Kenzou

Foto keluarga Keizaa dalam bingkai besar terpampang di ruang tamu ini. Keluarga yang terlihat begitu bahagia, saling menyayangi dan mengasihi, serta saling melindungi. Keluarga yang sempurna.

Seandainya Mama dan Papa masih hidup... Mungkin keluarga kami akan sebahagia mereka.

Dan saat akan mencapai anak tangga, mereka berpapasan dengan orang tua Keizaa, yang juga ingin naik ke lantai atas.

"Waahh... Siapa ini?" tanya mommy Kei dengan lembut.

"Tiara, Mom... Sahabat aku yang sering aku ceritain itu ke Mommy..." jawab Keizaa sambil menyeringai lebar.

"Oh... Jadi ini yang namanya Tiara? Ya Tuhan... Kamu ternyata cantik sekali yaaa....' puji mommy Kei sambil menangkup pipi Tiara.

"Iya... Tante, Terima kasih...." sahut Tiara sambil tersenyum manis.

"Tiara akan menginap di sini, dan akan ikut kita ke Bali... Bolehkan Mom... Pi...?" tanya Keizaa.

"Tentu saja boleh...." jawab mommy Kei lalu memeluk erat Tiara. Membuat Tiara seketika membeku, dan air matanya mengalir.

"Loh, kenapa nangis, Sayang?" tanya mommy Kei khawatir, lalu mengusap air mata Tiara.

"Aku hanya terharu saja, Tante...." isak Tiara.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa kamu ikut nangis juga, Zaa?" tanya papi Hardhan.

"Tiara terharu dipeluk Mommy, karena kedua orang tuanya sudah meninggal... Aku jadi ikut terharu melihatnya, Pi...." jawab Tiara.

"Oh dear... Malangnya kamu... Anggap saja Tante sebagai Mommymu dan Om Hardhan sebagai Papimu juga yaa... Jangan sungkan-sungkan di rumah ini, anggap rumahmu sendiri..." ujar mommy Kei dan Tiara mengangguk.

"Iya, tante...."

"Selama ini Keizaa tidak pernah membawa satupun temannya ke rumah ini... Kalau Zaa sampai mengajakmu menginap di sini, itu berarti Zaa sangat menyayangimu... Tentu saja Tante juga akan menyayangi apa yang anak-anak Tante sayangi juga...." jelas mommy Kei, lalu berpaling ke papi Hardhan.

"Bukan begitu, Sayang?" tanyanya.

"Ya, kamu benar." jawab Hardhan, lalu kembali merangkul pinggang mommy Kei,

"Sekarang ayo ke kamar, aku menagih janjimu itu..." bisiknya di telinga mommy Kei, membuat mommy Kei langsung menyikut pelan perutnya.

"Mommy sama Papi ke atas dulu yaa... Dan Tiara, semoga kamu betah di sini...."

Tiara tersenyum lebar, "Iya, Tan... Saya pasti betah di sini karena ada Zaa...." sahutnya.

Disudut rumah itu, Kenzou pun ikut terharu melihat pemandangan itu. Gadis kecilnya yang haus akan kasih sayang seorang ibu, kini bertemu dengan Mommynya yang penyayang.

Ahh, semoga Tiara bisa merasakan kehangatan keluarga di rumah ini... Setidaknya dalam beberapa hari ini dia tidak akan sedih lagi.

Kenzou baru akan balik badan, ketika melihat Dean yang biasa dipanggil Upin sama mommynya itu masuk, sambil menenteng koper besar di tangannya.

"Berikan koper itu!" seru Kenzou.

"Tapi Tuan Muda..."

"Sudah, cepat berikan padaku!" potong Kenzou dengan tidak sabar.

Dean pun langsung memindah tangankan koper Tiara itu ke Kenzou, yang langsung membawa koper itu ke kamar Keizaa. Dean menggelengkan kepalanya melihat kelakuan tuan mudanya itu, karena tidak biasanya Kenzou mau membawakan koper orang asing.

Kenzou baru akan mengetuk pintu kamar Keizaa ketika mendengar isakan tangis Tiara,

"Aku takut, Zaa... Kalau aku tidak menuruti Om Danu dan tante Risya untuk menikahi bandot tua itu, mereka tidak akan akan mau membayar uang kuliahku nanti...." isak Tiara.

"Aku harus mau menikah sama pak Wito, untuk balas budi pada Om Danu dan Tante Risya yang sudah membesarkanku... Karena Om Danu yang sudah menyelamatkan perusahaan Papaku yang nyaris gulung tikar katanya.... Kalau tidak, aku bukan hanya akan menjadi yatim piatu, tapi juga gelandangan...." lanjutnya di sela isakannya.

Tanpa sadar Kenzou menggenggam erat koper Tiara hingga tangannya memutih. Rasanya ia ikut merasakan kesedihan Tiara itu, seperti ada yang menusuk hatinya dengan sembilu.

Keluarga Dasha memang sudah keterlaluan, Kenzou tahu betul perusahaan Tiara Corp itu awalnya baik-baik saja, belakangan ini baru terkena masalah keuangan, itu pun karena om Danu yang terlibat pencucian uang.

"Sudah, Ra... Maaf tadi aku menyalahkanmu karena menerima begitu saja rencana pernikahan itu..."

Terdengar suara Keizaa yang menenangkan Tiara, dan isakan Tiara mereda, suaranya terdengar serak saat ia berkata,

"Kalau aku kuliah nanti, Zaa. Aku mau kost saja... Sambil aku menyusun rencana untuk mengambil alih lagi semua milikku itu... Karena di surat wasiat Papaku itu, aku bisa menjalankan perusahaannya ketika usiaku sudah genap delapan belas tahun... Dan itu tinggal beberapa bulan lagi... Aku akan diskusikan ini dengan Om Nirwan, pengacara Papaku...."

"Seandainya saja aku bisa membantumu untuk mengbalikan lagi semua milikmu padamu, Ra... Atau aku minta tolong Papi saja yaa?" usul Keizaa.

"Jangan... Tolong jangan, Zaa... Aku tidak mau merepotkan orang tuamu... Ini masalah keluarga, biar aku yang menanganinya sendiri."

"Tapi kamu kan Kakakku... Kamu juga keluargaku... Sesama keluarga harus saling membantu...."

Lalu terdengar suara tawa Tiara, baru kali ini Kenzou mendengar Tiara tertawa lepas, bahkan tanpa sadar bibir Kenzoupun ikut tersenyum mendengar tawa renyah itu, dan hatinya terasa hangat.

"Umurmu lebih tua dari aku... Hari ini kamu sudah genap delapan belas tahun... Kenapa aku yang jadi kakakmu? Harusnya aku jadi adikmu...." kekeh Tiara.

"Kan tidak mungkin kalau kamu menikah sama adikku, Keanu... Dia nyaris tiga tahun lebih muda usianya darimu.... Tapi kalau sama Kak Zou atau Kak Zie... Baru cocok...."

Tiara kembali tertawa pelan, "Jadi, kamu meminta aku menjadi kakak iparmu? Aku tidak mau, karena calon adik iparku rewelnya minta ampun...." ledeknya.

Entah apa yang dilakukan Keizaa pada Tiara, hingga gadis kecilnya itu terkikik geli, mungkin saja Keizaa sedang menggelitiki pinggang Tiara karena sudah meledeknya tadi.

"Awas kamu yaaa kalau beneran jadi sama salah satu kakakku, aku kerjai kamu habis-habisan..." ujar Keizaa sambil tertawa.

"Ampun... Sudah Zaa geli... Achhh Zaa ampun... Iya... Iyaa kamu tidak rewel kamu baik hati, bijaksana dan tidak sombong...." pekik Tiara di sela cekikikannya.

Kenzou tidak jadi mengetuk pintu adiknya itu, ia masih asik menikmati suara riang dan cekikikan gadis kecilnya itu, dugaannya benar, bersama Keizaa gadis kecilnya itu akan kembali ceria.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti itu?" tanya Kenzie yang tiba-tiba saja sudah berada di depannya.

Kenzou tergoda untuk menghajar wajah adiknya itu, yang sudah mengganggu kesenangannya.

"Membawa masuk koper Tiara ke kamar, Zaa... Memangnya kenapa?"

Wajah Kenzie seketika menjadi sumringah, "Bidadariku ada di rumah kita?" tanyanya sambil mengayunkan tangannya ke gagang pintu ingin membukanya, tapi tangan Kenzou menahannya.

"Tunggu, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" cegahnya.

"Nanti saja... Aku mau melihat bidadariku dulu...."

"Jauhkan dia Zie!!" seru Kenzou dengan suara dalam dan dinginnya.

"Memangnya kenapa aku harus menjauhkan bidadariku itu?" tanyanya sambil bersandar pada daun pintu.

"Karena dia milikku!!" tegas Kenzou.

****

Wiihh Babang Zou sudah mengakui Tiara miliknya nih ke babang Zie... Mau satu bab lagi gak nih?😁