Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.
"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"
"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."
"Mari kita menikah?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembali beraksi
Keesokan paginya, Laura terbangun dan mendapati dirinya masih tertidur dalam dekapan erat Kody.
Sinar matahari pagi yang masuk melalui celah gorden menyinari wajahnya, memberikan kehangatan yang menenangkan.
Laura perlahan mengejap-ngejapkan kedua matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya.
Ia bisa merasakan kehangatan tubuh Kody yang masih memeluknya erat, membuatnya merasa aman dan nyaman.
Aroma tubuh Kody yang maskulin memenuhi indra penciumannya, membuatnya semakin merasa tenang.
Biasanya, Kody sudah berangkat kerja saat ia bangun. Namun, pagi ini tidak seperti biasa. Kody masih berada di ranjang dan masih tertidur pulas.
Napasnya teratur dan wajahnya terlihat damai, membuat Laura enggan untuk membangunkannya.
*
Laura pun sampai tak ingat berapa kali mereka bercinta semalam.
Tubuhnya terasa lelah, namun hatinya dipenuhi kebahagiaan. Ia senang karena pagi harinya ia terbangun dan masih ada Kody di sampingnya, menemaninya.
"Morning, kau sudah bangun?" ucap Kody dengan suara serak khas bangun tidur. Suaranya terdengar berat dan dalam, namun tetap lembut di telinga Laura.
"Maaf, apa aku membangunkanmu? Kau tak bekerja hari ini?" ucap Laura yang sedikit bergerak di dekapan Kody. Ia merasa bersalah jika telah mengganggu tidur Kody.
"Hmm," desah Kody kembali memeluk erat tubuh Laura. Ia semakin mengeratkan pelukannya, seolah tak ingin melepaskan Laura.
"Aku malas bekerja hari ini," lanjut Kody. Ia menyembunyikan wajahnya di leher Laura, menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan.
Laura kaget dan mendongkakkan kepalanya memandangi Kody. Ia tak menyangka jika Kody bisa malas untuk pergi bekerja.
Selama ini, ia mengenal Kody sebagai sosok yang disiplin soal pekerjaan dan terkenal tegas serta pekerja keras.
"Apa gara-gara aku?" tanya Laura pelan. Ia merasa bersalah jika Kody sampai malas bekerja karena dirinya.
"Ehm," ucap Kody lalu melumat bibir Laura yang terlihat masih bengkak akibat semalam. Ciumannya lembut namun penuh gairah, membuat Laura merinding.
"Hmmph... humph... cup... aaaarh... Kody... t-tunggu... haa.. haaa," desah Laura saat Kody mulai kembali bergairah dan membelai tubuh polosnya. Sentuhan Kody membuatnya kehilangan akal sehat.
Kody berhenti dan memandangi Laura dengan napas memburu. Ia bisa melihat gairah yang sama terpancar dari mata Laura.
"Kau masih ingin melakukannya?" ucap Laura pelan dengan terengah-engah.
"Kau lelah?" tanya Kody. Ia khawatir jika Laura merasa kelelahan karena ulahnya semalam.
"sedikit," ucap Laura. Ia tidak ingin berbohong, tubuhnya memang terasa lelah.
"Baiklah, kalau begitu kita mandi saja," ucap Kody lalu menggendong tubuh Laura menuju ke kamar mandi. Ia ingin memanjakan Laura dengan mandi bersama.
*
Di kamar mandi, keduanya berendam di bathtub yang penuh dengan air hangat dan aroma terapi lavender yang menenangkan.
Uap air memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang intim dan romantis.
Laura bersandar dengan nyaman di tubuh Kody yang menyandarkan dirinya di pinggiran bathtub.
Ia merasakan setiap lekuk tubuh Kody yang kekar dan hangat, membuatnya merasa aman dan terlindungi.
Kody mengelus perut Laura yang semakin membesar dengan lembut, seolah menyapa calon buah hati mereka.
Napas hangat Kody bisa dirasakan Laura di tengkuk lehernya, membuatnya merinding dan merasa geli.
"Malam ini, aku tak bisa menemanimu tidur," ucap Kody pelan, memecah keheningan di antara mereka. Suaranya terdengar berat dan menyesal.
Laura terdiam, lalu perlahan menoleh ke belakang memandangi Kody.
Kody membelai lembut pipi Laura yang sedikit merona karena kehangatan air.
"Ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan malam ini," ucap Kody. Ia menjelaskan alasan mengapa ia tidak bisa menemani Laura tidur.
"Apakah lama?" tanya Laura dengan nada khawatir. Ia tidak ingin Kody pergi terlalu lama.
"Mungkin tiga hari atau lebih," ucap Kody. Ia menatap Laura dengan tatapan penuh penyesalan.
Laura mengangguk mengerti. Ini pertama kalinya Kody memberitahukan dirinya untuk izin yang selama ini tak pernah ia katakan.
Ia tahu bahwa pekerjaan Kody sangat penting, dan ia tidak ingin menghalangi Kody untuk menyelesaikannya.
"Aku akan mengusahakan pulang dengan segera," ucap Kody lagi. Ia ingin meyakinkan Laura bahwa ia akan segera kembali.
Laura tersenyum tipis, "Aku tak apa-apa. Aku akan menunggumu," ucap Laura. Ia memberikan senyuman terbaiknya untuk menyemangati Kody.
"Aku akan segera menyelesaikannya dan segera pulang," ucap Kody lalu kembali melumat bibir merah sang istri yang menjadi candu baginya.
Ciumannya lembut namun penuh kerinduan, seolah ingin menyampaikan semua perasaannya.
*
*
*
*
*
Malam ini, di markas besar Kody yang megah dan tersembunyi, Kody, Hugo, beserta anak buah mereka yang terlatih sedang menyusun rencana untuk menangkap Lukas, musuh bebuyutan mereka.
Suasana di ruangan itu terasa tegang dan penuh dengan antisipasi.
Keduanya sudah mengecek keberadaan Lukas yang ternyata bersembunyi di sebuah rumah peternakan terpencil yang jauh dari hiruk pikuk Kota X.
Rumah peternakan itu dikelilingi oleh padang rumput yang luas dan hutan yang lebat, membuatnya sulit untuk diakses.
*
Selama tiga hari mereka memantau pergerakan Lukas di tempat persembunyiannya.
Pengawal mereka sudah mengintai dua tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian Lukas.
Informasi itu didapatkan Hugo dari Geneva, seorang wanita yang ia tawan saat ini.
"Kalian siap?" ucap Kody dengan nada tegas dan penuh otoritas.
Pertanyaan itu dijawab serentak oleh anak buahnya yang sudah bersiap untuk pergi menangkap Lukas di tempat persembunyiannya.
Mereka semua terlihat bersemangat dan siap untuk menjalankan misi ini.
Semuanya telah disiapkan dengan matang. Senjata-senjata api telah diperiksa dan amunisi telah diisi penuh.
Peralatan komunikasi juga telah disiapkan untuk memastikan koordinasi yang lancar selama misi berlangsung.
Mereka menuju ke mobil masing-masing dengan langkah tegap dan penuh keyakinan untuk melakukan perjalanan menuju tujuan.
Kody dan Hugo berada di mobil yang berbeda bersama dengan masing-masing anak buah mereka.
Mereka ingin memastikan bahwa mereka memiliki kendali penuh atas situasi dan dapat mengambil keputusan dengan cepat jika terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Mereka melaju menuju tujuan dengan kecepatan tinggi, membelah kegelapan malam.
Lampu mobil mereka menembus kabut yang tebal, memberikan penerangan yang terbatas.
Suara mesin mobil mereka meraung keras, memecah kesunyian malam.
*
*
*
*
*
Kody dan Hugo beserta anak buah mereka memarkirkan mobil mereka cukup jauh di dalam hutan yang gelap dan sunyi.
Mereka memilih lokasi yang strategis di mana mereka bisa melihat dari kejauhan rumah peternakan tempat persembunyian Lukas.
Rumah peternakan itu tampak seperti sebuah benteng yang dijaga ketat oleh para pengawalnya.
Pepohonan yang tinggi dan lebat menyembunyikan keberadaan mereka dari pandangan para pengawal Lukas.
Suara binatang malam yang bersahutan menambah kesan mencekam di hutan itu.
Aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk memenuhi udara.
"Berapa pengawal yang berjaga saat ini?" tanya Kody dengan nada rendah, namun tegas.
Ia mengarahkan pandangannya ke rumah peternakan itu, mengamati setiap pergerakan yang terjadi di sana.
"Sekitar tiga puluh pengawal yang berjaga malam ini," jawab anak buah Kody yang sudah dari awal memantau pergerakan di rumah peternakan tersebut.
Ia memberikan laporan yang detail tentang jumlah pengawal, posisi mereka, dan jenis senjata yang mereka bawa.
"Kita akan langsung menyerang mereka, dan pastikan kita menangkap Lukas dalam keadaan hidup," ucap Kody dengan nada memerintah. Ia menekankan pentingnya menangkap Lukas hidup-hidup.
"Baik!" jawab serempak anak buah Kody dengan semangat yang membara.
Mereka semua sudah siap untuk menjalankan perintah Kody dan menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi.
*
Di sisi lain, Hugo yang berada di tempat pengintaian yang berbeda juga memberikan instruksi kembali kepada anak buahnya.
Ia memastikan bahwa semua anak buahnya sudah siap dan memahami rencana yang telah disusun.
Hugo berdiri di balik pohon besar, mengamati rumah peternakan itu dengan seksama.
Ia bisa merasakan adrenalin memompa dalam tubuhnya, membuatnya semakin bersemangat untuk menjalankan misi ini.
"Hugo, kalian siap?" ucap Kody melalui alat komunikasi yang menempel pada telinga mereka.
Suara Kody terdengar jelas dan tegas, memberikan semangat kepada Hugo dan anak buahnya.
"ya... kami siap," ucap Hugo dengan nada mantap. Ia memberikan jawaban yang singkat namun penuh keyakinan.
"Kita mulai bergerak sekarang," ucap Kody lalu dijawab "baik" oleh Hugo.
Keduanya mulai berjalan mengendap-endap menuju ke rumah peternakan dengan dua sisi yang berbeda.
Mereka bergerak dengan hati-hati, menghindari ranting-ranting patah dan dedaunan kering yang bisa menimbulkan suara.
Tim Kody mengambil posisi di sisi kanan rumah peternakan, sementara tim Hugo mengambil posisi di sisi kiri.
Mereka bergerak dengan koordinasi yang sempurna, karena telah berlatih bersama selama bertahun-tahun.
Mereka memulai aksi mereka untuk menangkap Lukas yang berada di dalam rumah peternakan tersebut.
Mereka siap masuk ke dalam rumah persembunyian Lukas di mana banyaknya pengawal dan penjaga yang berjaga di area rumah tersebut.
Mereka tahu bahwa misi ini tidak akan mudah, namun mereka siap menghadapi segala tantangan yang ada di depan mereka.