Benih Yang Tertukar

Setelah tertunda dua hari, saat ini Bella dan Gavin tengah menunggu antrian untuk periksa kandungan, di ruang prakte dokter Sherly. Bella duduk bersisian dengan Gavin. Di depan mereka sepasang suami istri juga tengah menunggu antrian.

Sang istri sepertinya sudah hamil tua, melihat dari perutnya yang buncit. Suaminya nampak memijit punggung istrinya. Kadang kakinya. Dari sorot matanya, sang istri seolah menahan rasa sakit. Sesekali menarik nafas panjang lalu menghelanya perlahan.

Semua tingkah pasangan suami istri itu tidak luput dari perhatian, Gavin. Pandangannya begitu serius. Dalam benaknya seolah berkata, bahwa nanti dia juga akan seperti itu. Menjadi suami siaga.

Seorang perawat memanggil nama pasien. Pasangan suami istri itu masuk ke dalam ruangan. Langkahnya tertatih, sehingga suaminya menuntunnya masuk ruangan.

Selang beberapa saat nama Bella pun di panggil. Bella dan Gavin masuk keruangan dokter Sherly.

"Silahkan duduk Bella. Pak Gavin." dokter Sherly mempersilahkan duduk pasiennya. Dokter Sherly menyuruh Bella berbaring di tempat tidur. Dibantu asistennya untuk melakukan USG. Setelah mengoleskan gel ke perut Bella, dokter menggerak-gerakkan probe di atas perut Bella. Dan di layar monitor terlihat visual janin di rahim Bella.

Dokter Sherly menjelaskan beberapa hal tentang gambar di layar monitor. Gavin mendengarkan dengan seksama. Sesekali ekspresi wajahnya berubah.

"Selamat ya Pak Gavin, janinnya kembar, sepasang. Dan kondisi janin sehat." Dokter Sherly menggerak-gerakkan probe di atas perut Bella untuk melihat gambar lebih jelas di layar monitor.

"Nah, ini dia." Dokter Sherly menunjukkan pergerakan janin di dalam perut Bella. Gavin merasa takjub melihat gambar di layar monitor ito. Hingga tanpa sadar dia mencium kening Bella usai pemeriksaan USG. Memperlihatkan suasana hatinya yang bahagia.

Lalu dokter Sherly memberi beberapa nasehat seputar kehamilan. Tips menjaga kondisi Bella supaya tidak terbebani stres karena perubahan hormon.

"Untuk melihat perkembangan janin, setiap bulan harus dilakukan kontrol ulang." jelas dokter Sherly lebih lanjut.

"Terimakasih dokter atas penjelasannya. Saya berjanji akan melindungi istri saya dan membuatnya nyaman selama kehamilannya." ucap Gavin.

"Iya Pak, dimulai dari hari ini, bapak harus menjadi suami siaga." balas dokter Sherly sambil tersenyum.

"Makasih ya dokter," ucap Bella sesaat sebelum mereka keluar dari ruang praktek.

"Sama-sama. Jaga kesehatannya ya, asupan gizi itu sangat penting untuk perkembangan janin. Sesusah apapun untuk makan, kalau bisa harus diganti dengan makanan lain ya."

"Iya dokter, mual muntahnya sudah mulai berkurang kok."

Gavin menuntun Bella hati-hati berjalan di koridor rumah sakit menuju apotik. Dari arah lain, Ryan dan Karin memasuki ruang praktek dokter Sherly.

Ryan dan Karin sempat melihat Gavin dan Bella. Keduanya saling berpandangan. Meskipun nampak bagian belakang, Ryan yakin betul bahwa yang barusan keluar dari ruang dokter itu adalah Bella mantan istrinya.

"Itu Gavin dan Bella? Ngapain mereka disini?" guman Ryan, mengernyitkan keningnya.

"Mau periksa kehamilan gak sih, bukankah mantan istrimu itu mandul," sahut Karin juga heran.

"Hem dia pasti membujuk-bujuk suaminya itu supaya dia bisa hamil. Beneran takut dia ditinggal cerai lagi." ejek Ryan.

"A-uhh! Sakit!" keluh Karin tiba-tiba, memegangi perutnya. Kedatangan mereka ke ruang praktek dokter Sherly karena Karin merasakan ada yang tidak beres dengan kandungannya. Semalam, saat melakukakan hubungan badan dengan Ryan, Karin merasakan sakit di rahimnya. Mereka mau memeriksakan kandungan ke dokter Sherly.

"Silahkan Bu," dokter Sherly menyuruh Karin ke atas ranjang. Dengan menahan rasa sakit Karin naik ke atas ranjang. Dokter Sherly memeriksa Karin dan geleng-geleng kepala.

"Bu, saat masa kehamilan, kalau lagi hubungan badan yang normal saja Bu. Kasihan dedek dalam perut ibu." tegur dokter Sherly tajam.

"Kasihan ibu dan bayinya Pak, kalau sudah begini. Bapak harus banyak-banyak puasa. Kondisi rahim ibu tidak baik-baik saja. Lima puluh persen kemungkinan ibu akan keguguran. Ini disebabkan akibat hubungan badan yang tidak normal." omel dokter Sherly, menatap tajam pada pasangan suami istri di depannya.

Ryan dan Karin tertunduk malu. Ryan memang tidak bisa mengontrol nafsunya setiap melihat istrinya menggodanya. Sedang Karin, moodnya untuk berhubungan badan selalu meningkat, setelah memasuki tri mester ke tiga usia kandungannya.

"Tidak ada salahnya kalau berhubungan badan saat masa kehamilan, Bu. Malah bagus di usia kehamilan tertentu. Tapi jangan keseringan dan macam-macam gayanya. Karena ada dedek bayi di dalam perut ibu, yang harus dijaga." nasehat dokter Sherly lagi, seraya geleng-geleng kepala. Lalu menuliskan resep untuk Karin. Membuat wajah Ryan dan Karin berubah-ubah.

"Ingat ya, Pak, Bu. Untuk tetap jaga kondisi dedeknya."

Ryan dan Karin akhirnya pamit dengan menahan rasa malu. Mereka menyusuri koridor menuju apotik untuk menebus resep yang diberikan dokter Sherly.

Saat antrian obat, Gavin dan Bella duduk di barisan pertama. Ryan dan Karin di barisan ketiga. Gavin dan Bella sama sekali tidak mengetahui keberadaan Ryan yang duduk di belakang mereka.

Benak Ryan berkecamuk, untuk apa Bella berada di rumah sakit ini. Apakah dia sedang hamil? Atau tengah periksa dan ikut program kehamilan? Ryan tersenyum sinis, melihat kegigihan Bella yang ingin punya anak.

Tapi tunggu dulu! Kenapa pakaian yang dikenakan Bella terlihat tidak asing ya. Seperti pakaian yang biasa dikenakan ibu-ibu hamil. Segitunya kah obsesinya untuk hamil. Sampai mengenakan pakaian orang hamil sebagai pemancing?

Ryan mengamati setiap gerak gerik Bella. Keduanya berbincang akrab sekali, seolah sudah kenal begitu lama. Padahal setau dia palingan baru tiga bulan lebih mereka menikah.

Sampai saat ini Ryan tidak habis mengerti bagaimana bisa Bella berkenalan dengan Gavin. Sejak kapan? Mereka yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda, kok bisa ya sampai mereka menikah.

Ryan melihat sikap mesra Gavin, yang kadang mengusap kepala Bella. Sebentar menyentuh bahunya. Lalu menatapnya lembut. Semua itu terpancar jelas, betapa Gavin memperlakukan Bella dengan penuh perhatian.

Ryan mengingat-ingat. Mengaduk memorinya, kapan terakhir dia bersikap seperti itu kepada Bella. Sampai lelah otaknya mengaduk memori, toh ingatan itu sama sekali tidak muncul. Palingan diawal pernikahan saja dia bersikap romantis pada mantan istrinya itu.

Selebihnya semua berjalan biasa saja. Entah dimana silapnya dia. Mungkin karena pengaruh ibunya dan adik-adiknya yang numpang hidup bersama mereka. Sehingga dia tidak pernah bersikap romantis pada istrinya.

Terlebih di tahun kedua pernikahan mereka. Dia bertemu kembali dengan Karin, mantan pacarnya. Dia malah lebih sering bermesraan dengan selingkuhannya ketimbang istrinya.

Mana ibu dan saudarinya tidak keberatan dia selingkuh. Selama urusan uang terus mengalir, tidak ada yang komplein ulahnya.

Sementara istrinya tidak dianggap keberadaannya di rumah mereka.

Dan sekarang lihatlah. Mantan istrinya sepertinya begitu bahagia dengan pernikahan keduanya. Ada rasa yang rela saat melihat Bella yang berubah lebih cantik dan bahagia.***