"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Lolita
"Siapa bilang abang tidak mencintai kamu Liliku sayang, sejak dulu sejak kamu kecil abang sudah mencintai kamu lebih dari yang kamu tahu." Tiba-tiba suara Edgar terdengar tegas seiring dengan langkah kaki yang kian mendekat. Mama Elena beranjak keluar untuk memberi ruang pasangan suami istri itu berbicara dari hati ke hati.
Setelah mama Elena keluar dari kamar inap Lolita, dan pintu tertutup rapat. Edgar langsung merengkuh tubuh ringkih wanita muda yang sedang mengandung benihnya itu. Sementara itu Lolita membeku, mencoba mencerna apa yang terjadi. Juga ingin menenangkan debaran jantungnya yang menggila.
"Sekali lagi, maafkan kesalahan abang. Dan percayalah pada cinta abang."
"Lalu bagaimana dengan wanita itu dan anak abang dengannya. Aku tidak ingin menjadi yang kedua apa lagi harus berbagi." Lirihnya.
"Tolong jangan ragukan kesetiaan abang, dulu abang khilaf karena amarah hingga sempat menjalin hubungan dengan dia. Tapi abang bisa buktikan jika tidak pernah menyentuhnya apalagi punya anak dengannya." Tegas Edgar.
"Satu-satunya wanita yang pernah abang sentuh hanya kamu sayang. Kamu satu untuk selamanya. Abang janji akan membuat kamu bahagia." Tambahnya.
"Abang tidak bohong?" Tanya Lolita mendongakkan kepalanya, karena postur tubuh Edgar lebih tinggi darinya. Edgar memiliki tinggi badan 185 cm.
"Apa yang kamu inginkan untuk percaya?" Tanya Edgar menatap dalam.
"Aku ingin... Nanti saja di depan keluarga. Aku akan katakan semuanya." Ucap Lolita melunakkan hatinya.
Entah siapa yang memulai, kedua bibir suami istri itu kian mendekat dan menempel. Edgar mencium lembut bibir manis Lolita, sementara Lolita yang merasa ciuman pertamanya diambil menegang dengan mata membola tapi dia tidak berusaha menolaknya.
Edgar semakin memperdalam ciumannya dengan menekan tengkuk sang istri. Sedangkan tangan Lolita kini melingkar di leher sang suami. Hasrat keduanya menggebu, menyalurkan besarnya rasa cinta.
Saat sedang asyik berciuman, tidak terasa tubuh semakin menempel. Tapi saat itu juga ada rasa yang menendang membuat Lolita dsn Edgar terperanjat kaget tapi bahagia.
Dug dug
"Abang, mereka menendang. Mungkin engap karena papanya terlalu erat memeluk tubuhnya." Ucap Lolita.
"Benar sayang." Binar bahagia terlihat jelas di mata pria tampan itu. Bahkan kini Edgar berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan perut Lolita. Edgar mencium lembut dan berbisik pada kedua calon anaknya.
"Sayang, kalian dengar papa bicara?"
Dug dug
Seolah ingin menjawab ucapan papanya, kedua janin di dalam perut Lolita saling berebut untuk menendang. Membuat sang mama mengadung merasakan kesakitan.
"Auuu... Sakit..." Jerit Lolita kemudian memegang perutnya yang terasa ngilu.
"Apanya yang sakit?" Panik Lolita.
"Anak abang nendangnya kuat sekali." Adu Lolita dengan bibir mencebik.
"Anak kita berdua sayang." Jawabnya.
"Iya, iya... Mereka pikir perut aku lapangan bola apa, seenaknya saja main tendang-tendang." Omel Lolita semakin dalam melipat bibirnya.
"Mungkinkah mereka laki-laki semua?" Tanya Edgar dengan senyum lebarnya.
"Mungkin saja, yang terpenting mereka sehat dan tidak menyulitkan aku selama berada di perutku." Jawabnya.
"Semoga nanti mereka menjadi pria yang tegas..." Ucapan Edgar dipotong.
"Dan percaya dengan pasangannya, tidak plin plan apa lagi menyakiti hati wanita yang tulus mencintainya demi wanita baru yang manipulatif."
Mendengar sindiran dari istrinya, Edgar hanya bisa pasrah. Nyatanya meskipun Lolita sudah bersedia memulai hidup baru. Tapi tetap menyimpan dendam.
"Kamu masih marah dengan abang?" Tanya Edgar menatap sendu istrinya.
"Tidak, aku sudah bilang akan memaafkan abang. Tapi jujur, tidak semudah itu melupakan apa yang pernah abang lakukan padaku lima tahun yang lalu. Rasa sakit itu masih ada bang, luka itu terlalu dalam hingga aku kesulitan untuk mengobatinya." Ucap Lolita.
Tangis Lolita kembali pecah setiap teringat masa itu, dia seolah diingatkan tentang seberapa tidak pantasnya dirinya untuk dicintai oleh Edgar.
Direngkuhnya tubuh ringkih itu dalam dekapan Edgar, dalam hati pria tampan ini berjanji akan mengganti semua luka yang pernah ditorehkannya dengan kebahagiaan yang berlipat ganda.
"Maafkan abang." Bisik Edgar sendu.
Hari pun berganti, kini Lolita sudah berada di rumah kedua orang tuanya. Dia yang meminta untuk pulang ke sana alih-alih mengikuti tempat suaminya tinggal.
Saat ini semua orang telah berkumpul dan menunggu Lolita yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
"Baik, langsung saja aku akan katakan permintaan yang ku inginkan."
"Katakan Lolita, Oma siap mendengarkan."
"Pertama, aku ingin membuat surat perjanjian resmi di depan pengacara keluarga. Jika suatu saat abang berselingkuh atau menduakan aku dengan menikah lagi maka semua aset kekayaan milik abang akan menjadi milikku dan anak-anakku semua."
Menghela nafas sambil melihat reaksi dari suami dan seluruh keluarganya.
"Kedua, aku ingin tinggal di rumah sendiri tanpa campur tangan orang tua. Karena aku ingin hidup mandiri. Terserah abang mau belikan aku rumah atau apartemen. Tapi jika itu rumah, aku ingin mendesign sendiri bentuk rumahnya."
"Ketiga, aku ingin abang menjaga jarak dengan wanita. Baik itu teman kuliah, atau rekan kerja."
"Yang keempat, jangan pernah membatasi pergaulanku dengan teman-temanku. Dan aku ingin tetap menjalani masa remajaku meskipun aku sedang hamil."
"Yang kelima, aku ingin pernikahan ini dipublikasikan segera." Ucap Lolita.
Hening, semua orang menatap ke arah Lolita dengan segala macam pemikiran yang berbeda-beda. Tapi Lolita tidak peduli respon mereka.
"Mengapa semua diam? Apakah permintaanku terlalu sulit untuk dikabulkan? Jika memang begitu, sudahi pernikahan ini. Karena aku tidak akan mau melanjutkannya jika keinginanku tidak dipenuhi." Lolita beranjak pergi usai mengatakan unek-uneknya.
"SAYANG..."
"TIDAK..."
"JANGAN..."
Edgar, Oma Sinta dan mama Elena kompak berteriak satu kata. Mereka tidak percaya itu Lolita.
"Okey, abang akan panggil pengacara siang ini. Untuk tempat tinggal abang akan belikan rumah yang lokasinya ada di tengah-tengah antara rumah papa Bagas, papa David juga kantor." Ucap Edgar.
"Iya Lolita sayang, Oma setuju dengan kamu." Ucap Oma Sinta.
"Tapi maaf sayang, sekretaris abang sudah dari lama seorang wanita."
"Pecat dia, atau kita cerai." Lolita memberikan pilihan yang berat.
"Abang tidak bisa memecat karyawan sesuka hati sayang." Keluh Edgar.
"Ya sudah kalau begitu..." Edgar tampak lega mendengar kalimat Lolita.
"Tapi, pengacara siang ini akan aku suruh untuk mengurus perceraian." Setelah mengatakan pernyataan ekstrim, Lolita benar-benar pergi dengan kekecewaan.
Vrum...Vrum...Ngeeenggg...
Terdengar suara motor sport melaju kencang dari bagasi. Dan yang mengendarainya adalah Lolita. Sisi lain yang tidak banyak orang tahu, jika selama ini Lolita akan melampiaskan emosinya dengan berkendara. Motor sport berwarna merah menyala itu, hadiah dari almarhum kakeknya. Dan baru dua tahun ini Lolita pakai jika sedang suntuk.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up