NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Adrian?!" seru Lyra melihat suaminya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Tanpa perintah, kakinya melangkah dengan cepat, menghampiri tubuh pria itu.

Tangan Lyra terangkat pelan, mendarat tepat di dahi Adrian. "Panas," batinnya lalu berlari kecil ke dapur mengambil wadah berisi air dan kain.

Lyra mencelupkan kain ke dalam air dingin, lalu meletakkannya di dahi Adrian. "Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanyanya seraya menarik selimut menutupi tubuh suaminya.

"Aku hanya perlu beristirahat," balas Adrian dengan suara yang bergetar karena kedinginan.

"Tunggu sebentar, aku akan membuatkan sesuatu untukmu," ujar Lyra kemudian meraih kunci mobil yang ada di meja. Langkahnya tergesa-gesa menuju ke arah lift, pikirannya terus tertuju pada Adrian yang terbaring lemah di kamar.

Wanita itu memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah apotek yang hampir tutup. "Tunggu!" serunya membuat orang yang tengah menarik daun pintu mematung.

"Tolong beri aku obat penurun demam. Dan tolong berikan juga beberapa vitamin," pinta Lyra dengan napas yang terengah-engah. Rambutnya sedikit berantakan karena berjalan dengan tergesa-gesa.

"Untuk orang dewasa?" tanya apoteker yang sedang berjaga.

"Ya, orang dewasa."

Apoteker wanita itu kemudian berjalan menuju rak yang ada di belakangnya, meraih beberapa tablet obat dan menyerahkannya pada Lyra. "Ini uangnya. Terima kasih banyak," ucapnya seraya menerima kantong kresek berisi obat-obatan.

Ia kemudian kembali melajukan kendaraannya menuju tempat tinggalnya. Sesaat kekhawatirannya pada Adrian melupakan alasan ia menikahi pria itu. Rembulan malam itu menemani perjalanannya yang sunyi bersama beberapa kendaraan yang melintas di jalan raya.

Setibanya di apartemen, Lyra segera menuju dapur, meraih celemek dan menghidupkan kompor. Suara didih dari bubur yang ia masak terdengar samar di telinganya. Tak butuh waktu lama, semangkuk bubur, segelas air putih dan beberapa obat telah tersedia.

Lyra meraih nampan itu dan berjalan dengan hati-hati menuju kamar Adrian. "Adrian? Bangunlah, aku menyiapkan bubur untukmu," ucap Lyra perlahan mendekati suaminya.

Pria itu menyingkap sedikit selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian bangkit dengan susah payah. "Kau tidak perlu sampai seperti ini," ucap Adrian menyentuh kain lembab yang ada di dahinya.

"Diamlah. Buka mulutmu," ujar Lyra, sambil menyuapinya bubur.

Adrian tak merespon, ia hanya menatap Lyra dalam diam. "Terlalu panas? Tunggu sebentar," lanjut wanita itu menarik kembali tangannya lalu meniup bubur itu perlahan.

"Terima kasih, Lyra. Padahal pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak," celetuk Adrian, kepalanya tertunduk seakan merasa bersalah.

"Pernikahan ini memang hanyalah bagian dari kontrak yang kita tanda tangani bersama. Tapi ...."

Kepala Adrian perlahan terangkat, ia menatap Lyra dengan mulut yang sedikit terbuka. "Tapi saat ini aku tetaplah istrimu. Jika kau sakit, aku akan tetap merawatmu hingga pulih. Jika kau butuh bantuan, aku akan membantumu sebisaku. Dan jika kau butuh teman, aku ada di sini untukmu. Aku akan benar-benar pergi, ketika kontrak kita berakhir. Jadi selama kita masih berstatus sebagai suami istri, jangan sungkan untuk minta bantuanku," jelas Lyra sudut bibirnya terangkat memperlihatkan deretan gigi yang rapih.

"Terima kasih. Kurasa hanya itu yang bisa kukatakan saat ini."

"Itu sudah lebih dari cukup bagiku." ujar wanita itu kembali menyodorkan sendok berisi bubur pada Adrian. Pria itu sedikit menunduk, membiarkan sendok itu masuk ke mulutnya dan mengunyahnya perlahan. Sementara Lyra kembali meraup bubur dalam mangkuk dengan hati-hati agar tidak tumpah.

Begitu sendok terakhir masuk ke mulut Adrian, Lyra menaruh mangkuk kosong di nampan dan meraih obat yang dibelinya tadi. "Minum ini," ucapnya sambil menyodorkan dua butir obat dan segelas air pada suaminya.

Adrian meneguk obat itu pelan, lalu mengembalikan gelasnya. Beberapa menit berlalu setelah pria berkacamata itu menelan obat, tarikan napasnya mulai melambat serta kelopak matanya turun naik dengan berat. Sesekali ia kembali melebarkan matanya, menatap Lyra yang tengah duduk di samping ranjang. Namun tetap saja tubuhnya kalah dengan rasa kantuk yang menyerang.

Tak butuh waktu lama, pria itu benar-benar terlelap. Menyisakan Lyra yang diam-diam membalut tubuhnya dengan selimut. Lyra mengendap-endap keluar dari kamar Adrian tanpa menimbulkan suara dan menutup pintu perlahan.

Setelah mencuci mangkuk dan gelas yang dipakai Adrian tadi, wanita itu merogoh sakunya. Ibu jarinya bergerak lincah di atas layar kecil itu.

Tuut .... Tuut .... Tuut .... Klik!

Lyra : Mama, untuk makan malam besok mungkin aku dan Adrian belum bisa hadir.

Bu Sintia : Kenapa, Nak? Apa terjadi sesuatu?

Lyra : Ya, Adrian demam. Aku ingin dia beristirahat akhir pekan ini.

Bu Sintia : Ya ampun! Bagaimana keadaannya sekarang?!

Lyra : Jauh lebih baik.

Bu Sintia : Baiklah. Istirahat saja, mama akan mengatur waktu lain untuk makan malam bersama nanti. Jaga kesehatanmu, Lyra.

Sambungan telepon terputus, Lyra kemudian merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tengah. Rasa lelah menjalari tubuhnya, kelopak matanya perlahan turun sebelum akhirnya tertutup rapat.

"Lyra ... Lyra ...," sahut Adrian terdengar samar di telinga Lyra. Wanita itu menyipitkan kedua matanya karena silau dari cahaya matahari.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!