Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang-orang Serakah.
“Om Jo!” Amy berlari kecil mendekati meja yang tengah diduduki oleh pria paruh baya yang tampak santai mengenakan kaos polo warna coklat dan celana cargo warna hitam. Dia menoleh lalu tersenyum saat melihat Amy mendekatinya.
“Amy, duduklah,” ucapnya sambil meletakkan cangkir kopi yang tadi sempat dia minum.
“Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu baik-baik saja?”
Amy tersenyum diikuti helaan napas panjang, “antara baik dan tidak, Om…” jawabnya singkat.
Jonathan memandang Amy penuh tanda Tanya, “ada yang mengganjal di hatimu? Kamu nggak perlu khawatir, nak. Papamu meninggalkan banyak warisan untuk menjamin hidupmu, kamu nggak akan kesulitan melanjutkan hidup, meskipun kamu nggak bekerja sampai tua nanti.”
Amy mengangguk, “aku tau Om, yang menjadi pikiranku adalah Tante Siska dan keluarganya…” Amy menunduk malu, pantaskah dia membicarakan kejelekan tantenya pada Om Jo?
“Ada apa dengan Siska?” Jonathan menatap Amy dengan seksama. Sebagai sahabat Papa dan Mama Amy, Jonathan tentu saja mengenal dan sedikit banyak tau tentang Siska –saudara tiri Chloe –Mama Amy.
“Tante Siska menawarkan diri untuk memegang kendali bisnis Papa, karena dia menganggap aku masih kecil dan belum bisa menghandle semuanya. Tapi aku tak mau Tante Siska memiliki jabatan di perusahaan Papa. Dia itu… serakah… aku takut, bisnis yang Papa bangun semasa hidupnya hancur karena satu orang itu…”
“Dia menyuruh aku melanjutkan sekolah di Prancis dan semua urusan di sini akan dia pegang… aku bingung Om, aku harus bagaimana…”
Jonathan memegang pelipisnya sambil memejamkan mata, kebiasaannya saat sedang berpikir keras. Dia juga sedang mengingat-ngingat wasiat yang ditinggalkan Cakra untuk anak semata wayangnya.
“Ide untuk sekolah di Prancis sepertinya bagus untukmu, Amy.” Ucap Jonathan sambil menganggukkan kepalanya.
“Pertama, dengan pergi jauh ke luar negri, Siska tidak akan mengganggumu untuk urusan warisan peninggalan kedua orang tuamu. Kedua, Papa mu itu sudah berpikir jauh ke depan. Dia sudah meninggalkan wasiat untukmu. Jadi sampai pembacaan surat wasiat Papamu, kamu bisa mulai berkemas untuk pergi ke luar negri.”
Amy menatap Jonathan, “benarkah Om? Apakah benar tidak apa-apa?”
Jonathan menggenggam jemari Amy, “Om akan melakukan yang terbaik untuk melindungimu, Nak. Kamu juga sudah Om anggap seperti anak Om sendiri. Kamu tenang saja, ya.”
Amy menghela dan mengangguk. “Baiklah Om, aku menurut saja sama Om. Sepertinya setelah kepergian Papa dan Maman, aku jadi takut dengan saudara-saudara yang tiba-tiba saja jadi baik padaku, rasanya aku jadi mudah curiga.”
“Om tau itu, kamu tenang saja, ya….”
Amy tersenyum lega, karena masih memiliki Om Jo yang bisa dia andalkan.
…
Amy menatap Jonathan dengan tangan mengepal saat Jonathan sedang membacakan surat wasiat Papa yang di titipkan padanya. Sebagai seorang pengacara dan teman Papa, Jonathan lah yang dipercaya untuk mengurus surat wasiat jika Papa meninggal.
Amy pikir Om Jo –sahabat Papa nya itu orang baik, namun dia tertipu. Ternyata Om Jo pun sama saja seperti Tante Siska. Mereka semua berubah menjadi lintah yang ingin menghabiskan harta warisan Papa.
“Jadi sampai Amy berusia dua puluh tahun, kursi kepemimpinan di perusahaan Cakra group and Company akan diberikan pada saudara tiri Chloe yang bernama Siska dengan di bantu Saya, Jonathan sebagai ahli hukum yang akan membantu Siska menjalankan perusahaan.
“Sebelum Amy berusia dua puluh tahun, Amy akan mendapatkan lima persen dari keuntungan perusahaan untuk membiayai hidup dan sekolahnya. Dan sisa dari laba perusahaan tersebut akan dikelola oleh Siska dan Saya sebagai ahli hukum yang mendampingi saudari Siska.”
“Bohong!” teriak Amy, tak percaya.
Jonathan menatap Amy dengan tajam, sungguh berbeda dengan Jonathan yang di temui Amy kemarin. Sikap ramahnya sirna begitu mudahnya hanya karena uang.
“Saya sebagai seorang pengacara professional, tidak mungkin mencoreng nama baik Saya sendiri.” Jonathan mengambil surat yang tadi dia baca dan diberikan pada saksi-saksi yang hadir di sana, dan salah satunya adalah pegawai pemerintah setempat.
Sang pegawai pemerintah yang mengenakan seragam dinas berwarna coklat itu membaca surat yang di berikan Jonathan dan mengangguk, “ini benar tulisan Pak Cakra, Saya tau betul tulisan beliau. Dan tanda tangan di atas materai ini benar tanda tangan beliau, jadi surat ini sah di mata hukum, dan sebagai ahli waris yang disebutkan didalam surat beliau, kalian harus menjalankan wasiat ini dengan sebenar-benarnya.”
Amy menggelengkan kepalanya tak percaya. Bagaimana bisa Amy yang merupakan anak dari Papanya sendiri tak mendapatkan apa-apa, hanya lima persen untuk hidup dan sekolah? Memang cukup, tapi itu benar-benar keterlaluan.
Siska tersenyum sambil menatap Amy, “tenang saja sayang, Tante akan menjaga perusahaan dengan baik sampai kamu cukup umur untuk mengambil alih.” Siska menyeringai –menakutkan. Dan Amy tak percaya sedikitpun pada ucapan yang keluar dari mulut busuk itu.
Amy menatap Jonathan yang sama saja dengan Siska, dia menyeringai bahagia. Amy benar-benar tak menyangka Om yang dia anggap seperti Papa nya sendiri –sahabat baik Papa, tega melakukan semua ini setelah kepergian Papa.
…
Bruk!
Tante Siska melempar Visa dan passport Amy ke atas meja –dengan kasar.
“Besok, kamu harus berangkat ke Prancis! Carilah sekolah yang cocok untukmu di sana! Bersenang-senanglah dengan lima persen mu! Hahaha…”
Amy hanya bisa pasrah, dia mengambil dua dokumen penting itu dan mendekapnya.
“Dasar anak nggak tau di untung, aku kurang baik apa coba, berani-beraninya main belakang sama Jo! Kamu pikir Jonathan berada di pihakmu? Pih!” Siska pergi sambil tertawa keras meninggalkan Amy di ruang keluarga sendirian.
Semua orang telah pergi setelah pembacaan surat wasiat selesai, termsuk Jonathan. Dia bergegas pergi meninggalkan Amy dengan wajah persis seperti pencuri yang mendapatkan rejeki nomplok. Menjijikkan.
Rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Kenapa dunia begitu kejam pada Amy yang baru berusia delapan belas tahun. Baru saja dia bersenang-senang karena telah selesai menamatkan SMA, tapi kemudian dia kehilangan segalanya, orang tuanya hingga warisan Papanya.
“Aku nggak akan menyerah! Aku akan sekolah dengan baik! Mencari orang yang bisa membantuku mendapatkan semua yang seharusnya menjadi milikku! Aku akan mencari pengacara yang lebih hebat dari pada Om Jo! Dan mengalahkannya! Lihat saja nanti!” gumam Amy mencoba menguatkan dirinya.
Setelah itu dia pun berlari menuju kamarnya, menyiapkan semua baju-baju yang akan dia bawa ke Prancis. Tak lupa dia mengambil semua perhiasan Mamanya, menyimpannya dan akan menggunakannya nanti saat dia benar-benar membutuhkannya. Amy yakin, Maman tak akan keberatan jika dia memakai perhiasan ini untuk bertahan hidup.
Amy kembali berpikir, dia harus melakukan apa lagi? Dia memandangi kamar kedua orang tuanya yang kosong tanpa kehadiran sosok yang dia rindukan itu.
“heh! Ngapain kamu disana!” tiba-tiba Siska masuk sambil membawa sebuah koper besar.
“Tante Siska kenapa masuk ke kamar mama dan papaku?” Tanya Amy dengan nada kesal.
“Kamar ini adalah yang paling besar di sini, tentu saja akan aku gunakan dari pada kosong dan di huni jin! Ya, kan? Hahahaha…”
Amy mengeratkan rahang, emosi benar dia. Tapi dia tak bisa berbuat banyak. “Tolong, simpan barang-barang Maman dan Papa… hanya itu yang aku minta, Tante....”
Siska mendengus, “ya, nanti aku suruh Minah membereskan semuanya, lalu menyimpannya di gudang.
“Simpan saja di kamarku,” sela Amy, tak rela jika barang-barang milik kedua orang tuanya berdebu di gudang yang kotor.
“Kamarmu kan, bakal di pakai Mira! Tenang saja, barang-barangmu dan kedua orang tuamu akan dijadikan satu di gudang, hahaha…” Siska pergi dengan tawa menyebalkan itu lagi.
Setelah Siska pergi, Amy segera berlari ke arah lemari Papanya dan membuka brankas rahasia yang ada di sana. Passwordnya adalah gabungan tanggal lahir Maman dan dirinya. Setelah brankas kecil itu terbuka, Amy segera mengambil surat-surat penting berupa sertifikat rumah mewah ini dan beberapa uang cash dan batangan emas peninggalan Papa.
“Aku tidak mungkin membawa semua ini ke luar negri! Aku akan menyimpannya di bank sebelum berangkat ke Prancis! Paling tidak, aku bisa melindungi rumah ini…” gumam Amy.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️