Di jebak oleh sahabatnya sendiri?
Setelah melewati malam panas dengan Jenderal Hang, Jie Xieye mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri —Hang Tianyu.
***
Tak kunjung hamil, membuat Le Chieli frustasi, karena selalu mendapat tekanan dari keluarga Hang. Hingga, kemudian ia menjebak suami dan sahabatnya sendiri.
Namun, yang tidak Le Chieli ketahui, jika dia telah menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Ini bukan hanya tentang menjadi selir terabaikan, tapi juga tentang cinta dari musuh suaminya.
Lantas, bagaimana kehidupan Jie Xieye sebagai selir tak di anggap?
Follow akun Author.
ig: bella_bungloon
fb : XCheryy Bella
TIDAK SUKA BISA DI SKIP YA KAKAK-KAKAK ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Bungloon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
"Sungguh??!! Ini luar biasa!"
Gu Shaong mendongak, pupil matanya bersinar penuh kekaguman. Ia bukan hanya takjub pada gerbang Kediaman Hang yang menjulang tinggi dengan ukiran naga emas dan awan giok, tapi halaman dalamnya juga jauh lebih indah.
Di depan sana, ada sebuah jembatan lengkung yang terbuka dari kayu berkualitas tinggi tentunya, di bawahnya ada kolam ikan berwarna-warni. Segalanya tampak indah dan tertata rapi.
"Kak, apa kau benar-benar akan tinggal di tempat ini?" Gu Shaong berlari tak tentu arah, pemuda itu sangat antusias dan penuh semangat.
Jie Xieye yang melangkah di tenang di belakang Gu Shaong hanya tersenyum tipis mendengar setiap ocehan pemuda tersebut. "Tempat ini memang megah. Tapi, apa gunanya dengan semua keindahan ini? Jika di balik dindingnya hanya ada kecurigaan, persekongkolan, dan perang tanpa suara?"
Memejamkan mata sejenak, Jie Xieye kemudian mengingatkan Gu Shaong untuk berhati-hati. "Perhatikan langkahmu, Shaong, atau kau akan menabrak pilar." Ujar Jie Xieye mengingatkan.
Namun, pemuda itu hanya cengengesan dengan jalan menghadap ke belakang. "Tenang saja, Kak, aku akan—"
Brugh!
Akh—!
"Shaong!"
Jie Xieye menggeleng pelan, baru ia mengingatkan pemuda itu untuk berhati-hati, tapi sudah jatuh terpeleset. Jie Xieye kemudian melangkah mendekat dan berniat membantu Gu Shaong berdiri.
Namun, dari arah berlawanan beberapa rombongan pelayan wanita menghampiri mereka. Salah satu di antara para pelayan itu yang terlihat lebih tua, menatap tajam ke arah Gu Shaong dan Jie Xieye.
"Apa yang kalian para pengemis lakukan di mari?!" Nada bicaranya kasar dan tidak ada tata krama. "Berani sekali kalian menghalangi jalan Nona kami!"
Rongyi yang berdiri di belakang Jie Xieye melotot tajam. "Lancang! Berani sekali kau menghina nyonya kami!"
Jana— dayang tua itu memicingkan mata menilai ke arah Jie Xieye dan Gu Shaong. Bibirnya kemudian melengkung sinis. "Nyonya? Dia? Bahkan ayam pasar lebih anggun darinya!"
Jie Xieye tidak menanggapi ejekan dari pelayan tua itu. Ia tetap dengan ketenangan nya. Tanpa mempedulikan Jana, Jie Xieye mengulurkan tangan membantu Gu Shaong berdiri.
"Apa kau baik-baik saja?"
Gu Shaong mengangguk, dia hanya terpeleset saja. Melihat pemuda itu baik-baik saja, Jie Xieye menghela nafas dengan tenang.
Namun, ketenangan itu segera hilang saat sebuah suara dingin terdengar.
"Apa yang terjadi?" Hang Shu Ji menggantungkan kalimatnya, alisnya berkerut dan matanya memicing melihat siapa yang berdiri di hadapan kepala pelayan nya.
Senyum sinis segera terukir di wajah cantik nya. "Lihat siapa yang kembali... Ular berbisa dan— muncul ekornya?"
Mendengar penghinaan yang terus di tujukanke Jie Xieye membuat Gu Shaong menggeram marah. Namun sebelum mulutnya terbuka, sebuah tangan menahan bahunya.
"Lebih baik kau diam, bocah. Jangan memperburuk keadaan." Suara Wuxi terdengar dingin dan tajam memperingati pemuda tersebut.
...
"Silahkan lewat sini, Jenderal Shen...."
Shen Zhaoling tidak menyahut, langkah lebarnya membawa tubuh tegapnya menyusuri lorong-lorong menuju kediaman Permaisuri di pandu oleh Kasim Kang. Para pelayan yang berpapasan dengannya, menghentikan langkah dan aktivitas mereka untuk sekedar membungkuk hormat.
"Permaisuri sudah menunggu Anda, Jenderal." Kasim Kang membungkuk, mempersilahkan Shen Zhaoling menemui Permaisuri yang menunggu di sebuah gazebo di tengah taman bunga.
"Terima kasih, Kasim Kang." Setelah mengatakan itu, Shen Zhaoling melangkah menuju seorang wanita paruh baya yang duduk anggun di atas bantalan giok merah.
"Yang Mulia Permaisuri," Shen Zhaoling membungkuk dengan meletakkan tangan kanannya di dada kiri memberi hormat.
Tanpa menatap ke arah Shen Zhaoling, Lin Xinyi, mengangkat sebelah tangannya, memberi isyarat agar sang jenderal duduk.
"Setelah persidangan tadi, orang-orang pasti akan mengira jika Jenderal Shen berada di sisi Selir Ru dan pangeran ke delapan. Bagaimana Jenderal menanggapi hal itu?" Nada bicara Permaisuri tenang dan rendah. Tapi jelas menyimpan siasat dan penyelidikan tajam.
Menghela napas pelan, Shen Zhaoling meraih sehelai daun yang jatuh di atas meja rendah di antara dirinya dan permaisuri.
"Anda jelas tahu, saya tidak berpihak pada siapa pun. Tugas saya hanya melindungi keluarga kerajaan dan menjaga kestabilan kekaisaran,"
"Lagipula," kepala jenderal muda itu terangkat, sorot matanya sedikit berkilat. "Selir Ru memang tidak bersalah, Yang Mulia."
Permaisuri terdiam sesaat, kemudian menatap lurus ke arah Shen Zhaoling. "Dia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menduduki posisinya itu, dan bukan hal mudah mendapatkan kepercayaan dari Kaisar. Selir Ru tidak akan seb0doh itu. Jadi,"
"... Apa Anda mencurigai seseorang?" Tanya Permaisuri dengan sorot mata dingin.
Shen Zhaoling mengangguk pelan. "Sayangnya orang itu terlalu dekat dengan Kaisar, dan kita belum tahu siapa saja yang berdiri di belakangnya."
...***...
"Kakak, siapa sebenarnya wanita tadi? Mengapa dia terus mengatakan hal buruk padamu, dan para pelayan di sini mereka sangat tidak sopan padamu—!?"
Gu Shaong tidak bisa berkata-kata. Wajahnya sudah merah menahan amarah. Sikap Nona Hang tadi, dan para pelayan nya, sangat buruk pada Jie Xieye.
"Ini bukan tempat yang luar biasa, Kak, ini bukan tempat yang indah! Mereka sangat sombong dan angkuh, ayo kita kembali ke kediaman kakak saja...."
Jie Xieye menghentikan langkahnya, ia menghela nafas dengan pelan. Tapi sebelum dirinya menjawab, Rongyi lebih dulu bersuara dan menarik tangan Gu Shaong.
"Hey!" Rongyi menarik kasar tangan Gu Shaong, sorot matanya tajam menatap pemuda di hadapannya. "Apa kau lupa di mana kita berada?"
"Tidak peduli apa hubungan mu dengan Nyonya kami, tapi jaga sikap dan perkataan mu. Karena bukan hanya kau saja yang akan di hukum, tapi Nyonya kami!" Lanjut Rongyi dengan suara bergetar.
Sejak kemarin, Rongyi sudah bersabar dengan sikap Gu Shaong yang tidak tahu batasan, tapi sekarang mereka sudah berada di kediaman Hang. Satu kata saja yang tidak tepat, bukan hanya bocah tengik itu yang di hukum, tapi juga Nyonya nya. Terlebih, status Nyonya nya di kediaman ini hanyalah Selir yang tidak di hormati.
Suasana seketika hening. Rongyi masih menatap tajam ke arah Gu Shaong yang terdiam, Wuxi dan yang lainnya juga hanya diam, mereka sependapat dengan Rongyi.
Merasakan kecanggungan yang tak biasa, Jie Xieye berdehem untuk mencairkan suasana. Kemudian menatap mereka semua satu persatu. Sorot matanya kemudian jatuh pada Gu Shaong yang menunduk.
"Apa yang mereka katakan benar, Shaong. Dan pendapat mu tentang kediaman Hang ini juga benar, sangat indah dan luar biasa. Namun...."
Jie Xieye menggantungkan kalimatnya, sorot matanya menatap burung-burung yang bertengger di sebuah ranting di dekat mereka.
"Apa yang terlihat indah belum tentu damai. Kediaman Hang ini, sama seperti istana. Dihiasi emas dan giok, tapi sesungguhnya adalah sangkar. Dan di dalam sangkar, burung tidak pernah benar-benar bebas, meski di beri makanan yang terbaik,"
"... Ingatlah itu, Shaong. Sebesar dan semewah apapun kediaman itu, tidak semua yang tinggal di dalamnya bebas bernapas."
...***...
"Sayang sekali, dia tidak di hukum ma ti...."
Seorang wanita menghela nafas panjang, ekspresi wajahnya terlihat kecewa, tentu itu adalah ekspresi yang di buat-buat. Di tangannya, ia menggenggam sebuah cawan, dan di hadapannya seorang pria paruh baya duduk dengan memejamkan matanya.
"Aku tidak percaya jika Shen Zhaoling akan datang membela wanita itu, apakah dia benar-benar di sisi pangeran ke delapan...." Lanjut wanita itu dengan nada tidak suka. Jelas dia tahu se berpengaruh apa sosok Jenderal Agung Shen Zhaoling.
"Yang terpenting kita masih aman, Putriku." Ujar pria paruh baya itu.
Wanita itu mengangguk setuju. "Kaisar pasti masih bersedih untuk selir agung nya itu, aku tidak akan menyia-nyiakan, kesempatan ini. Jadi, bagaimana dengan Shu Ji, Ayah?"
"Tianyu sudah mengangkat selir, dan wanita itu sedang mengandung anaknya."
Jawaban dari sang ayah membuat wanita itu —Hang Yo Ri, selir ke-70 kaisar Yu Yanzhong membelalakkan mata. "Apa?! Bagaimana bisa?!"
Hang Zhen tidak menjawab, pria paruh baya itu hanya menghela nafas berat.
"Ayah, kita harus membantu Shu Ji, bagaimanapun kita harus mendapatkan kekuatan keluarga Hang sepenuhnya agar posisi putra ku aman di sini."
"Bagaimana caranya? Adikmu itu sangat lambat, dia terlalu tenang."
Yo Ri tersenyum miring, wanita yang mengenakan hanfu merah berbordir bunga teratai emas itu bangun berdiri dan melangkah mendekati kolam ikan.
"Aku dengar jika Kaisar dan Tianyu akan pergi ke desa Jinniang, dan beberapa hari lagi adalah ulang tahun Bibi Suyue, kita bisa memanfaatkan perayaan itu, Ayah."
penyakit ada lagi
dan jika sekarang suaminya membuka hati untuk tabib jie apakah itu juga salah tabib jie??
jendral Hang khawatir pada anaknya atau ibunya
hanya author yg tau..🤔
aq malah ngeri membayangkan kehidupan xieye di sana bahkan nyawanya dan bayi yang dalam kandungannya pun jadi target 😩
aku kok gemesss😡😡
kira2 siapa pembunuh bayar itu ya?!🤔