seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Akses Tukang
Pintu hijau tua di belakang kursi yang diduduki Bhanu tadi terbuka.
Bush...
Suaranya sudah seperti uap angin yang keluar. Kami menatap ke dalam ruangan melalui bingkai pintu.
Lalu masuk satu-persatu. Lampunya menyala redup saat kami masuk. Memperlihatkan seluruh isi ruangan yang lumayan besar, sudah seperti ruang tamu berukiran sedang.
Di bagian tengah ruangan ada beberapa mesin yang terkumpul dan tersusun. Di sekelilingnya ada garis kuning membentuk persegi panjang membatasinya. Sekeliling ruangan juga ada lemari kecil dan besar yang menyimpan berbagai alat.
Dari bagian pintu kami masuk, sisi kiri dinding ada akses tukang yang tertanam di dinding dengan dilapisi menutup kaca.
Di bawah kaca berbentuk persegi yang menonjol dari dinding itu ada sebuah tombol persegi berwarna merah.
Ada tulisan pada bagian bawah tombolnya.
"halo para calon tukang! Jika kalian mau mendapatkan akses tukang, tekan tombol merah di atas. Kalian akan menjalani ujian, dan jika lolos, kalian akan mendapatkan aksesnya."
Kakek berjalan mendekat, lalu menekan tombolnya. Kalau urusan mesin-mesin bagini aku yakin kakek bisa mengatasinya.
"selamat datang calon mekanik! Kita bisa mulai ujian kalian, ada empat jenis mesin yang harus kalian perbaiki. Yang pertama adalah batrai besar yang bisa dimasukkan ke dinding ruangan, yang kedua adalah bagian tuasnya, yang ketiga dan keempat adalah lantai sisi kiri dan kanan mesin-mesin di tengah ruangan berada." speaker di sudut ruangan bicara, kali ini suara wanita.
Aku melirik bagian dinding yang memang ada tempat untuk memasukkan batrai besarnya. Tapi aku tidak mengerti di bagian tuas dan lantai ruangan ini, karena sepertinya terlihar baik-baik saja, mungkin nanti.
Kami mendekati bagian tengah ruangan. Kakek mendekatkan sebuah mesin berbentuk tabung dengan menggulingkannya ke arah kakek.
hah? Aku sedikit terkejut, teman-temanku juga begitu. Karena tabung batrainya memang besar, jika dibandingkan dengan gentong batrai ini hanya sedikit lebih besar.
"apa kakek tau cara memperbaikinya?" aku bertanya, aku saja belum pernah melihat batrai sebesar ini.
Kakek memeriksa bagian dalamnya sebentar yang dipenuhi berbagai kabel dan mesinnya lalu mengangguk.
"iya, kakek masih mengerti cara memperbaikinya." jawab kakek, membuatku dan teman-temanku menghela nafas lega.
Kami mulai bekerja sama memperbaiki batrai itu dengan kakek sebagai mekanik utamanya. Aku dan teman-temanku membantu dengan mengambil kan alat, menahan bagian tertentu, menemukan kabel tertentu, dan sebagainya yang cukup sederhana sehingga mudah kami pahami.
Setelah selesai, kakek menutup kembali tabung batrai itu, agar mesin dalamnya tertutup.
Batrainya cukup berat, jadi kami mengangkatnya berempat. Yaitu aku, kakek, Bhanu, dan Eron.
Lalu kami memasukkannya ke bagian dinding yang punya sela untuk memasukkan batrainya. Lalu kami menutup tempat itu.
"bagus, sekarang giliran memperbaiki tuasnya, tekan tombol lingkaran kecil di dinding." speaker itu mengeluarkan suaranya.
Kami mencari-cari tombolnya dulu. Sampai akhirnya aku yang menemukannya, aku menekan tombolnya.
Bush...
Lapisan besi dinding terangkat ke atas. Bagian dinding yang disebelah tombolnya dengan ukuran mengelupasnya tinggi satu meter dan lebar dua meter.
Mesin-mesin di dalamnya terlihat. Kakek mendekatinya, lalu melihat-lihatnya. Setelah itu kakek mengangguk.
"baik, kakek paham cara kerjanya, mari kita perbaiki ini." kakek berkata, aku dan teman-temanku mengangguk.
Kami menolong kakek lagi dalam perbaikan tuas itu. Kali ini sedikit lebih melelahkan karena kakek harus terus berdiri untuk memperbaikinya.
Tapi kami berhasil setelah beberapa menit kemudian. Sentuhan terakhirnya adalah menutup kembali lapisan dinding, lalu memasang tuasnya ke bagian khusus di dinding.
"hebat! Sekarang, kalian tinggal memperbaiki bagian lantai kiri dan kanan tumpukan mesin. Cara membuka lapisannya adalah dengan menggunakan alat yang ada di ruangan ini, semoga berhasil." suara di speaker berkata setelah kami selesai memakai tuas.
Kami akhirnya mencari-cari alat itu. Aku sempat terpikir dikepalaku untuk menggunakan linggis saja untuk mencungkil lantainya. Tapi itu jelas ide buruk, kalau lantainya hancur bisa-bisa kami langsung tidak lolos. Aku juga belum pernah mengenal alat ini, baik di internet maupun dunia nyata aku belum pernah melihat alat yang untuk membuka lantai.
"apakah ini alatnya?" Eron berkata setelah lima menit kami mencari.
Eron mengangkat sebuah alat seperti plesteran sekop dengan bentuk persegi panjang. Tapi bagian pinggir permukaannya seperti ada pelampung kecil berwarna hitam yang mengelilingi bagian permukaannya.
"sepertinya iya, kita bisa coba." kakek berkata.
Lalu kakek menerima alat itu, dan mencobanya ke lantai bagian kiri dari tumpukan mesin. Permukaan alat itu, atau tepatnya pada bagian ujung pelampung kecilnya itu menempel ke permukaan lantai, membuatnya bisa ditarik dan terlepas dengan mudah.
Kami tersenyum, sekarang bisa mulai memperbaikinya. Dan kali ini lebih sulit daripada sebelumnya lagi, karena ada mesin yang di bagian lebih dalam dan sedikit lebih luar, menjangkaunya sedikit lebih susah.
Tapi untungnya, di tangan kakek ini selesai dalam tiga puluh menit. Lalu di kami kembali menutup lantainya, menahan bagian lantai dengan berat badan sedangkan alat tadi ditarik agar terlepas.
Kami melakukan hal yang sama di bagian kanan, ternyata struktur mesinnya juga sama dengan yang kiri, bagaikan cermin.
Jadi kakek bisa menyelesaikannya dengan waktu yang lebih singkat yaitu 25 menit. Kami memasang kembali lantainya setelah itu.
Tidak ada suara dari speaker, tapi bagian tengah ruangan yang langsung menjawabnya saat kami menyalakan tuas. Bagian itu sebelumnya penuh mesin, tapi sekarang kosong karena sudah kami gunakan.
Tapi sekarang bagian tengah ruangan dari bawahnya membuka celah lubang berbentuk persegi. Lalu keluar tempat yang tingginya 1,3 meter dengan bagian teratasnya ada tombol persegi berwarna merah.
Kakek menekan tombol itu. Lalu kaca yang melindungi akses tukang di dinding terbuka dengan efek suara yay! Pada speaker.
Kakek mendekati bagian dinding itu. Lalu mengambil batu akses tukangnya secara perlahan.
"mungkin kita bisa istirahat disini lima menit dulu." kakek berkata sambil meregangkan badannya.
Aku dan teman-temanku mengangguk. Kami mengerti memperbaiki mesin sebanyak itu dalam waktu singkat sangat melelahkan.
Kakek meneguk air minum dari botol yang dibawanya sambil duduk bersandar di dinding. Aku dan teman-temanku juga duduk bersandar di dinding ruangan.
Wakau kami menunjukkan ekspresi lelah, kami semua belum mengantuk. Belum ada juga yang menguap sejak tadi, malahan kami jadi makin tertarik dengan petualangan yang akan datang di apartemen ini.
Bahkan Elysia yang tadi takut juga lebih santai sekarang. Jelas ini lebih baik baginya dibanding dikejar-kejar oleh boneka monster yang menyeramkan.
Tapi apapun yang akan terjadi selanjutnya, jelas akses tukang ini akan berguna untuk kedepannya mengakses ruangannya.