NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:410
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Perubahan Dania

"Gak usah Al, makasih." ujar Dania dingin ketika Alden memberikan sebuah es krim untuknya.

Alden merasa heran dengan jawaban Dania. Tidak biasanya Dania menolak ketika Alden memberinya sesuatu.

Beberapa hari terakhir, Alden merasa ada yang berbeda dengan Dania. Dania selalu tersenyum padanya, tapi senyum itu tampak seperti dipaksakan.

Alden pun heran, mengapa Dania yang dulu manis dan lembut kini justru dingin dan jauh darinya. Apa yang sudah merubah Dania?

"Kamu baik-baik aja kan, Dania?" ujar Alden pada akhirnya.

"Aku baik-baik aja kok," balas Dania.

"Ya, aku harap begitu. Akhir-akhir ini kamu sedikit berbeda, aku harap kamu enggak menyembunyikan apapun dariku." ujar Alden lembut dan mengelus pucuk kepala Dania dengan senyuman khasnya.

Dania terdiam, belakangan ini Dania memang dingin pada Alden. Kata-kata Rani tempo hari masih terasa sangat jelas di telinganya.

"Mau kemana kita hari ini? Mumpung hari ini toko juga tutup." ujar Alden tiba-tiba membuat Dania terbangun dari lamunannya.

"Ah, kemana ya? Perpus aja yuk," ujar Dania tidak bersemangat seperti biasanya.

Alden hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya membantu Dania berdiri. Alden tidak mempermasalahkan sifat Dania akhir-akhir ini. Alden berpikir bahwa Dania hanya kelelahan atau mungkin sibuk dengan urusannya yang akan menjadi mahasiswi.

Setibanya di perpustakaan mereka berdua memilih buku bacaan dan duduk di bangku yang dekat dengan jendela, menampilkan pemandangan kota yang sibuk di bawah sana.

"Kamu baca buku apa, Dania?" tanya Alden sambil mengambil posisi untuk duduk.

"Novel tentang sejarah, Al." jawab Dania.

Alden hanya mengangguk singkat. Keduanya mulai membaca buku yang dipegang masing-masing.

Dania berada di ruangan itu, tapi pikirannya melayang jauh entah kemana. Sesekali ia melirik pemuda di depannya yang fokus pada bukunya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa aku layak untukmu, Al?" batin Dania.

Alden yang fokus pada bukunya, sama sekali tidak menyadari tatapan Dania padanya. Lembar demi lembar dibukanya dan matanya fokus menelisik setiap kalimat yang tertera di buku itu.

Sadar dari pikirannya yang melambung jauh, Dania memutuskan untuk pergi ke toilet sejenak. Ia berpikir bahwa air yang membasuh wajahnya akan membuatnya sedikit lebih baik.

"Al, aku ke toilet sebentar ya." ujarnya membuat Alden mendongak ke arahnya yang sudah berjalan pergi.

Alden hanya tersenyum dengan anggukan singkat lalu kembali pada buku yang dibacanya.

Tiba di toilet, Dania langsung membasuh wajahnya, ia menatap cermin dengan tarikan nafas yang cukup panjang.

Pikirannya sudah melayang kemana-mana. Tiba-tiba saja darah segar menetes dari hidungnya, membuatnya terkejut dan mulai terasa lemas.

Dania merasa pasrah, memang ia sering mimisan jika terlalu banyak pikiran seperti saat ini. Ia pun mengambil tisu dan menyumbat hidungnya, ia tidak ingin Alden tahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Bisa-bisa Alden akan mengkhawatirkannya berlebihan seperti hari yang sudah berlalu.

Dania cukup lama berdiam diri di toilet. Beberapa menit berlalu akhirnya mimisannya berhenti. Dania kembali membasuh wajahnya dan memakai sedikit liptint agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Baru saja membuka pintu, Dania terkejut ketika melihat Alden yang sudah berdiri di depan sana. Sejak kapan Alden berdiri di sana Dania pun tidak tahu. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke arah Alden yang membelakangi dirinya.

"Al, kamu mau ke toilet juga?" ujar Dania sambil menepuk pundak Alden.

Alden yang terkejut langsung menoleh, "Oh enggak-enggak. Kamu lama banget, aku khawatir jadi aku susul. Kamu baik-baik aja?"

"Aku baik-baik aja kok. Antri tadi," ujar Dania beralasan.

Antri? Jelas-jelas terjadi sesuatu pada Dania sejak tadi. Tapi, begitulah Dania ia tidak ingin siapapun mengkhawatirkannya. Selagi ia bisa memendamnya sendiri maka Dania akan melakukannya.

"Syukurlah, aku cuma takut aja kamu kenapa-napa." ujar Alden dengan seutas senyum. Dania hanya membalasnya dengan tersenyum tipis, sangat tipis.

Dania merasa sedikit lega karena Alden tidak mencurigai dirinya. Untung saja benda kecil itu selalu dibawa Dania, jadi ia bisa menutupi wajah pucat nya seperti saat ini.

Keduanya kembali ke ruang baca, menikmati suasana sore yang tenang di tempat yang tenang juga.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

"Aku antar pulang ya, Dania. Udah sore banget nih," ujar Alden melihat matahari yang mulai terbenam.

"Gapapa, aku bisa sendiri kok." balas Dania dingin.

Respon Dania akhir-akhir ini memang membuat Alden bingung. Dania, yang dulunya begitu hangat dan sangat senang ketika bersama Alden, kini justru terasa jauh walaupun mereka sedang bersama.

Berubah, mungkin kalimat itu yang tepat untuk menggambarkan diri Dania saat ini. Alden menghela nafas, ia berpikir telah melakukan sesuatu yang salah hingga membuat Dania menjadi seperti ini.

"Aku minta maaf kalo aku ada salah, Dania. Tapi, bilang ya kesalahannya dimana biar aku bisa koreksi diri juga, biar aku juga tau apa yang harus aku ubah." ujar Alden lembut.

Kata-kata yang keluar dari mulut Alden, membuat hati Dania terenyuh. Alden selembut itu memang ketika bersama Dania. Tapi, Dania sendiri tidak bisa berkata-kata terlebih mengingat perkataan Rani yang ada benarnya.

Dania menghela nafas dan ia memaksakan senyum, berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.

"Enggak ada kok, Al." ujar Dania pada akhirnya.

Nada bicara Dania masih terdengar dingin, dan Alden tahu bahwa ada yang berubah dari Dania. Alden menyadari itu dari komunikasi mereka akhir-akhir ini.

"Ya udah, kalo ada apa-apa cerita ya?" Lagi-lagi Alden mengelus pucuk kepala Dania membuat gadis itu terpaku.

Alden sendiri tidak memaksakan Dania untuk bercerita jika Dania tidak ingin. Alden berusaha memahami dan membuat Dania tetap merasa nyaman bersamanya, meskipun Alden sendiri dilanda kebingungan dengan sifat Dania belakangan ini.

"Iya," ujar Dania singkat.

Alden hanya tersenyum dan menatap Dania dalam. Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Dania mengalihkan pandangannya.

Bukan hanya karena menahan salting, tapi Dania juga merasa tidak bisa menatap Alden dengan pikirannya yang campur aduk saat ini.

"Ya udah ayo pulang. Aku antar sampe rumah," ujar Alden sambil mengulurkan tangannya.

"Gak usah, Al. Aku bisa sendiri." Dania tidak mengambil uluran tangan Alden dan ia justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Alden yang melihat tangannya tidak disambut, akhirnya menarik tangannya kembali.

"Udah sore lho, sayang. Aku gak mau kamu kenapa-napa."

Jantung Dania berdegup kencang, tapi Dania sama sekali tidak menoleh ke arah Alden. Ia pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Alden di belakang.

"Gapapa, aku bisa sendiri."

Alden terdiam di tempat, ia menghela nafas panjang melihat Dania yang sudah berjalan menjauh. Alden ingin mengejar, tapi sepertinya Dania tidak ingin berbicara lagi untuk saat ini.

Alden menggelengkan kepalanya perlahan, ia semakin tidak mengerti apa yang terjadi dengan Dania akhir-akhir ini.

"Kenapa kamu berubah, Dania?" batinnya.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!