NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20.

"Apa?" Chesna suara Chesna mengeras. "Mama mulai lagi ya, pagi-pagi.

“Tenang dulu, Sayang. Mama juga kaget waktu dengarnya. Tapi ini bukan kabar main-main. Keluarga Sanggana ingin datang ke rumah… membicarakan soal kamu dan Gideon.”

Chesna langsung membeku. Sendok di tangannya berhenti di udara. Ia benar-benar tak tau harus percaya atau ...

“Gideon…?” suaranya nyaris seperti bisikan.

“Ya,” jawab Rania dengan nada lembut tapi penuh arti. “Mamanya Gideon bilang, Gideon sudah siap bicara serius.”

Chesna terdiam lama, menatap piringnya yang mendadak jadi menarik. Pikirannya berputar cepat antara jantung yang berdebar dan rasa gugup yang aneh.

“Tapi, Ma… kami bahkan, kami nggak…” Ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Rania menatap lembut, kemudian menghela napas kecil.

“Mama tahu kalian belum ada hubungan apa-apa, tapi Mama juga tahu, anak Mama ini hanya melihat satu orang. Setiap kali nama ‘Gideon’ disebut, reaksi kamu selalu sama.  Ya seperti sekarang.”

“Ma…” protes Chesna dengan pipi memerah, “jangan lebay, deh.”

Rania hanya tertawa kecil, lalu berdiri mendekati putrinya dan mengelus kepalanya penuh sayang.

“Kadang perasaan itu nggak perlu diucapkan, Nak. Cukup terlihat dari cara kamu menyangkalnya.”

Chesna hanya menunduk, tak mampu menatap balik. Ada senyum kecil di sudut bibirnya, samar, tapi nyata.

Rania kembali ke kursinya, menyeruput kopinya santai. “Jadi, atur jadwalmu untuk minggu depan, ya. Siapkan baju yang manis, Mama nggak mau calon menantunya nanti salah lihat.”

“Ma!” seru Chesna spontan dengan wajah panas. Tapi Rania hanya terkekeh puas, menikmati ekspresi anak gadisnya yang baru saja kehilangan ketenangan total.

__

Di Klinik. Ruang terapi itu sepi, hanya bunyi lembut alat terapi listrik. Chesna memeriksa data pasien di tablet, berusaha tampak tenang padahal jantungnya berdebar tak karuan sejak mendengar kabar dari Rania pagi tadi.

"Jadi Mama benar-benar serius… Gideon akan datang mau melamar? Tapi… apa dia tahu?"

Pintu terbuka pelan.

“Permisi.”

Nada suara itu membuat Chesna spontan mendongak. Dan benar saja, di sana berdiri Gideon, mengenakan kemeja abu dan celana gelap rapi. Tongkat penyangga di tangannya.

“Oh… Tuan Sanggana,” sapa Chesna akhirnya, mencoba menyembunyikan kegugupannya di balik senyum profesional."

“Dokter,” Gideon menunduk sedikit, suaranya tenang tapi dingin seperti biasa.

Ia melangkah masuk, menyandarkan tongkatnya di sisi meja lalu duduk perlahan di kursi pasien. Tatapan mereka sempat bertemu sekilas, singkat.

Chesna membuka berkas pasien. “Kita lanjutkan terapi kakinya, ya. Saya lihat ada progres bagus dari laporan terakhir.”

“Baik, lakukan sesukamu, dokter,” jawab Gideon, nada suaranya datar, tapi matanya menatap setiap gerakan Chesna dengan saksama.

Ia memperhatikan bagaimana tangan halus itu memeriksa pergelangan kakinya, lembut tapi tegas. Sentuhan yang seharusnya biasa bagi seorang dokter, tapi di antara mereka terasa lain, menimbulkan getar halus yang sama-sama mereka abaikan.

“Masih terasa nyeri?” tanya Chesna, suaranya pelan.

“Sedikit.”

“Kalau terasa nyeri, jangan dipaksa jalan terlalu lama dulu.”

Gideon mengangkat alis, bibirnya membentuk senyum tipis. "Baik dok, terima kasih karna perhatian."

Chesna mendongak, menatapnya sejenak. “Kalau soal pasien, itu memang tugas saya. Terima kasih karena mempercayakan klinik kami, pak Gideon Sanggana,”

“Kau terdengar seperti tidak pernah mengharapkan aku jadi pasienmu.” balas Gideon tenang.

"Oh, tentu saja saya sangat senang, Tuan. Ini suatu kehormatan buat klinik kami. Semoga Anda puas dan mendapatkan hasil yang diharapkan."

Hening lagi. hanya suara alat terapi berdengung.

Chesna berusaha fokus, tapi sulit mengabaikan aroma parfum Gideon yang samar, atau caranya sesekali menatapnya tanpa kata.

Akhirnya, setelah selesai memasang alat stimulasi otot, Chesna beranjak sedikit ke belakang. “Baik, sesi ini selesai. Bagaimana rasanya?”

“Seperti biasa. Tapi…” Gideon berhenti sejenak, menatap lurus ke arah Chesna. “Kau terlihat… berbeda hari ini.”

Chesna terpaku sejenak. “Berbeda bagaimana?”

“Lebih tegang dari biasanya,” ujarnya datar, tapi ada gurat senyum kecil di ujung bibirnya.

“Tidak ada yang berbeda,” balas Chesna cepat, pura-pura sibuk mencatat hasil terapi.

“Baiklah,” gumam Gideon, memasang kembali tongkatnya dan bersiap berdiri. “Terima kasih atas terapinya, Dokter.”

Saat ia berjalan ke arah pintu, Chesna tanpa sadar menatap punggungnya lama, dada terasa sesak oleh perasaan yang sulit dijelaskan.

"Dia tidak menyinggung apa-apa… berarti mungkin dia belum tahu. Tapi kenapa aku malah kecewa?" bisik Chesna.

Gideon berhenti sejenak di depan pintu, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi akhirnya ia hanya menoleh sedikit dan berkata pelan, “Jaga dirimu, Dokter.”

Chesna tersenyum samar. “Anda juga, Tuan Sanggana.”

Dan saat pintu tertutup kembali, ruang itu terasa kosong, namun masih menyimpan hangat samar dari pertemuan dua hati yang sama-sama menahan diri.

___

Hari-hari berlalu...

Langit pagi di Seoul tampak kelabu, tapi kamar apartemen kecil Shenia justru terasa hangat. Di meja riasnya, kalender penuh coretan kecil berdiri terbuka di tanggal-tanggal yang sudah lama ia perhatikan.

Shenia menggigit bibir, menghitung ulang dengan jari.

Satu… dua… tiga hari terlambat… bahkan lebih.

Dadanya berdebar cepat. Antara harapan dan cemas yang bercampur jadi satu. Ia melirik ke meja samping tempat tidur, di sana, benda kecil dengan dua garis merah sudah menunggu.

Dengan tangan gemetar, ia mengambilnya. Matanya menatap hasil tespek itu lama, seolah tak percaya. Lalu, tanpa sadar, senyum mengembang di wajahnya.

“Dua garis…” bisiknya pelan, air mata menitik di sudut mata. “Aku… hamil.”

Shenia menutup mulutnya dengan tangan, tak tahu harus tertawa atau menangis. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena lega luar biasa. Setelah semua usaha, semua kegilaan dan dosa yang ia simpan, akhirnya… sebuah harapan muncul.

Ia menatap foto kecil di meja, dirinya dan Aaron yang tersenyum ceria di taman rumah sakit. Sementara putranya itu sedang terlelap.

“Sayang…” ucapnya lembut, suaranya bergetar, “Mama berhasil. Akan ada seseorang yang bisa bantu kamu nanti. Mama janji, Mama akan jaga diri… jaga adikmu… dengan sebaik mungkin, untuk Kamu. Demi kesembuhan kamu, sayang...”

Shenia menyentuh perutnya perlahan. Belum ada perubahan, tapi ia sudah bisa merasakan sesuatu di sana, kehidupan kecil yang akan mengubah kondisi menyedihkan yang dialami Putranya.

Ia menarik napas panjang, menatap keluar jendela ke arah langit musim gugur yang dingin.

“Terima kasih, Tuhan,” bisiknya, “karena Kau beri putraku kesempatan ini.”

Senyum kecil kembali muncul di wajahnya, meski matanya masih sembab dan terus memohon semoga anak ke-dua yang akan lahir memiliki kecocokan yang pas sebagai penolong untuk Putra pertamanya. Dalam hatinya, Shenia tahu perjalanan akan lebih menantang lagi.

"Alan, maafkan keegoisanku ini. Semoga kau selalu sehat, hidup bahagia bersama masa depanmu kelak. Aku akan dengan tulus mendoakanmu dari jauh." bisik Shenia, sambil memeluk dirinya sendiri.

1
RaveENa
aku kira neneknya chesna sama kek neneknya gideon/Grin/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
RaveENa
ini kenapa sihh para nenek2 kepo bgt,ikut campur bgt.
bukannya nikmatin hr tua,ehh malah ikut campur urusan cucu2 nya/Left Bah!/
thor lidya biang gosip ya,apa2 selalu aja tau/Facepalm/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Dar Pin
haduh bangun tidur dibuat spot jantung 😄💪
Nurminah
sudah bau tanah aja bikin rusuh ceptin mati aja Thor nenek peot nya nyusahin aja
RaveENa: bikin emosi ya kak tu nenek2
total 1 replies
Dar Pin
haduh ada aja yg ngalangin 🤣
Nurminah
lanjutkan makin seruuuu
Eva Karmita
so sweet nya 💓💓💓💓💓💓💓😍
Mela Nurmala
slalu ingin baca... utk alan diperbanyak jg ya thor. penisirin pengen alan cepet2 tau klo di pny anak ternyata😄
Dar Pin
meleyot Thor hatiku tunggu gebrakan Alan nih ayo jangan kalah dengan pasangan satunya 👍😄
Ophy60
Alan....kerahkan orang² mu untuk mencari. Shenia sudah didepan mata.
Dar Pin
ayo Alan berjuang semoga cepetan ketemu titik terang biar bisa kumpul menjadi keluarga 💪😄
Dar Pin
deg deg hatiku Thor lanjut 💪
Umi Kolifah
ayo Thor pertemukan keduanya agar si kembar bisa sama2 membina keluarga yang bahagia
Nurminah
aku kira bakal kehamilan simpatik biar alan tambah gencar nyari sherina tau bakal jadi ayah
tari
ayo thor pertemukan alan dan shenia
tari
bacanya sambil senyum senyum nih thor😀🥰
RaveENa
meleyot aq bacanya...seneng bgt kl disuguhin yg manis2 kek gini.
thor kapan giliran alan??
Dar Pin
ketawa terus bawaannya thor JD semangat nunggu lanjutannya kawal sampai halal chesna Gidion 💪😄
Iin Wahyuni
lanjut thor💪
Dar Pin
mudah mudahan cepet ketemu Alan dan shenia ya JD ikut gregetan nih lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!