NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Raja Tentara/Dewa Perang / Pulau Terpencil / Kultivasi Modern
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Yang Suka Action Yuk Mari..

Demi Semua Yang Bernafas Season 2 Cerita berawal dari kisah masalalu Raysia dan Dendamnya Kini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Bab 3

Raysia menatap lautan gelap yang bergelombang dari tebing kecil di pinggir Pulau Barbar City. Pulau itu terbentang liar di hadapannya: tebing curam, hutan lebat, dan gua-gua tersembunyi yang menyimpan bahaya. Tidak ada hukum, tidak ada guru yang menenangkan, hanya kekuatan, tipu daya, dan ancaman yang selalu mengintai.

Ia baru berusia lima belas tahun ketika dibuang ke pulau ini oleh Miko Stanley. Malam itu terpatri jelas di ingatannya: pengkhianatan Miko, tawa dingin sang pria ketika keluarga Julius diracuni, dan rasa takut yang membekap tubuhnya ketika dibuang ke pulau terkutuk ini. Ia terpaksa meninggalkan segala yang dicintainya—rumah, keluarga, masa kecil—dan di sini, hanya ada satu aturan: yang kuat bertahan, yang lemah mati.

Raysia menunduk, menyentuh pasir basah di tebing. Sejak pertama kali mendarat, hidupnya berubah menjadi latihan keras tanpa ampun. Tidak ada guru, tidak ada aturan, tidak ada yang peduli. Setiap pertemuan dengan penduduk pulau—yang kebanyakan kriminal buangan, bandit, dan pembunuh bayaran—adalah pertarungan untuk hidup.

**

Hari pertama di Barbar City, Raysia diserang oleh tiga pemuda lebih besar dan lebih kuat. Mereka tersenyum sinis.

“Hei cantik, ini wilayah kami. Pergi atau mati setelah melayani kami.”

Raysia menatap mereka dengan mata yang setajam pedang. Tubuhnya kecil, namun naluri bertahan hidupnya membuatnya tidak gentar. Ia menendang satu, menangkis serangan lainnya, dan memanfaatkan kelincahannya untuk menempatkan diri di posisi aman. Menjadi seorang gadis tak membuatnya buta bela diri; ia sering belajar dari catatan mendiang kakeknya, Julius Garcia.

Pertarungan itu brutal. Darah menetes, tulang berbenturan, namun Raysia selamat. Saat itu, ia menyadari: di Barbar City, kekuatan menentukan siapa yang berhak hidup. Tidak ada belas kasihan, tidak ada keadilan, hanya yang kuat yang berbicara.

Sejak hari itu, tekadnya mengeras: aku harus kuat, lebih kuat dari siapa pun di pulau ini.

Hidup di pulau ini menjadi latihan tiada henti. Raysia belajar memanfaatkan lingkungan sebagai senjata, memanjat tebing untuk mengintai, melatih lompatan di atas batu tajam, dan menghadapi siapa pun yang menantangnya.

Kakek Yao, mantan pendekar yang juga dibuang ke pulau, menjadi satu-satunya pembimbingnya. Ia mengajarkan Raysia membaca gerakan lawan, memanfaatkan energi tubuh sendiri, dan teknik bertahan hidup yang tak diajarkan di sekolah seni bela diri manapun.

“Di pulau ini, Raysia,” kata Kakek Yao suatu hari, “tidak ada yang peduli siapa dirimu. Tidak ada yang menghargai kebaikan. Hanya satu hukum: yang kuat bertahan hidup.”

Raysia mengangguk, menatap laut. “Aku akan bertahan. Aku akan tumbuh lebih kuat dari semua orang di sini. Dan suatu hari nanti, aku akan menuntut keadilan untuk keluargaku.”

Seiring waktu, Raysia mulai dikenal di pulau itu. Para penjahat dan bandit mulai menghormatinya—atau setidaknya, takut padanya. Setiap malam, ia berpatroli di tebing dan hutan, melatih gerakan dan energi tubuhnya. Hidup di Barbar City tidak hanya soal fisik; ia belajar membaca tipu daya, menilai niat orang lain, dan memanfaatkan setiap peluang untuk bertahan. Ia menyaksikan perkelahian berdarah, pengkhianatan, dan pembunuhan yang dilakukan tanpa ragu. Setiap malam, ketakutan itu ia ubah menjadi tekad yang membara.

Suatu malam, saat berjalan di hutan, Raysia melihat sekelompok bandit mencoba menguasai gudang di tepi pantai. Mereka lebih tua dan berpengalaman. Tanpa ragu, ia menghadapi mereka. Dengan gerakan cepat dan cerdik, ia menjatuhkan beberapa, menghindari serangan, dan akhirnya memaksa mereka mundur.

Kakek Yao tersenyum dari kejauhan.

“Lihat, Raysia. Kau mulai memahami hukum pulau ini. Yang kuat bertahan, yang lemah hilang. Tapi ingat, kekuatan bukan hanya fisik. Pikiranmu adalah senjatamu yang paling berbahaya.”

Raysia menatap gelapnya laut malam itu.

“Aku tahu, Kakek. Aku akan menjadi yang terkuat. Dan Miko… suatu hari, aku akan menemuinya lagi.”

**

Selama lima belas tahun di Barbar City, Raysia berubah drastis. Ia bukan lagi bocah polos yang dibuang. Tubuhnya lentur dan kuat, pikirannya tajam, naluri bertahan hidupnya sempurna. Ia belajar memanfaatkan kekuatan lawan melawan mereka sendiri, menyusun strategi, dan menguasai teknik bela diri tinggi dari catatan yang dibawa dari rumah keluarga Julius.

Pulau ini keras, tetapi di sinilah Raysia menemukan kekuatannya. Setiap malam, ia menatap bintang dan membayangkan Miko, wajah sahabat keluarga yang kini menjadi musuh terbesar mereka. Dendamnya bukan lagi sekadar emosi; ia menjadi bahan bakar untuk terus belajar, bertumbuh, dan berlatih tanpa henti.

Kakek Yao sering memperingatkan,

“Ingat, anak muda. Kekuatan tanpa hati akan mengubahmu menjadi monster seperti mereka. Jangan biarkan dendam menelanmu.”

Raysia mengangguk. Namun bara dendam tetap ia simpan—bukan racun, tapi energi untuk menaklukkan pulau ini, dan suatu hari menghadapi Miko Stanley.

**

Barbar City adalah pulau bagi penjahat, kriminal, dan mereka yang dibuang hukum. Di sini, yang lemah selalu jadi korban. Bandit, pembunuh bayaran, dan pengkhianat dari berbagai kota berkumpul, menunggu menguasai wilayah, membentuk geng, atau sekadar membunuh untuk hiburan.

Bagi Raysia, pulau ini menjadi sekolah kejam. Setiap pertarungan mengajarkannya tentang kekuatan, strategi, dan kemandirian. Ia belajar bertahan, menyerang dengan presisi, dan selalu siap menghadapi ancaman dari mana pun.

Tahun demi tahun terus berlalu, menjadikan Raysia bukan lagi korban. Ia menjadi pendekar muda tangguh, tubuh lentur dan kuat, pikirannya tajam, dan matanya membaca kelemahan lawan. Ia mencapai tingkat Dewa dan memimpin salah satu distrik di Barbar City dan mendapatkan nama julukan 'Cat Woman'.

Namun, meski kuat dan setara Dewa, ia belum bisa keluar. Di pulau ini orang bisa masuk tapi tak bisa keluar. Satu-satunya cara meninggalkan Barbar City: mengalahkan sang pemimpin, Hedges—orang terkuat di pulau ini.

**

Hedges memegang kekuasaan karena kekuatannya mutlak. Ia yang menentukan hukum di Barbar City. Selama bertahun-tahun, Hedges mengejar Raysia, ingin menjadikannya kekasih, namun Raysia menolak. Bagaimanapun, Raysia tak bisa meninggalkan pulau ini meski menjadi kekasih Hedges, tanpa mengalahkan Hedges—itulah yang membuatnya fokus melatih diri, menunggu saat yang tepat.

Tahun demi tahun Lagi-lagi berlalu, kemajuan bela diri Raysia menghadapi kebuntuan. Ia kuat, tapi Hedges tetap lebih hebat. Hasrat dendam terhadap pembunuh keluarga Julius perlahan menjadi fokus strategis: belajar, menunggu, bersiap menghadapi masa depan. Hingga suatu hari, muncul seorang pria bernama Rangga.

Rangga adalah anggota pasukan rahasia Night Watcher. Dalam Night Watcher, peringkat diwakili angka; semakin kecil angka, semakin hebat. Rangga pernah menjadi Night Watcher Zero—yang terkuat di masanya.

Raysia, meski kini berusia di atas empat puluh, tetap tampak muda, cantik, dan seksi. Bahkan Rangga dan teman-temannya sempat kepergok mengintipnya mandi.

**

Lima tahun sejak pertemuan pertama, Rangga kembali ke Barbar City untuk menolong sepupunya yang bernama Riri. Selain itu, ia juga mencari teman-temannya yang dikabarkan ditangkap di pulau ini. Nasib baik untuk Raysia, Rangga memberanikan diri menemui Raysia, meski pernah kepergok, untuk mencari informasi yang dibutuhkannya.

 Raysia melihat Rangga sebagai harapan—karena lima tahun lalu, Rangga berhasil membuat gempar Barbar City dan melenggang keluar dari pulau ini.

Raysia pun membantu Rangga selama di Barbar City, namun dengan satu perjanjian: setelah urusan Rangga selesai, Rangga harus membawanya keluar dari pulau terkutuk yang telah menahannya selama 40 tahun, dan juga membantunya untuk membalas dendam.

**

Benar saja, Rangga kembali mengguncang Barbar City seperti lima tahun lalu. Ia berhasil mendapatkan yang dicari, bahkan membuat Hedges, sang penguasa pulau, mengizinkannya keluar dan membawa ribuan orang dari Barbar City.

Tentu, Raysia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia memberanikan diri untuk berkoalisi dan menjadi bagian dari kelompok Rangga, demi Cita-cita nya keluar dari pulau terkutuk ini untuk membalas kan dendam kesumatnya.

Di dalam kelompok Rangga yang bersama-sama keluar dari Barbar city dan menjadi kenalan Raysia diantaranya adalah, Sisil Bahri, Thania, Selly, Puquh, Colax, Krish, Devan, Leon & istrinya, Raleen, Chery, dan Wina.

Raysia yang telah menjadi koalisi mengikuti perjalanan Rangga menuju Negara Oxon, malah ia juga turut membantu Rangga membalaskan dendamnya Rangga terhadap salah satu Pahlawan Night Watcher yang telah berkhianat.

Setelah berhasil membalaskan dendamnya, Walau kondisi tubuhnya belum pulih sedia kala, Rangga menatap Raysia dan berkata:

“Omong-omong, Raysia, ketika kau di Barbar City, kau bilang ingin keluar denganku untuk menyelesaikan dendammu. Masalah Dimpsay si Penghianat sudah selesai. Sekarang ayo katakan, siapa musuhmu?”

Waktunya Pembalasan Dendam Raysia telah tiba?

Bersambung.

1
Was pray
ya memang Rangga dan raysa yg harus menyelesaikan permasalahan yg diperbuat, jangan melibatkan siapapun
Was pray
Rangga memang amat peduli sama orang2 yg membutuhkan pertolongan dirinya tapi tidak memikirkan akibatnya
hackauth
/Pray/ mantap update terus gan
Was pray
MC miskin mantaf ..
Was pray
Rangga. dalam rangka musu bunuh diri kah?
adib
alur cerita bagus..
thumb up buat thor
adib
keren ini.. beneran bikin marathon baca
Maknov Gabut
gaskeun thor
Maknov Gabut
ceritanya seru
Maknov Gabut
mantaff
Maknov Gabut
terima kasih thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!