WARNING!!
INI HANYA SEKEDAR CERITA KHAYALAN SEPINTAS. TANPA MENGIKUTI NORMA HUKUM DAN AGAMA.
BIJAKLAH DALAM MEMBACA, KHUSUS YG SUDAH MENIKAH SAJA.
Apa yang harus di lakukan, jika tiba-tiba gadis yg belum menikah, dan merasa tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki manapun, tetapi tiba-tiba di perut nya ada janin yang sudah tumbuh.
"Tidak,, ini semua mustahil, apa iya di jaman sekarang masih ada perempuan yang hamil, tanpa lelaki. Seperti jaman Siti Maryam."
Naura menangis sambil menekuk kakinya, dia bingung dengan apa yang menimpanya.
PENASARAN???
BACA CERITA PERTAMA AKU YA,,
MOHON MAAF, SAYA PENULIS PEMULA, PASTI BANYAK SALAH-SALAHNYA, MOHON MAKLUM, DAN JANGAN LUPA KRITIKNYA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Naura tersenyum ke arah Aldi, setelah kejadian tadi, hubungannya dengan Aldi menjadi sedikit membaik, entah kenapa, Naura menjadi merasa nyaman, saat bersama cowok itu. Tatapan teduh dari Aldi, meyakinkan dirinya, kalau Aldi gak seburuk yang dia dengar dari orang lain. Bukan karena Naura mulai menyimpan perasaan pada Aldi. Tapi, Naura yang selama ini hanya menjadi seorang kakak dari kedua adiknya, menjadi menginginkan sosok kakak dari diri orang lain. Dan, saat bersama Aldi, dirinya menjadi merasa terlindungi.
***
"Pak Aldi dari tadi, di sini?" Aldi tersenyum, berjalan ke arah Naura. Sebelah tangannya mengambil mangkuk bubur diatas nakas. Menarik kursi di samping ranjang, dan mendudukinya.
"Baru, banget. Elo aja langsung bangun, pas gue masuk."
Naura mengerutkan keningnya, batinnya bertanya-tanya, "lalu, tangan siapa tadi, yang nyentuh kepala gue?" Naura terus berbicara dalam hati.
Aldi yang merasa aneh dengan raut wajah Naura, menjadi sedikit bingung.
"Kenapa, hemm?"
Naura yang masih terlentang, mengerjap, menggelengkan pelan kepalanya. Meskipun dia masih penasaran, tapi Naura memaksakan bibirnya untuk tersenyum ke arah Aldi.
Aldi terlihat meniup sendok itu, padahal bubur itu sama sekali tidak panas. Aldi menyodorkan satu sendok bubur itu, "Buka mulut kamu." Naura menggeleng, mendudukan dirinya,
"saya, masih bisa makan, pakai tangan saya sendiri."
Aldi menghela napas. "Masih aja ya, kamu merasa canggung sama aku, jangan terlalu formal gitu lah ngomongnya."
Aldi terus memaksa menyuapi Naura, meskipun cewek itu terus menolak, dan berusaha mengambil mangkuk yang di pegang Aldi. Namun, Aldi yang ngotot memaksa Naura, sehingga cewek itu tidak bisa lagi untuk menolak, dengan gugup dia membuka mulutnya.
Senyum Aldi terbit saat melihat Naura menerima perlakuannya. "Nah gitu dong, masa mau nyuapin aja harus adu mulut dulu, kalau kamu udah sembuh, baru kita bisa adu mulut beneran." Aldi megedipkan sebelah matanya.
Naura yang mengerti arah pembicaraan Aldi, langsung membesarkan matanya, "ih dasar ya, Pak Aldi otaknya mesum."
Aldi terkekeh saat matanya melihat Naura memajukan bibirnya, pipinya yang ikut mengembung, sungguh membuat Aldi gemas ingin mencubitnya.
"Asik, udah ada yang ngasih kode nih, jadi mau sekarang aja nih, Ra?" Aldi menaik turunkan alisnya. Naura yang di tatap seperti itu, langsung menutup mulutnya.
Aldi tergelak sangat kencang, melihat tingkah lucu Naura sungguh membuat hatinya bahagia.
Naura yang kesal, repleks memukul pelan dada Aldi. "Ppfftt, iya, iya, aduh ampun, Ra." Aldi megulum bibirnya, di genggamnya tangan Naura yang masih terus memukul dadanya itu, dengan sebelah tangannya yang tadi di pakai untuk memegang sendok.
Deggg,, deggg
Jantung mereka menjadi berdetak lebih cepat dari biasanya. Naura yang tersadar lebih dahulu, langsung menarik tangannya, dan merebut mangkuk yang masih di pegang Aldi.
Naura mendadak salah tingkah, sambil memakan buburnya Naura mengedarkan pandangannya.
Matanya jatuh ke nakas kecil yang berada di samping ranjangnya. Terlihat, diatasnya ada sebuket bunga.
Dengan mata yang berbinar, Naura mengambil bunga itu. Dia sangat menyukai bunga, "ini dari Pak Aldi, ya?"
Aldi yang masih melihat Naura, mengerutkan kening, cowok itu menggelengkan kepalanya, "bukan dari aku."
Wajah aldi terlihat marah, dia merasa cemburu, karena ada cowok lain yang berani memberikan bunga kepada cewek incarannya.
"Kayaknya, suka banget kamu sama bunga, jangan mau kamu, kalau di kasih bunga sama cowok lain. Cewek tuh, harus nya, sukanya sama bunga bank. Bukan bunga kayak gitu. Palingan bentar lagi layu, di buang, jadi gak guna."
Aldi beranjak berdiri, "dan satu lagi, kamu jangan panggil aku dengan sebutan Pak, emangnya aku sudah keliatan tua apa?"
Naura mengulum bibirnya, merasa lucu, melihat tingkah Aldi yang mendadak seperti anak kecil.
"Iya deh, iya, maaf. Pak Aldi belum keliatan tua kok, cuma," Naura menggantung kalimatnya, saat melihat tatapan Aldi yang antusias menunggu kalimat selanjutnya. Naura berusaha menahan senyumnya, "cuma, keliatan sudah beumur aja."
Aldi yang merasa gemas, langsung mencubit pipi Naura. "awww, aduh, sakit ih." Aldi melepaskan tangannya, wajahnya terlihat menahan tawa, "makanya, jangan berani-berani ngatain aku lagi."
"Iya deh iya" Naura mengusap pipinya yang sedikit terasa panas "emang ya, kalau sama orang yang sudah berumur tuh, harus bisa jaga omongan, baperan mulu, payah!"
Aldi langsung kembali membesarkan matanya, hampir saja tangannya kembali mencubit pipi Naura, tapi bunyi pintu di ketuk, menghentikan niatnya.
Satu orang perawat masuk dengan air impusan di tangannya.
"permisi Pak, mbak, maaf itu impusannya hampir habis, sudah harus di ganti dengan yang baru."
Meraka mengangguk, dan membiarkan perawat itu mengerjakan tugasnya.
Setelah perawat itu keluar, Aldi terlihat menggerutu. "Heran aku, perawat itu ke kamu manggilnya mbak, tapi sama aku masa Pak. Emang aku beneran udah keliatan tua banget apa?"
Naura kembali tergelak, "entar aku suruh dia, panggil kamu mbak juga deh hahahaaa"
Aldi merotasikan matanya, melangkah ke arah meja sofa, di ambilnya buah-buahan yang tadi dia bawa, "ya jangan panggil Mbak juga atuh Neng, cowok tulen ini." Aldi menegakan badannya, sambil sedikit memukul dadanya, "panggil aku, Mas Aldi ganteng"
Naura memasang wajah seperti orang yang mau muntah, "mana ada, orang ganteng yang nyebut dirinya ganteng, sungguh, anda sangat pede sekali Tuan."
Aldi hanya mengedikan bahunya, Aldi mengupas buah jeruk, kemudian memberikannya pada Naura, "jangan ngeledek mulu kamu, entar kalau aku gak ada, repot kamunya, nahan rindu."
Dari pintu yang sedikit terbuka, sepasang mata menyaksikan mereka dari luar. Cowok itu bergumam dalam hati, "kalian kelihatan sudah sedekat itu, sudah gak ada harapan lagi buat aku dapetin kamu, Ra." Lalu, cowok itu pergi setelah melempar sebuket bunga ke dalam tempat sampah yang berada di sana.
-
-
-
-
-
**Jreng.. Jreng... masih pada semangat nunggu cerita ini gak?
Ini, baru beberapa episode ya gaesss, jadi belum tau ending nya Naura sama siapa. Berdoa aja, yang terbaik untuk Naura, yang penting bahagia dianya.😂😂
Kalau buat author mah, cukup ngasih vote, like sama koment, itu udah bikin author bahagia banget, beneran deh😂🤗
Aku ucapin makasih banget, sama readers yang tanpa nuntut aku buat up terus, tapi taunya diam-diam malah vote terus.
Terhura akutuh, makasih ya, semoga kalian bahagia terus, Salam..Semangat**...
emang enak🤪