Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Anak Haram
"Buk, Ibuk tidak usah takut, mereka orang-orang Tuan Bagas, mereka diperintahkan oleh Tuan Bagas mencari Ibuk--" belum habis perawat itu menjelaskan, Nuri sudah menyahut.
"Tidak aku tidak mau, lepaskan aku, aku ingin pulang." Nuri ketakutan, dia tidak mau ikut, dia takut kalau Tuan Bagas menyalahkan dirinya yang membuat Nyonya Reisa masuk kerumah sakit.
"Buk, dengerin aku dulu, Tuan Bagas ingin bertemu dengan Ibuk karena Nyonya Reisa ingin berterimakasih padamu, karena Ibuk sudah menolongnya." Lanjut perawat itu lagi.
Mendengar seperti itu, barulah Nuri tidak meronta lagi, namun dia masih ragu dengan penjelasan perawat itu.
"Beneran, kalian tidak apa-apain aku nanti 'kan ?" Nuri ingin memastikan kalau mereka tidak berbohong.
Perawat itu menggeleng, dan setelah itu menggandeng tangan Bibi Nuri membawanya kembali masuk kedalam rumah sakit.
Di lobi rumah sakit, Tuan Bagas sudah menunggu, dia melihat orangnya bersama perawat, dan juga ada seorang lagi bersama mereka yang tidak lain adalah Nuri.
Tuan Bagas menghampiri mereka, dan langsung mengulurkan tangannya pada Nuri.
Walaupun Tuan Bagas orang kaya dan terpandang, dia merendahkan diri, biarlah dia yang lebih dulu menghampiri.
"Saya Bagas," Tuan Bagas memperkenalkan dirinya setelah Nuri menyambut tangannya.
"Sa,,, saya Nuri, tu,,,tuan," Bik Nuri gelagapan dan ragu-ragu menyebut namanya.
"Nuri, Mbak Nuri, maaf sudah membuang waktu anda, maukah Mbak Nuri menemui istriku, dia ingin sekali bertemu dengan anda." Ujar Tuan Bagas.
Bik Nuri diam, dia tidak menyangka, Taun Bagas yang disegani dan kaya raya, ternyata tidak seperti yang dia dengar dari banyak orang.
Tuan Bagas ternyata sangat lembut dan sopan.
"Ternyata Tuan Bagas tidak arogan dan kejam seperti berita yang beredar." Gumam Bik Nuri dalam hatinya.
"Gimana Mbak, apa Mbak mau ?" tanya Tuan Bagas lagi karena melihat Nuri hanya diam saja, seperti melamun.
Bik Nuri tersentak dari lamunannya yang membayangkan Tuan Bagas berbeda dari berita yang dia dengar.
"Eh, iya, boleh, Tuan," jawab Nuri. Dan setelah itu, Tuan Bagas dan perawat membawa Nuri keruangan Istrinya yaitu Nyonya Reisa.
Sementara ditempat lain, Nyonya Sera sedang marah-marah, dia memarahi Olivia Putrinya yang meminta uang untuk membeli tas dan sepatu pengeluaran terbaru yang harganya hampir mencapai ratusan juta.
"Kamu pikir uang segitu tidak banyak hah, kamu pikir mudah mencari uang, Mama sekarang sedang bingung, kamu asyik keluyuran, dan pulang minta uang."
"Mah, aku ingin membeli tas itu, itu edisi terbatas, pokoknya aku harus membelinya." Olivia masih ngotot agar Mamanya mau memberikan uang 100 juta yang dia minta.
"Mama sudah bilang, Mama tidak punya uang, tas itu sangat mahal, buang-buang duit aja." Ujar Nyonya Sera.
"Oliv tidak percaya, Mama pasti tidak mau memberikannya, tapi kalau untuk om Brian, Mama selalu memberikan, tapi kalau aku yang minta-" Olivia tidak melanjutkan karena Mamanya menyahut.
"Diam kamu, Om Brian itu Papamu, dia juga yang membantu Mama mendapatkan seperti yang sekarang ini."
"Wah, marah, bantu apa, bantu memuaskan nafsu Mama, coba kalau Mama tidak meracuni Papa, dia pasti sudah--" lagi-lagi Olivia tidak bisa melanjutkan perkataannya, kali ini bukannya Nyonya Sera menyahut, tapi Olivia tidak melanjutkan perkataannya karena Nyonya Sera menamparnya.
"PLAAAK. Jangan kurang ajar kamu, Mama melakukan semua ini untuk masa depan mu," Nyonya Sera sudah geram dengan Olivia.
"Masa depanku, apa masa depan Om Brian yang memuaskan Mama ?"
"PLAAAK," sekali lagi tamparan itu mendarat di pipi Olivia. Pipi Olivia memerah, perih tentu saja.
Olivia yang sudah kesakitan, dia tidak bisa menahan, emosinya memuncak, dia tidak terima kalau Mamanya menamparnya hingga dia kali.
"PLAAAK," terdengar lagi tamparan yang lebih keras, namun kali ini bukan mendarat dipipi Olivia, tapi di pipi Nyonya Sera.
"Kurang ajar, Anak durhaka." Nyonya Sera langsung menjambak rambut Olivia, begitu juga Olivia, dia tidak tinggal diam.
Jambak menjambak, maki memaki terjadi hingga beberapa saat, namun terhenti ketika Olivia terkejut mendengar kata yang keluar dari mulut Mamanya.
"Kurang ajar, Anak tidak tau diri, susah payah aku membesarkan mu, ini balasannya, dasar Anak haram." Nyonya Sera terlepas, dia menyebut Olivia Anak haram, padahal dia sudah menutupi itu semua sejak lama, sejak Om-om yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab.
Sera dulunya bukan orang kaya, dia terlahir dari keluarga miskin, namun karena dia tidak mau hidup miskin, akhirnya dia ke kota mencari kerja.
Dikota dia tidak mau bekerja seperti biasa, karena gajinya tidak banyak, akhirnya dia menemani Om-om yang kaya raya untuk mendapatkan uang, hingga dia hamil.
Sera berjuang sendiri melahirkan Olivia, dia menjadi pemulung dan akhirnya bertemu dengan Pak Brata, yaitu Papanya Cindy.
Pak Brata karena kasihan, membawa dia pulang kerumah, setelah setahun Mamanya Cindy meninggal karena sakit.
Sera tinggal dirumah itu, hingga setahun. Singkat cerita, Pak Brata kemudian menikahinya karena dia melihat Sera sangat menyayangi Cindy dan telaten merawat Cindy.
Cindy juga senang dan bahagia, dia menerima Sera sebagai Mamanya, tapi Sera ternyata punya niat lain, yaitu ingin menguasai harta Pak Brata.
"Anak haram, apa maksudmu ?" tanya Olivia sudah tidak menyebut Sera Mama lagi.
Sera menyadari kalau dia kebablasan, dia tidak sadar, karena marah dan dikuasai emosi dia sudah menyebut apa yang dia sembunyikan selma ini.
"Titi, tidak,aku-"
"Jawab, siapa Anak haram, kenapa Anak haram, apa aku ini Anak haram ?" bentak Olivia.
Olivia tidak tau kalau dirinya Anak haram, karena Sera selalu bilang kalau Ayahnya sudah meninggal karena kecelakaan mobil.
Nyonya Sera terdiam, dia mengutuk dirinya yang tersalur amarah dan sampai mengeluarkan kata Anak harap pada Olivia.
"Jawab, kenapa diam, siapa Anak haram, apa aku ini Anak haram ?" Olivia membentak lagi, dia bahkan sudah tidak menunggu Mamanya menjawab.
Olivia kembali menjambak rambut Mamanya lagi, amarah dan emosi sudah tidak bisa dibendung lagi. akhirnya Jambak menjambak terjadi lagi.
Karena Nyonya Sera sudah sangat marah akhirnya dia mengatakan pada Olivia kalau Olivia itu Anak haram, yaitu Anak lelaki tua.
"Berhenti, kamu memang Anak haram, kamu Anak lelaki tua bajingan." Teriak Nyonya Sera agar Olivia puas.
"Kenapa baru sekarang kamu mengatakan itu, kasih tau siapa Ayahku, dimana dia ?" tanya Olivia dengan suara keras.
"Kamu membohongiku selama ini, kamu penipu, kamu pelacur." Olivia berlari kedalam kamarnya, dia mengemasi semua pakaiannya ingin pergi dari rumah ini.
"Aku ingin pergi dari sini, aku ingin mencari siapa dan dimana Ayah ku, kenapa perempuan itu menyembunyikannya padaku." Olivia sangat marah dan kecewa.
Setelah memasukkan pakaiannya kedalam koper, dia segera keluar dari rumah itu.
Olivia memberhentikan taksi didepan rumahnya, tanpa dia sadari ada sepasang mata yang melihat dirinya.
Bersambung.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..