My Husband My Bos

Emely tiba di kantor bersama dengan Ardan.

Mereka berjalan bersamaan seakan lupa tempat.

Emely yang lebih dulu menyadarinya segera menghentikan langkahnya yang membuat Ardan ikut berhenti dan menoleh kepada Emely sambil memasukkan kedua tangannya di ke-dua saku celananya.

" Kenapa berhenti? "

" Kamu lupa ya ini di mana? Tuh lihat mereka semua menatap kita, sudah kamu duluan saja" Jawab Emely sedikit memelankan suaranya agar tidak di dengar oleh yang lain.

Ardan menghela nafasnya dalam dalam

" Oke, tapi kamu harus segera menyusulku "

" Lho memangnya untuk apa? Baru sampai juga sudah harus "

" Cukup cukup jangan ribut, kamu adalah sekertarisku jadi tidak usah didebat kamu harus segera masuk ke ruanganku untuk membuat rencana kerja" Ucap Ardan memotong perkataan Emely.

" Baiklah" Jawab Emely menyerah.

Ardan pun tersenyum tipis dan melanjutkan kembali langkahnya menuju ruangannya.

Sedangkan Emely masih berdiri sambil menunggu Ardan agak menjauh agar tidak membuat semua karyawan semakin curiga dengan hubungannya.

Namun apa yang terjadi sungguh di luar ekspetasi, ternyata gosip tentang kedekatannya dengan bos sudah menyebar ke mana mana, ditambah hari ini mereka berdua datang bersamaan, bahkan ada yang melihat mereka berada di dalam satu mobil semakin membuat seisi kantor menggosipkan dirinya dengan Ardan.

Emely hanya bisa memegangi keningnya, karena gosip di tempat kerja ternyata lebih membuatnya stress daripada masalah keluarganya.

Sudah hampir dua jam Ardan menunggu Emely namun tidak juga masuk ke ruangannya.

Ardan mencoba menghubungi melalui ponselnya tapi tidak dijawab. Akhirnya dia memutuskan untuk menemuinya langsung ke tempatnya.

Ardan berdehem di sisi meja kerja Emely yang membuatnya terperanjat kaget.

" Ih kamu bikin kaget saja! " Gumam Emely sambil memegangi dadanya.

Ardan tersenyum tipis sambil melipat kedua tangannya di dada " Kamu sengaja ya mau menguras kesabaranku? Sayang? "

Emely melotot tajam kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri " Apaan sih, bisa gak biasa saja panggilnya gak usah sayang! Ini di kantor bos banyak telinga yang mendengar ".

" Hhh makanya jangan lagi membantahku".

Emely mendengus perlahan dan memijit pelipisnya " Oke oke aku akan mengikuti kemauanmu my Husband my bos, puas! ".

Ardan terkekeh dan membalikkan tubuhnya untuk kembali masuk ke ruangannya diikuti Emely di belakangnya.

Tak lama kemudian Hansen datang nyelonong masuk ruangan Ardan dengan keringat dingin mengucur dan nafas yang tersengal sengal.

" Tuan muda " Ucap Hansen dengan nafas tidak beraturan.

" Hansen, ada apa! "

'' Tuan, perusahaan kita diretas, saham kita turun drastis, kita diambang kebangkrutan! " Jawab Hansen.

Jedarr

Ardan dan Emely melotot tajam.

" Apa! " Teriak Ardan kemudian bergegas membuka laptopnya.

Ardan berusaha mengubah keadaan, dengan sekuat tenaga dia berusaha menyelamatkan perusahaannya dari ambang kehancuran.

Emely hanya terdiam sembari berdoa semoga usaha Ardan berhasil.

ting

Sebuah pesan masuk di gawainya, Emely segera membukanya.

[ Kalau kamu tidak ingin perusahaan suamimu hancur, temui aku sekarang juga di tempat biasa kita bertemu]

" Mas Vero " Gumamnya lirih.

Tanpa berpikir panjang, Emely bergegas keluar dari ruangan Ardan meninggalkan Ardan dan Hansen yang sedang berjuang melawan hacker terhebat yang berhasil membobol data rahasia perusahaannya dan membuat sahamnya anjlok.

Emely berjalan cepat keluar dari perusahaan menuju cafe dengan taksi online.

Setibanya di sana, Emely segera masuk ke dalam cafe untuk bertemu dengan Vero mantan kekasihnya yang telah mengkhianatinya dengan adik tirinya.

" Mas, apa maumu! " Ucap Emely pada seorang pemuda yang duduk membelakanginya sambil memainkan ponselnya.

Pemuda itu segera menoleh dan menatap Emely dengan senyuman tipis menyeringai

" Sayang, akhirnya kamu datang juga".

Emely menghela nafas dan memalingkan wajahnya " Mas, cukup mas, hentikan semua ini".

" Menghentikan? Sayang, permainan baru saja dimulai tidak asik dong kalau aku menghentikannya sekarang " Jawab Vero dengan terkekeh.

Emely mengepalkan jemarinya menahan amarah di dadanya " Apa maumu? "

Vero beranjak dari duduknya kemudian berjalan mendekati Emely dan memeluknya dari belakang.

Vero mendekatkan wajahnya di leher Emely sembari menyibakkan rambut indahnya sehingga terpampanglah tengkuk leher putih dan menggoda.

Cup

Vero mendaratkan ciumannya di sana hingga membuat sebuah tanda merah kepemilikannya.

Emely berusaha menghindari tapi Vero semakin kuat mencengkram tubuhnya

" Mas, apa yang kamu lakukan? " Bisik Emely sambil memejamkan matanya untuk menahan perasaannya agar tidak terbawa suasana dan mengeluarkan desahannya.

Vero masih terus memainkan lidahnya di sana " Sayang, apa kamu sama sekali tidak merindukanku? ".

" Mas, cukup aku" Jawab Emely.

" Tidak, aku tidak bisa lagi melepaskanmu sayang, kamu milikku hanya milikku" Jawab Vero.

Emely masih berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Vero.

Hahhhh

" Mas, cukup kita sudah berakhir dan tak bisa bersama lagi " Ucap Emely.

Vero kembali mencengkram dagu Emely

" Tapi kamu masih punya pilihan sayang? " Ucapnya lirih sambil mencium singkat bibir manis yang dulu sering dia rasakan saat masih berstatus kekasih.

Emely melotot tajam " Apa mas? ".

Vero melepaskan cengkramannya dan kembali ke tempat duduknya, tanpa menoleh dia meminta Emely untuk duduk di depannya.

Emely menuruti kemauan Vero dan duduk tepat di depan Vero " Pilihan apa yang kamu maksud mas? " Tanya Emely datar.

Vero menarik nafas panjang kemudian menatap kedua netra yang berada tepat di depan matanya " Aku kembalikan saham perusahaan Ratore tapi kamu pisah dengannya dan kembali kepadaku".

Deg

" Mas, kamu gila"

" Aku tidak gila Emely, o iya ada satu lagi. Kemarin kamu memintaku untuk menikahi Erika, ehm sekarang kamu bisa memilih aku nikahi Erika tapi perusahaan suamimu hancur, atau aku kembalikan perusahaan suamimu tapi aku tidak akan menikahi gadis bodoh itu tapi menikahi kamu sayangku" Ucap Vero dengan tawa jahatnya.

Emely terdiam membeku, hatinya hancur karena pilihan yang sama sama tidak masuk akal dan semua merugikannya.

Dengan mengumpulkan serpihan luka di hatinya, Emely berusaha menatap wahah lelaki itu " Mas, di mana sih hati nurani kamu? Kamu membenci Ardan karena dia suamiku oke aku bisa terima, tapi Erika mas dia sedang mengandung anak kamu darah daging kamu, apa kamu tega membiarkan anak kandung kamu lahir tanpa, seorang ayah".

Vero terkekeh sambil menggeleng perlahan kemudian mencondongkan wajahnya ke depan " Aku memintamu datang ke sini bukan untuk ceramah sayang, tapi untuk mengajakmu menikah, kita nikah dan nikmati masa tua bersama. Emely aku mencintaimu ".

Emely menundukkan wajahnya dan tanpa terasa buliran air mata jatuh tanpa aba aba

" Kamu masih bisa mengatakan cinta mas, kenapa? Kenapa tidak dari dulu saat aku lari dari pernikahan dan mencarimu. Kenapa mas? Dengan teganya kamu berhubungan badan dengan Erika, kamu sudah mengkhianatiku dan sekarang kamu ingin aku menikahimu dan meninggalkan suamiku. Di mana pikiranmu mas? ".

" Emely cukup! Aku tidak ingin mendengarnya lagi, sekarang berikan pilihanmu. Ehm aku masih punya satu penawaran lagi" Ucap Vero yang tidak main main dengan perkataannya.

" Katakan! "

" Aku nikahi Erika, aku kembalikan saham Ratore dan kamu tidak perlu meninggalkan suamimu tapi kamu menjadi wanitaku" Jawab Vero yang membuat Emely terperanjat dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Hatinya seketika membeku dan tidak tahu pilihan mana yang harus diambil.