Bagaimana rasanya jika tiba tiba-tiba kamu harus menikah dengan pria yang 10 tahun lebih tua darimu?
Seharusnya tidak masalah, bukan?
Tapi bagaimana jika pria itu adalah kakak sepupumu sendiri yang tumbuh bersama denganmu?
Seharusnya itu juga tidak masalah.
Tapi, bagaimana jika dia adalah tunangan kakakmu yg telah menjalin kasih dengan kakakmu selama 8 tahun?
Masih mau?
Elnaz Mikayla tidak punya pilihan selain harus menerima pernikahan dengan sepupunya sekilagus tunangan kakaknya sendiri.
Bagaiamana bisa?
Apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 21 - Saling Memiliki
Elnaz masih tampak ragu ragu dengan keputusan suami nya, namun Arfan sudah sangat yakin, mengingat mereka juga tinggal berdampingan dengan Elsa dan Bu Isna. Elnaz bisa saja menjadi pelampiasan mereka lagi, karena itulah Arfan tak mau mengambil resiko.
Saat ini, keduanya sedang berada di rumah Elnaz. Karena semarah apapun Arfan pada mereka, sebesar apapun rasa kecewa Arfan pada mereka, mereka masih lah keluarga nya dan sekarang ikatan kekeluargaan itu semakin erat dengan pernikahan nya dan Elnaz.
Arfan dan Elnaz berpamitan baik baik, berusaha bersikap senatural mungkin namun tentu saja itu tak bisa. Tapi yg waktu tak bisa di putar dan yg terjadi tak bisa di kembalikan ke semula. Tentu saja Bu Isna tak perduli dengan kepergian mereka, sementara Pak Malik hanya iya iya saja, begitu datar dan hambar. Sementara Elsa, dia tak pernah keluar kamar dan enggan menemui siapapun.
Hanya Nenek yg merasa sedih namun juga bahagia dengan keputusan mereka, sedih karena ia tak bisa lagi selalu bersama cucu kesayangan nya, bahagia karena Elnaz dan Arfan akan memulai hidup baru.
"Nenek akan selalu mendoakan kalian, apapun yg terjadi, jangan pernah melepaskan genggaman tangan kalian" seru sang nenek yg saat menyatukan tangan Elnaz dan tangan Arfan "Teruslah saling menggenggam, teruslah melangkah bersama, dan Arfan... Elnaz adalah berlian yg sangat berharga, manjaga nya mungkin tidak akan mudah. Tapi itu sudah menjadi tanggung jawab mu sekarang"
"Aku mengerti, Nek. Aku akan selalu ada untuk El"
"Aku pegang janji mu, Nak"
.........
Tak ada yg mengantar Arfan dan Elnaz ke bandara, seolah kepergian mereka sangat tidak di harapkan oleh siapapun.
Walaupun begitu, Elnaz dan Arfan saling mengandeng tangan dan tetap menyunggingkan senyum.
Kini keduanya sudah berada di pesawat, Arfan menarik Elnaz agar bersandar di pundak nya.
"Tidur aja, Dek. Nanti kakak bangunin kalau sudah mau mendarat" ucap Arfan karena ia melihat Elnaz yg tampak nya mengantuk.
Elnaz memang sangat mengantuk, ia pun menyadarkan kepala nya di pundak Arfan dan Arfan melingkarkan tangan nya di pundak Elnaz.
"El selalu merasa nyaman setiap kali bersama Kakak" gumam Elnaz yg mulai terlelap, Arfan yg mendengar itu langsung mengernyit. Ia menunduk dan memperhatikan Elnaz yg tampak nya sudah terlelap, Arfan mengibaskan tangan nya di depan wajah Elnaz dan gadis itu tidak merespon.
Arfan pun membiarkan nya saja, hingga ia merasakan seseorang yg mencolek colek pundak nya.
Arfan menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat Liam disana.
"Kamu mau kemana?" tanya Arfan setengah berbisik, takut mengangguk Elnaz.
"Ke Hong Kong" jawab Liam mendengus kesal "Sudah tahu ini pesawat terbang kemana, masih tanya" gerutu nya yg membuat Arfan tertawa "Apa putri angsa sudah tertidur?" tanya Liam lagi.
"Iya" jawab Arfan masih berbisik.
"Good, aku apresiasi keputusan mu" ujar Liam lagi namun Arfan tak menanggapi nya.
Saat pesawat hendak mendarat, Arfan membangun kan Elnaz dan mereka pun beriap turun.
Arfan menunggu orang orang yg masih berhamburan turun, dan setelah tidak desak desakan lagi, ia pun membawa Elnaz turun dan tentu saja dengan Liam yg mengikuti nya dari belakang.
"Kak Liam, kakak ke Jakarta juga?" tanya Elnaz sembari memakai ransel nya.
"Iya, mau mengantar kalian konseling pernikahan" jawab Liam santai.
"Konseling pernikahan? Apa itu?" tanya Elnaz penasaran.
Liam melirik Arfan, sementara Arfan malah tampak kebingungan. Liam sudah menduga Arfan tidak akan memberi tahu akan hal itu pada Elnaz.
"Nanti aku jelaskan, Dek. Sekarang kita pulang dulu ya, istirahat" ujar Arfan dan Elnaz mengangguk.
Arfan dan Elnaz menaiki sebuah taksi, sementara Liam di jemput oleh wanita cantik.
"Apa itu pacar nya Kak Liam?" tanya Elnaz.
"Iya, mereka LDR" jawab Arfan dan Elnaz hanya mengangguk mengerti.
Setelah setengah jam lebih mereka menempuh perjalanan, akhir nya mereka sampai di sebuah rumah yg cukup bagus.
Arfan dan Elnaz segera turun, sopir taksi juga membantu membawa turun barang barang mereka.
"Kita akan tinggal di sini, ini rumah kita" Arfan berkata sembari mengandeng tangan Elnaz. Arfan membuka pintu rumah dan kedua nya melangkah masuk bersama.
"Tidak terlalu besar tapi isi nya sangat lengkap, ada dua lantai. Dua Kamar utama di atas, satu kamar tamu di bawah dan juga kamar untuk asisten rumah tangga, dapur di sebelah sana dan meja makan nya juga ada di dapur. Ada kolam renang di belakang" jelas Arfan menjelaskan isi rumah itu pada istri nya.
Elnaz tampak menyukai rumah itu, ia masih melihat lihat setiap sudut rumah itu sementara Arfan sibuk membawa barang barang mereka ke atas.
"Princess...." panggil Arfan dari atas. Elnaz yg masih di bawah pun segera berlari lari kecil menaiki tangga "Jangan lari..." teriak Arfan lagi.
Elnaz masuk ke kamar mereka, kamar nya cukup besar dengan cat berwarna putih tulang.
"Sebaiknya kamu mandi dan setelah itu istirahat" ujar Arfan lagi.
"Apa kita akan tinggal satu kamar?" tanya Elnaz setengah berbisik, Arfan mengangguk sembari menyunggingkan senyum.
"Biarkan semuanya berjalan apa adanya, El. Kita suami istri, sudah sepantasnya kita satu kamar. Dan sebaiknya jangan fikirkan itu sekarang, kamu pasti capek jadi cepat mandi. Kakak juga mau mandi setelah ini" ujar Arfan.
Elnaz pun pergi mandi setelah mengambil satu set pakaian nya dari dalam koper beserta handuk, sabun dan yg lain nya.
Sementara Arfan masih sibuk menyusun barang barang meraka di lemari.
Hari sudah malam dan di luar sana sudah gelap, Arfan menyalakan semua lampu dan setelah itu ia kembali ke atas.
Elnaz sudah terlihat jauh lebih segar dan ia juga sudah mengenakan piyama tidur nya.
Arfan pun segera mandi, kemudian sholat maghrib sendirian karena ia tahu Elnaz belum bisa sholat.
Setelah sholat, ia naik ke atas ranjang karena ia juga merasa lelah.
"Kita tidur ya, kakak capek" ucap Arfan dan Elnaz yg tadi memainkan ponsel nya pun mengangguk dan ia meletakkan ponsel nya ke atas nakas.
"El..." panggil Arfan lagi karena Elnaz malah memunggungi nya.
"Kenapa, Kak?" tanya Elnaz menoleh tanpa berbalik badan.
"Engga apa apa..." jawab Arfan dan ia pun juga tidur memunggungi Elnaz.
Elnaz memejamkan mata walaupun ia belum tertidur.
Sekarang, di kota ini, di rumah ini, di kamar ini, dan di ranjang ini, ia hanya memiliki Arfan begitu juga sebaliknya.
Namun keduanya masih tak bisa memaksakan diri pada level yg lebih tinggi dalam pernikahan.
Keduanya masih canggung dan gugup.
"Tidak apa apa, ini masih awal. Pelan pelan semua nya akan berubah, mengalir seperti air sungai. Semoga kami bisa saling memiliki, bukan hanya sebagai kakak adik, tapi juga sebagai pasangan"
klu sodara sedarah pasti gitu, biar katanya kita benci, tapi tetep aja masih perduli n sayang di lubuk hati yg paling dalam sekalipun 🥹