Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Ide Yang Baik
"Tidak, aku tidak setuju. Aku tahu niat kakak baik namun itu sama saja aku tidak mengakuinya. Apapun yang terjadi, aku akan menjadi ibu tunggal dan merawatnya sendiri." ucap Anne dengan kekeh.
Adam menggelengkan kepala mendengarnya. "Kamu sangat keras kepala sekali, An. Sudah dalam kondisi seperti ini masih saja memaksakan diri."
Disaat seperti ini yang membuat Anne malas dengan kakaknya, mereka sama-sama punya pendirian masing-masing. Anne tahu, Adam khawatir dengan identitas anaknya yang jelas akan dipertanyakan. Apalagi dirinya seorang pimpinan di perusahaan besar. Jika tahu dirinya hamil di luar nikah hingga melahirkan anak tampa identitas yang jelas sudah pasti akan di cemooh banyak orang.
Tapi mau bagaimana, posisinya saat benar-benar sulit.
"Begini saja, kamu harus tetap memberitahu Sky jika anak ini juga miliknya. Apabila pria itu menolak mengakui, tidak menerima anak ini maka biarkan anak ini di mata hukum sebagai anakku. Ini demi kebaikan kita bersama, Anne. Kamu tidak tahu seberapa jahat omongan orang diluar sana. Itu sangat menyakitkan. Percayalah padaku, ini jalan terbaik untuk sementara waktu."
Perkataan Adam membuat Anne sedikit membuat nyalinya menciut.
"Benar, poinnya adalah anak ini butuh identitas. Aku mungkin tidak peduli dengan omongan orang diluar sana, tapi anakku belum tentu. Apalagi jika sampai membuat perusahaan dalam masalah. Mama pasti akan kecewa denganku. Ah kenapa aku kemarin bisa seegois ini?"
"Baik, aku akan mencoba memberitahu Sky. Jika dia menolak, aku setuju dengan idemu, kak. Tapi ingat itu hanya hitam di atas putih. Karena bagaimana pun aku mamanya." ujar Anne akhirnya setuju.
"Tidak akan ada yang memisahkan mu dari anakmu sendiri, Anne. Jahat berpikir buruk seperti itu."
"Lalu bagaimana dengan papa?" tanya Anne teringat papanya yang sedang masuk rumah sakit.
"Untuk sementara, papa biar aku yang mengurusnya. Tunda rencana mu untuk memberitahu papa juga. Meski papa menyayangimu tapi istrinya selalu mencari masalah dengan kita. Tidak ada jaminan papa bisa tetap menjaga rahasia dengan wanita itu. Selagi belum ada titik terang, lebih baik jangan beritahu papa." Adam terpaksa mengambil keputusan ini demi keamanan Anne.
Karena Adam tahu, Tante Dea tidak sesederhana yang di bayangkan.
Wanita itu penuh ambisi terlebih setelah mamanya pergi. Beragam upaya telah dilakukan demi mendapatkan rumah dan perusahaan yang kini telah menjadi milik Anne. Namun semua gagal karena Adam selalu satu langkah lebih maju dari Tante Dea.
"Sementara waktu urusan perusahaan serahkan padaku. Fokus saja dengan kehamilan mu, jangan keluar apartemen sembarangan. Jika perlu tinggallah dengan ku, Kania juga pasti setuju dengan ku."
Anne menggeleng tanda tidak setuju. "Untuk perusahaan aku tidak masalah kak. Toh perutku sudah semakin membesar, akan membuat banyak orang curiga jika melihatnya. Tapi tinggal bersama mu, aku tidak mau. Aku lebih senang di apartemen bersama Lea. Kali ini tolong hargai keputusan ku." pinta Anne dengan tegas.
"Baik, aku tidak memaksamu. Tapi berjanjilah untuk terus berhati-hati. Aku takut Tante Dea mengawasi mu. Mana mungkin wanita itu tidak curiga kenapa kamu memilih tinggal di apartemen. Meninggalkan rumah peninggalan mama kita dalam jangka waktu cukup lama."
"Ya, kakak benar. Jika boleh aku menaruh curiga. Kondisi papa drop lagi juga mungkin ulahnya."
Kedua kakak adik itu saling pandang, seakan mengerti arah pembicaraan.
"Aku telah menempatkan perawat khusus di ruangan papa. Jika memang dia berniat buruk pada papa, tunggu saja akibatnya." Adam memang kecewa dengan papanya karena telah mengkhianati mama. Tapi jika papanya celaka karena Tante Dea, Adam tidak akan tinggal diam.
"Mungkin kakak juga perlu mengawasi Gio. Untuk meminimalisir hak buruk yang menimpa keluarga kita." pinta Anne membuat Adam langsung setuju.
"Kamu benar, Gio juga berbahaya."
**
Di sebuah lorong rumah sakit, Dea tengah berbicara dengan seorang pria yang usianya sepantaran dengan Adam. Terlihat pembicaraan keduanya sangat serius dan mungkin rahasia karena keduanya saling melirik sekitar berharap tidak ada yang mendengar mereka.
"Kenapa mama tidak membunuhnya? Aku muak melihat pria itu tidak berguna sama sekali. Bukannya membantu kita malah menyusahkan saja."
Dea mencubit lengan anaknya agar tidak bicara sembarangan. "Jangan asal bicara, ini rumah sakit. Lagi pula pria itu masih berguna untuk kita, Gio. Selama keinginan kita belum terpenuhi, sumber uang kita adalah dia."
Gio berdecak kesal, merasa selama ini sudah cukup sabar menanti. "Ya sudah segera mama cari cara agar rumah dan perusahaan milik Anne jadi milik kita. Setelah itu tinggalkan pria itu. Jika sejak awal aku tahu Om Ares itu tidak punya banyak uang untuk hidup kita, aku jelas tidak mengizinkan mama menikah dengannya. Sudah miskin, penyakitan, tidak mendukung keinginan kita. Benar-benar menyusahkan dan tidak berguna."
"Sabar lah sebentar lagi, Gio. Mama sedang mencari tahu mengapa Anne tiba-tiba memilih tinggal di apartemen dan mencari letak apartemennya. Jika dia hidup sendiri maka akan lebih mudah kita menculiknya."
Wajah Gio menjadi sumringah mendengarnya. "Benarkah? Apa aku saja yang mencari tahu agar lebih cepat, ma?" tanyanya dengan semangat.
"Sementara tidak usah, biarkan orang mama yang bergerak. Jika kamu ketahuan sedikit saja, yang ada Anne mencurigai kita." tolak Dea tidak mau gegabah. "Ingat Gio, kita pernah gagal karena kecerobohan mu. Jadi kali ini harus lebih berhati-hati."
Gio adalah anak kandung Dea dengan pernikahan sebelumnya. Meskipun sudah dewasa, Gio tidak memiliki pekerjaan. Pria ini lebih memilih menganggur, menikmati uang transferan dari mamanya untuk menyokong biaya hidupnya.
Anne selalu memberikan jatuh uang untuk papanya, dan semua itu digunakan oleh Dea.
Beberapa kali pasangan ibu dan anak ini berniat mencelakai Adam dan Anne. Namun selalu gagal karena Adam telah mengantisipasinya. Kegagalan yang dialami mereka membuat Gio harus mengalami cedera di bagian kaki sebelah kiri. Itu lah mengapa Dea tidak mengizinkan Gio mengawasi Anne.
"Apa mama tidak menemukan sesuatu berharga di rumah itu? Aku butuh uang ma, untuk bersenang-senang dengan temanku." kata Gio membuat Dea diam-diam mengeluarkan sebuah kalung dari tasnya.
"Jual kalung ini, harganya pasti mahal. Mama menemukannya di kamar Anne." bisik Dea membuat mata Gio berbinar menerimanya.
"Hanya ini yang mama dapatkan?" ujar Gio berharap lebih.
"Sementara itu saja, agar tidak ada yang menaruh curiga. Kamu tahu sendiri rumah itu di isi oleh pelayan setia Anne. Bisa masuk sebentar tanpa ketahuan itu sudah bagus. Lain kali mama akan masuk ke kamar Anne lagi, untuk mencari surat berharga yang bisa menguntungkan kita."
Dea berharap bisa menemukan sertifikat rumah dan perusahaan. Untuk memudahkan rencananya sehingga tidak perlu mencelakai Anne.
"Pergilah, sebelum Adam datang dan mencurigai kita."
**
Di sebuah rumah mewah dengan halaman seluas lapangan bola, terlihat Sky tengah kesal dibuat ibunya.
"Nikahi Lilia secepatnya, Sky. Atau kamu mau melihat ibu mati bunuh diri."