NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibukota Haiming

Langit di atas Ibukota Haiming tidak lagi berwarna biru atau kelabu. Hari ini, langit itu adalah kanvas sutra yang ditenun dengan benang-benang emas dari ribuan formasi cahaya. Awan-awan keberuntungan buatan melayang rendah, menurunkan hujan kelopak bunga roh yang harumnya mampu membuat manusia fana mabuk dalam kebahagiaan sesaat.

Ini adalah hari ulang tahun ke-300 Kaisar Ming Haobo. Sang Penyatuan Benua. Sang Pemusnah Iblis.

Istana Terapung "Naga Langit"—sebuah pulau buatan yang melayang di atas istana utama—menjadi panggung perhelatan akbar ini. Lantainya terbuat dari Batu Giok Putih Laut Dalam yang dipoles hingga memantulkan wajah para tamu undangan yang datang dengan membawa ambisi dan ketakutan masing-masing.

Di sisi timur panggung, duduklah delegasi dari Sekte Lotus Crimson.

Ketua Sekte Peri Yue Lin, seorang wanita yang kecantikannya seperti bulan purnama yang dingin, duduk dengan anggun. Jubah merah mudanya berkibar pelan meski tidak ada angin. Di sampingnya, Tetua Ming Yue—wanita yang pernah melihat Lu Changzu saat seleksi sekte di Kota Batu Hijau dulu—tampak gelisah. Matanya terus menyapu cakrawala, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan ketenangan ini.

Di belakang mereka, berdiri Yue Xun'er, murid inti tercantik sekte itu, yang wajahnya tertutup cadar tipis, namun matanya memancarkan kecerdasan yang tajam.

"Suasananya terlalu tenang," bisik Yue Lin melalui transmisi suara. "Great Ming baru saja memenangkan perang, tapi Kaisar mengundang kita bukan untuk merayakan kemenangan, melainkan untuk memamerkan kekuasaan. Hati-hati."

Di sisi barat, aura kemunafikan terasa kental. Delegasi Sekte Giok Abadi.

Ketua Sekte Bao Zuan (Emperor Tahap 3 Akhir) duduk dengan senyum yang dipaksakan. Di sebelahnya, Lin Chen (Ayah Lin Yuwen) tampak suram, matanya merah dan bengkak. Dan di belakang mereka, duduklah Lin Yuwen.

Wanita itu... berubah. Wajahnya yang cantik kini memiliki bayangan gelap di bawah matanya. Aura Master Tahap 1-nya tidak stabil, bergetar seperti nyala lilin yang ditiup angin badai. Trauma "hadiah" dari Lu Changzu masih menghantuinya setiap kali dia menutup mata.

Di sisi lain, para pemimpin sekte aliansi duduk dengan wajah tegang.

Baili Yuzhan dari Sekte Es Abadi, pria tua dengan janggut beku.

Chang Guan dari Sekte Beast Ming, yang membawa harimau putih kecil di pangkuannya.

Bing Kuang dari Sekte Spiritual Barat dan Sheng Zhao dari Sekte Laut Biru.

Mereka semua Emperor Tahap 3 hingga 4. Mereka adalah raja di wilayah mereka, tapi di sini, mereka hanyalah bawahan.

"GONGGGG!"

Suara gong raksasa mengguncang langit.

"Yang Mulia Kaisar Agung Great Ming, Ming Haobo, Tiba!"

Ribuan tentara berzirah emas berlutut serentak, menciptakan gelombang logam yang memekakkan telinga. Dari gerbang utama istana terapung, cahaya keemasan menyilaukan mata meledak keluar.

Ming Haobo melangkah keluar.

Dia tidak berjalan; dia menggeser ruang di sekitarnya. Setiap langkahnya membuat udara bergetar. Dia mengenakan jubah naga emas dengan sembilan cakar. Wajahnya tegas, dengan mata yang seolah berisi badai petir. Aura Emperor Tahap 9 Akhir—yang didukung oleh berkah Alam Atas—menekan setiap jiwa di pulau terapung itu.

Di belakangnya, dua putri cantik yang wajahnya seperti lukisan bidadari dan tiga pangeran dengan aura angkuh berjalan mengikuti. Di belakang mereka lagi, berbaris sepuluh Jenderal Perang Ranah Emperor Tahap 1 hingga 3.

Ini adalah demonstrasi kekuatan mutlak.

"Bangunlah," suara Ming Haobo tenang, namun bergema di dalam tengkorak setiap orang. "Hari ini bukan hari untuk formalitas. Hari ini, kita merayakan persatuan."

Semua orang berdiri, keringat dingin membasahi punggung para ketua sekte.

"Tunggu," Ming Haobo mengerutkan kening, matanya menatap satu kursi kosong di deretan tamu kehormatan. "Di mana tamu kita dari Tenggara? Di mana Sekte Lembah Merah?"

Pertanyaan itu membuat suasana menjadi dingin. Terlambat di pesta Kaisar sama dengan menampar wajah naga.

"Mungkin mereka takut, Yang Mulia," cibir Bao Zuan dari Sekte Giok Abadi, mencoba mencari muka. "Mereka tidak berkontribusi dalam perang. Mungkin mereka malu menampakkan wajah."

Tepat saat Bao Zuan selesai bicara...

BOOOOM!

Awan di ufuk tenggara terbelah paksa. Bukan oleh angin, tapi oleh tekanan aura yang brutal.

Sebuah Kapal Perang Raksasa berwarna hitam kemerahan, dengan lambang tengkorak naga api, melesat menembus langit. Kapal itu tidak melambat saat mendekati istana terapung. Ia justru mempercepat lajunya, menciptakan gelombang kejut sonik yang membuat gelas-gelas anggur di meja para tamu bergetar dan pecah.

"Kurang ajar!" teriak Jenderal Kanan Great Ming. "Berhenti!"

Kapal itu berhenti mendadak tepat di atas area pendaratan, menciptakan hembusan angin panas yang mengacak-acak udara di aula perjamuan.

Dari atas kapal, empat sosok melayang turun.

Yang memimpin bukanlah orang tua bungkuk. Melainkan seorang pria paruh baya yang tegap, berambut hitam, dengan kulit yang memancarkan cahaya giok.

Quan Huaxi. Aura apinya tidak lagi liar, tapi terkendali dengan sempurna di titik kritis. Tekanan yang dia bawa... membuat Kaisar Ming Haobo di takhtanya menegakkan punggung seketika.

"Emperor... Tahap 9 Menengah?" bisik Ming Haobo, matanya menyipit tajam. "Bagaimana mungkin? Data intelijen mengatakan dia sekarat di Tahap 4!"

Di belakang Quan Huaxi, ada Tetua Douma yang kini wajahnya lebih tunduk dan patuh, serta Qin Huolin yang sikap arogannya telah digantikan oleh disiplin militer yang kaku.

Namun, yang mencuri perhatian bukanlah sang Emperor.

Melainkan sosok yang berjalan santai di samping Quan Huaxi.

Seorang pemuda.

Dia mengenakan jubah hitam kelam dengan sulaman benang perak yang membentuk pola galaksi samar. Wajahnya... adalah definisi dari kesempurnaan yang mematikan. Kulitnya seputih salju, kontras dengan rambut hitam pekat yang menyerap cahaya.

Dan matanya... Matanya adalah anomali yang membuat siapa pun yang menatapnya merasa tersedot.

Mata kanannya memiliki pupil berbentuk Kristal Putih yang berputar pelan, memantulkan cahaya bintang yang tidak ada di langit.

Mata kirinya memiliki pupil Hitam Pekat seperti lubang hitam, menyerap semua emosi dan cahaya di sekitarnya.

Sepasang mata yang melambangkan Penciptaan dan Ketiadaan. Heterochromia ilahi yang tidak mungkin dimiliki manusia fana.

Di pinggangnya, tergantung lencana emas murni yang berkilauan: Tetua Agung.

Keheningan melanda pesta itu. Para pelayan wanita yang menuangkan anggur terpaku, wajah mereka memerah padam. Jantung mereka berdetak kencang, bukan karena takut, tapi karena pesona transenden yang dipancarkan pemuda itu. Bahkan Putri Kedua Great Ming menatap mata unik itu tanpa berkedip, merasa jiwanya ditarik masuk.

Ming Yue, Tetua dari Lotus Crimson, menahan napas. Dia mengenali fitur wajah itu—wajah anak pengemis yang keras kepala di Kota Batu Hijau. Tapi matanya...

"Mata itu..." batin Ming Yue, tangannya gemetar. "Anak di Kota Batu Hijau itu matanya biasa saja, penuh ketakutan dan tekad manusiawi. Tapi pemuda ini... mata kanannya seperti melihat masa depan, mata kirinya seperti melihat kematian. Apakah dia orang yang sama? Atau makhluk lain yang memakai wajahnya?"

Yue Lin mengirim transmisi suara pada sepupunya. ["Kau mengenalnya? Dia Ranah King Tahap 1, tapi struktur matanya... Ming Yue, itu bukan Dojutsu (Teknik Mata) biasa. Itu mutasi tingkat tinggi. Dia monster."]

Sementara itu, di meja Sekte Giok Abadi.

Gelas di tangan Lin Yuwen jatuh.

PYAR.

Suara pecah itu terdengar jelas di keheningan.

Mata Lin Yuwen membelalak hingga hampir robek. Napasnya menjadi cepat dan dangkal. Meskipun mata Lu Changzu telah berubah, senyum miring itu... aura itu... adalah mimpi buruk yang menghantuinya.

"Dia..." suara Lin Yuwen bergetar, memecah kesunyian. "Dia..."

Lu Changzu, yang baru saja mendarat, menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat Lin Yuwen.

Mata kirinya (Hitam) berkedip sekali, mengirimkan sensasi dingin yang familiar ke tulang punggung Lin Yuwen.

"Salam, Yang Mulia Kaisar. Maaf kami terlambat," suara Lu Changzu terdengar, mendahului Quan Huaxi. Suaranya merdu namun berwibawa. "Jalanan macet. Banyak sampah yang harus dibersihkan."

"Lancang!" bentak Jenderal Kiri. "Siapa kau?! Berani bicara sebelum Ketua Sektemu?!"

Quan Huaxi menoleh, menatap Jenderal itu dengan tatapan membunuh. "Jaga mulutmu. Dia adalah Tetua Agung Lu Changzu. Suaranya adalah suaraku."

Semua orang terkesiap. Ketua Sekte membiarkan pemuda itu mewakilinya?

Namun, Lin Yuwen tidak bisa menahannya lagi. Ketakutan dan kebencian bercampur menjadi kegilaan. Dia berdiri, menunjuk Lu Changzu dengan jari gemetar.

"YANG MULIA KAISAR!" jerit Lin Yuwen histeris. "BUKANNYA ANDA BERSUMPAH MEMBUNUH SEMUA KULTIVATOR IBLIS?!"

Kaisar Ming Haobo menoleh, aura pembunuhnya bocor sedikit. Kata 'Iblis' adalah pemicu baginya. "Tentu saja. Apa maksudmu, Nona Lin?"

"DIA!" Lin Yuwen menunjuk lurus ke wajah Lu Changzu. "Lu Changzu! Dia adalah kultivator iblis! Dia murid dari Chen Xuan si Iblis Gila! Dia yang membunuh sepupu saya Lin Xuya! Dia yang menghancurkan jiwa saya! Ayah saya saksinya! Peri Ming Yue juga melihatnya saat seleksi di Kota Batu Hijau setahun lalu!"

Tuduhan itu meledak seperti bom di tengah pesta.

"Kultivator Iblis?" gumam para tamu. "Menyamar menjadi Tetua Agung Sekte Lembah Merah?"

Lin Chen, ayah Yuwen, juga berdiri. Wajahnya penuh dendam. "Benar, Yang Mulia! Saya bersaksi! Anak itu adalah iblis yang menyusup!"

Ming Yue menunduk, mencoba menghindari tatapan orang. Dia tidak ingin terlibat, tapi tatapan tajam Kaisar memaksanya mengangguk pelan, mengonfirmasi bahwa dia pernah melihat wajah itu di seleksi sekte.

Suasana berubah drastis. Ribuan tentara emas menghunus senjata. Aura Emperor Ming Haobo meledak, mengunci Lu Changzu.

"Kultivator Iblis..." suara Ming Haobo rendah dan berbahaya. "Di pestaku? Di depanku?"

Tekanan Emperor Tahap 9 Akhir menghantam Lu Changzu seperti gunung yang jatuh.

Namun, Lu Changzu tidak berlutut. Dia bahkan tidak berkedip.

Dia tertawa.

Tawa yang ringan, renyah, dan sangat menghina situasi. Mata heterochromia-nya bersinar dengan geli.

"Hahahaha..." Lu Changzu menggelengkan kepala, menatap Lin Yuwen dengan tatapan kasihan. "Nona Lin, saya tahu penolakan cinta saya di masa lalu membuat hati Anda sakit. Tapi menuduh saya sebagai iblis? Itu sedikit... melodramatis, bukan?"

"BOHONG!" teriak Lin Yuwen.

"Cukup!" Ming Haobo mengangkat tangan. "Jika kau iblis, kau akan mati hari ini. Tidak ada tempat untuk kotoran di kerajaanku."

Ming Haobo bersiap menyerang.

Tetapi sebelum Kaisar bisa bergerak, Quan Huaxi melangkah maju. Dia membentengi Lu Changzu.

BOOOOM!

Aura Api Logam Kristal (tetesan) meledak dari tubuh Quan Huaxi.

Api itu berwarna Putih Bening (White Transparent), seperti kristal kaca yang dilelehkan. Indah namun menakutkan.

Ruang di sekitar istana terapung retak-retak seperti kaca. Panas yang paradoks—membakar namun membekukan—menyebar, membuat para Jenderal Great Ming mundur ketakutan.

"Kaisar Ming Haobo," suara Quan Huaxi dingin, tanpa rasa takut sedikit pun. "Jika kau menyentuh sehelai rambut Tetua Agungku... aku bersumpah, Kekaisaran Great Ming-mu akan menjadi abu hari ini. Aku mungkin akan mati, tapi aku pastikan kau dan seluruh keluargamu ikut bersamaku ke neraka."

Ancaman itu nyata. Emperor Tahap 9 Menengah dengan Api 4-Dimensi. Itu adalah bom nuklir berjalan.

Ming Haobo tertegun. Dia merasakan bahaya fatal. Api Putih Bening itu... itu bukan api dunia ini, jadi dia berhasil memurnikan api tersebut.

"Quan Huaxi... kau berani mengancamku demi seorang bocah?"

"Dia bukan bocah. Dia adalah masa depan," balas Quan Huaxi.

Suasana tegang mencapai titik puncaknya. Perang besar akan meletus di tengah pesta.

Tiba-tiba...

ZIIIIING!

Bukan dari langit. Melainkan dari ruang hampa tepat di belakang takhta Kaisar Ming Haobo.

Tanpa peringatan, tanpa fluktuasi Qi yang bisa dideteksi oleh indra Emperor, sebuah celah Void berwarna putih suci terbuka senyap di titik buta sang Kaisar.

Aroma yang sangat wangi dan aura keagungan yang jauh melampaui Emperor Tahap 9 menyelimuti pulau terapung dari arah belakang.

Ming Haobo tersentak kaget, bulu kuduknya berdiri. Dia berbalik dengan cepat, wajahnya pucat pasi. Dia, seorang Emperor Puncak, tidak menyadari ada yang mendekat hingga jarak nol di belakang punggungnya.

Dua sosok pria berjubah putih bersih dengan sulaman awan perak melangkah keluar dari ketiadaan, berdiri menjulang di belakang takhta Kaisar layaknya bayangan ilahi yang menghakimi. Wajah mereka tertutup cahaya sebuah artefak topeng, namun tekanan keberadaan mereka membuat Ming Haobo secara instingtif ingin berlutut.

"U-Utusan Alam Atas?!" teriak seorang tetua tua dengan suara bergetar.

Ming Haobo segera menarik auranya, membungkuk hormat dengan keringat dingin mengucur. Jantungnya berpacu; jika mereka musuh, kepalanya sudah menggelinding tadi. "Salam kepada Utusan Yang Mulia dari Sektor Langit!"

Semua orang di pesta itu berlutut, kecuali Lu Changzu dan Quan Huaxi (yang menahan diri karena gengsi).

Salah satu Utusan itu, pria dengan tatapan tajam, berbicara. Suaranya bergema seperti guntur tepat di telinga Ming Haobo.

"Kami merasakan fluktuasi energi emperor tahap 9 yang tidak wajar di sini. Dan kami mendengar kata 'Iblis'."

Ming Haobo segera melapor, menunjuk Lu Changzu. "Tuan Utusan! Wanita itu menuduh pemuda ini sebagai kultivator iblis yang menyusup! Kami sedang menginterogasinya!"

Utusan itu menatap Lu Changzu. Matanya memindai tubuh pemuda itu dan terhenti pada matanya.

"Hmm?" Utusan itu tersentak. "Mata itu... Kanan Kristal, Kiri Void? Itu bukan mata manusia biasa. Itu mata yang ditempa dari hukum alam semesta."

Utusan kedua mengeluarkan sebuah bola mutiara seukuran bola basket. Mutiara itu berputar, memancarkan cahaya biru.

"Ini adalah Mutiara Jiwa Surgawi. Jika ada setitik saja energi iblis—bahkan jika itu disembunyikan di dalam sumsum tulang—mutiara ini akan berubah menjadi merah darah dan membakar jiwa pemiliknya."

Utusan itu melemparkan mutiara itu ke depan Lu Changzu.

"Buktikan, Bocah. Letakkan tanganmu. Jika kau bersih, kau hidup. Jika kau iblis, kau mati."

Lin Yuwen tersenyum kemenangan di balik air matanya. "Tamat riwayatmu, Lu Changzu!"

Lu Changzu menatap mutiara itu. Di dalam benaknya, dia menghitung probabilitas.

Tubuhnya adalah Dark Universe. Energinya adalah semesta hitam. Itu bukan energi Iblis (Demonic Qi) dalam definisi dunia ini. Itu adalah ketiadaan.

Lu Changzu tertawa lagi. Dia melangkah maju dengan santai, seolah dia sedang diminta memegang bola mainan.

"Tuduhan ini sangat menyakitkan hati saya yang rapuh," kata Lu Changzu dramatis, meletakkan tangan di dadanya. "Kaisar ingin membunuh saya. Nona Lin ingin memfitnah saya. Jika saya terbukti bersih... saya butuh kompensasi yang setimpal. Jika tidak..."

Tiba-tiba, wajah Lu Changzu berubah. Senyum humorisnya lenyap, digantikan oleh tatapan kosong yang mengerikan.

ZIIING... KREK...

Ruang hampa di belakang punggung Lu Changzu tidak hanya retak. Ruang itu hidup.

Retakan dimensi muncul di udara kosong, namun bentuknya tidak acak. Retakan itu melengkung, membuka perlahan seolah-olah kain realitas itu sendiri adalah kelopak mata raksasa yang sedang bangun dari tidur panjang.

Saat 'kelopak mata' ruang itu terbuka sepenuhnya, kegelapan murni mengintip dari balik realitas. Namun, kegelapan itu tidak kosong.

Di dalam celah dimensi itu, dua bola mata raksasa berdiameter dua meter melayang, menatap dunia fana dengan ketidakpedulian mutlak.

Mata sebelah kiri (di dalam void) berwarna Emas Murni, pupilnya terdiri dari jutaan rune kuno yang berputar membentuk hukum mutlak—Overlord Domain Eye.

Mata sebelah kanan (di dalam void) berwarna Merah Darah, pupilnya dikelilingi oleh sepuluh bayangan pedang raksasa yang melingkar—Overlord Sword Eye.

Tekanan yang dipancarkan kedua mata itu bukanlah tekanan kultivasi biasa. Itu adalah tekanan Hukum Dominasi dan Hukum Pembantaian yang berasal dari dimensi lebih tinggi.

"...Jika tidak, saya tidak keberatan menghapus Keluarga Lin dari sejarah, sekarang juga," bisik Lu Changzu.

Semua orang merinding. Ming Haobo mundur selangkah. Bahkan kedua Utusan Alam Atas itu tersentak kaget, wajah mereka pucat pasi di balik cahaya ilahi.

"Itu..." batin Utusan itu, matanya terpaku pada mata raksasa di dalam void. "Itu bukan sekadar manipulasi ruang. Mata Emas Simbol Kekuasaan Mutlak (Dominion)... Mata Merah Simbol Kehancuran Senjata (Slaughter)... Itu adalah Mata Overlord (Penguasa Tertinggi)!"

"Hanya garis keturunan Klan Kuno yang paling murni dan tabu yang bisa membangkitkan mata overlord seperti ini! Dan ini ada empat Mata Fisik Kristal dan Gelap... Mata Void Emas dan Merah... Dia... Dia adalah seorang anggota klan kuno alam atas!"

Lu Changzu mengedipkan matanya, dan 'kelopak mata' ruang itu menutup, menghilangkan tekanan mengerikan itu seketika. Dia kembali tersenyum ramah.

"Ah, maaf. Saya sedikit emosional."

Dia meletakkan tangannya di atas Mutiara Jiwa Surgawi.

Hening.

Semua mata tertuju pada mutiara itu. Lin Yuwen menahan napas, menunggu warna merah.

Satu detik. Dua detik.

Mutiara itu... Berubah warna, warna tersebut menyilaukan mata.

Bukan Merah.

Tapi menjadi Bening Kristal dengan inti Hitam kristal yang berputar tenang. Tidak ada gejolak jahat. Hanya kemurnian yang absolut dan kedalaman yang tak terukur.

"Apa?!" Utusan itu ternganga. "Tidak ada energi iblis! Sama sekali! Ini... Ini adalah bentuk energi murni varian Dunia! Dan kepadatan akarnya..."

Utusan itu menatap Lu Changzu dengan tatapan baru. Tatapan takut.

"Siapa namamu, Anak Muda?" tanya Utusan itu, suaranya sedikit gemetar.

"Lu Changzu," jawab Lu Changzu singkat.

"Lu...?" Kedua utusan itu saling pandang. Wajah mereka memucat di balik cahaya ilahi mereka.

"Marga Lu... Energi Void... Mata Overlord... Jangan bilang dia dari Klan Lu Kuno di Alam Atas? Keluarga Tabu yang menguasai Sektor Kehampaan?"

Otak mereka berputar cepat. Di Alam Atas, Klan Lu adalah tabu. Mereka adalah monster tua yang tidak boleh disinggung. Jika pemuda ini adalah tuan muda yang sedang turun ke dunia bawah untuk 'bermain' atau menjalani 'Ujian Putra Suci'... dan mereka menyinggungnya...

"Maafkan kelancangan kami!" Utusan itu tiba-tiba membungkuk sedikit—gestur yang membuat Kaisar Ming Haobo hampir pingsan karena kaget. "Tuan Muda Lu... Kami tidak tahu identitas Anda. Mutiara ini membuktikan Anda bersih. Sangat bersih. Bahkan lebih murni dari kami."

"Tapi... kenapa Tuan Muda ada di dunia ini? Di tempat di mana Heavenly Dao bersembunyi?" tanya Utusan itu hati-hati.

Lu Changzu, sang jenius strategi, menangkap kesalahpahaman itu dalam milidetik.

("Mereka mengira aku bangsawan alam atas? Sempurna.")

Lu Changzu memasang wajah bingung yang elegan. Dia memijat pelipisnya.

"Maafkan saya, Tuan Utusan. Saya... mengalami kecelakaan saat perjalanan dimensi. Ingatan saya agak kabur tentang asal usul saya. Saya terbangun di sini dan hanya mencoba bertahan hidup. Bisakah Tuan jelaskan... siapa Keluarga Lu itu?"

Akting 'hilang ingatan' itu justru semakin meyakinkan para Utusan.

"Hilang ingatan? Atau segel memori untuk ujian?" batin mereka. "Tidak, kami tidak boleh ikut campur. Jika kami membocorkan rahasia Klan Lu dan merusak ujian Tuan Muda ini, kepala kami akan dipenggal!"

Quan Huaxi di sampingnya tersenyum dalam hati. ("Tuan Pengawas Lu sedang berakting lagi. Dia ingin mempermainkan mereka.")

"Ehem!" Utusan itu berdehem, keringat dingin mengucur. "Maaf, Tuan Muda Lu. Kami tidak berani lancang membahas asal usul Anda. Mungkin... Tuan Muda sedang menjalani takdir agung. Anggap saja kami tidak pernah bertanya."

Utusan itu menoleh ke Ming Haobo dengan tatapan tajam.

"Kaisar Ming! Kau hampir membuat kesalahan fatal! Pemuda ini bukan iblis! Dia adalah... keberadaan yang diberkati! Minta maaf sekarang!"

Ming Haobo, yang melihat Utusan Alam Atas ketakutan, langsung kehilangan nyalinya. Dia tidak bodoh. Dia turun dari takhtanya, berjalan ke depan Lu Changzu.

"Ma... Maafkan ketidaktahuan saya," kata Ming Haobo kaku. "Mata saya telah tertutup oleh fitnah."

Lu Changzu hanya menatapnya datar. "Permintaan maaf diterima. Tapi fitnah itu..."

Mata Lu Changzu melirik ke arah meja Sekte Giok Abadi.

Kedua Utusan itu, ingin segera pergi dari situasi berbahaya ini, berkata, "Tuan Muda Lu, kami ada urusan mendesak di sektor lain. Kami pamit undur diri. Semoga takdir Anda lancar!"

ZRAAAS!

Mereka merobek ruang dan kabur secepat kilat, meninggalkan pesta dalam keheningan yang canggung.

"Sialan, aku tidak dapat info apa-apa soal Klan Lu itu," batin Lu Changzu kecewa. Tapi dia segera kembali ke peran.

Dia menatap Lin Yuwen yang kini terduduk lemas di kursinya, wajahnya pucat pasi seperti mayat. Lin Chen juga gemetar.

"Jadi..." suara Lu Changzu memecah keheningan. "Bagaimana kita selesaikan ini? Murid Sekte Giok Abadi mencoba meminjam tangan Kaisar untuk membunuh Tetua Agung Lembah Merah. Ini bukan kesalahan kecil."

Ming Yue, di meja seberang, menunduk dalam-dalam, menghela napas lega karena dia tidak ikut bicara tadi.

Quan Huaxi melangkah maju. Api kristal Putih Bening

di tangannya menyala, meretakkan ruang di sekitar meja Sekte Giok Abadi.

"Bao Zuan!" teriak Quan Huaxi. "Muridmu memfitnah tuanku! Kaisar mungkin memaafkan, tapi Lembah Merah tidak! Haruskah aku menghapus sekte kalian dari peta hari ini?!"

Bao Zuan, Ketua Sekte Giok Abadi (Emperor Tahap 3), gemetar. Di depannya ada Quan Huaxi (Emperor Tahap 9) dan Lu Changzu (Sosok Misterius yang ditakuti Alam Atas). Dia tidak punya peluang.

"Ampun! Ampun Tetua Quan! Tetua Lu!" Bao Zuan langsung berlutut. "Ini kesalahan pribadi Lin Yuwen! Sekte tidak tahu apa-apa! Kami akan menghukumnya!"

"Ayah...?" Lin Yuwen menatap ayahnya, tapi Lin Chen memalingkan wajah, tidak berani membela.

"Cukup," kata Lu Changzu, mengangkat tangan. Quan Huaxi mematikan apinya seketika—kepatuhan mutlak yang membuat para tamu lain semakin ngeri.

"Hari ini ulang tahun Yang Mulia Kaisar," kata Lu Changzu dengan senyum ramah yang tidak mencapai matanya. "Tidak sopan jika ada darah tumpah di lantai giok ini."

"Kita lupakan kejadian hari ini di sini," lanjut Lu Changzu.

Dia berjalan mendekati Bao Zuan, membungkuk sedikit, dan berbisik dengan nada yang membuat darah Bao Zuan membeku.

"Tapi ingat, Ketua Bao... Kami akan datang ke Sekte Giok Abadi bulan depan untuk mengambil 'kompensasi'. Siapkan gudang harta kalian. Dan siapkan mental Nona Lin. Saya tidak suka menunggu."

Lu Changzu menegakkan tubuh, lalu menoleh ke Ming Haobo.

"Silakan lanjutkan pestanya, Yang Mulia. Musiknya tadi cukup bagus."

Pesta berlanjut, tapi suasananya telah berubah total.

Setelah acara pemberian hadiah pada kaisar semua mata mulai tertuju pada Lu Changzu.

Jenderal-jenderal Great Ming datang silih berganti membawa gelas anggur.

"Tuan Muda Lu, saya Jenderal Utara. Jika Anda butuh sesuatu di perbatasan, panggil saja saya." (Menjilat).

Ketua Sekte Beast Ming, Chang Guan, datang membawa seekor anak gajah api.

"Tuan Muda Lu, ini hadiah kecil. Hewan ini sangat langka, cocok untuk... hewan peliharaan Anda."

Bahkan Baili Yuzhan dari Sekte Es Abadi yang dingin pun datang tersenyum.

"Tetua Lu, teknik es kami mungkin menarik bagi Anda. Mampirlah kapan-kapan."

Lu Changzu meladeni mereka semua dengan senyum diplomatik yang sempurna, gelas anggurnya tidak pernah kosong. Dia bermain peran sebagai bangsawan misterius dengan sangat baik.

Sementara itu, di sudut lain, Quan Huaxi dikerumuni oleh ketua sekte lain yang ketakutan.

"Saudara Quan! Kau Emperor Tahap 9?! Bagi tipsnya dong!"

"Saudara Quan, Lembah Merah butuh aliansi dagang baru tidak?"

Quan Huaxi tertawa lepas, menikmati momen kejayaannya, sambil sesekali melirik tuannya dengan penuh hormat.

Di balkon istana, Lu Changzu berdiri sendirian sejenak, menatap bulan.

Qin Huolin datang membawakan botol anggur baru, menuangkannya dengan tangan yang sedikit gemetar namun penuh hormat.

"Tuan... apakah Anda puas dengan pestanya?"

Lu Changzu menyesap anggurnya. Matanya berkilat merah di kegelapan.

"Sangat puas, Huolin. Kita mendapatkan status, kita mendapatkan ketakutan mereka, dan kita mendapatkan target baru."

Dia melihat ke arah meja Sekte Giok Abadi yang suram.

"Bulan depan, kita akan memanen Sekte Giok Abadi. Dan setelah itu..."

Dia menatap langit berbintang.

"...Kita akan mencari tahu siapa sebenarnya 'Keluarga Lu' itu dan bagaimana cara memanfaatkannya untuk menelan dunia ini."

Pesta terus berlanjut di bawah gemerlap cahaya, namun bagi dunia kultivasi, malam ini adalah awal dari era baru. Era di mana seorang iblis berwajah malaikat memegang kendali di balik layar.

Bersambung...

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!