, yang jelas terlihat kaget, tapi eksprsi kaget Rama hanya sebentar, setelah itu kembali bisa menguasai keadaan.
"Maaf bu, saya tidak mengenalnya." jawab Rama.
"Oh maaf, saya kira anda tahu, Nayla Pratiwi, anak dari pasangan Farida dan Rama, saya kira Rama yang sama dengan anda, maaf saya salah kira." kata Arlena yang kemudian meninggalkan Rama yang masih dengan ekspresi kaget. Tapi Nayla jadi tahu dengan melihat ekspresi Rama, berarti Rama ayahnya memang belum mati.