NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS3

Mentari senja memancarkan cahaya keemasan, menyelimuti taman istana dengan kehangatan yang menenangkan. Sultan Bey Murad, dengan langkah berwibawa, berjalan di antara mawar-mawar yang bermekaran. Di sisinya, Panglima Orhan mengikuti dengan setia, mendengarkan dengan saksama setiap perkataan sang Sultan.

“Oleh karena itu, kita harus memperkuat perbatasan selatan. Kirimkan pasukan tambahan dan pastikan setiap pos dijaga dengan ketat,” titah tegas Sultan Bey Murad.

Panglima Orhan mengangguk, “Titah Baginda akan segera dilaksanakan. Hamba akan memastikan keamanan perbatasan selatan menjadi prioritas utama.”

Namun, di tengah perbincangan serius mengenai strategi dan keamanan negara, langkah Sultan Bey Murad tiba-tiba terhenti. Maniknya terpaku pada sosok yang tengah berdiri di tepi kolam, sibuk menyapu dedaunan kering di permukaan air.

Gadis dengan surai hitam yang tergerai bebas, tampak begitu anggun di bawah cahaya senja. Sultan Bey Murad tak dapat mengalihkan pandangannya dari si pemilik senyuman menggugah. Ada sesuatu dalam diri Esma yang menariknya, sebuah pesona yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Orhan, yang sedari tadi fokus pada pembicaraan, menyadari perubahan sikap sang Sultan. Ia mengikuti arah pandang Baginda, dan alisnya terangkat sedikit melihat sosok Esma. Ia tahu betul, Sultan Bey Murad bukanlah pria yang mudah terpesona.

Dengan sorot mata yang masih menatap Esma, Sultan Bey Murad melanjutkan perkataannya. “Pastikan setiap pedagang yang melintas diperiksa dengan teliti. Kita tidak boleh lengah terhadap kemungkinan adanya penyelundupan atau mata-mata.”

Jelas Orhan menyadari, pikiran sang Sultan tampak terbagi antara urusan negara dan sosok gadis di tepi kolam. Pria itu tahu, ia tak memiliki hak untuk bertanya ataupun berkomentar mengenai urusan pribadi Sultan. Namun, sebagai seorang yang setia dan berpengalaman, ia merasa perlu untuk mengingatkan Baginda.

“Tentu, Baginda. Semua perintah akan hamba laksanakan secepat mungkin,” jawab Panglima Orhan, lalu menambahkan dengan hati-hati, “Semoga Baginda selalu dilindungi oleh Sang Kuasa. Ketertarikan Baginda pada hal-hal duniawi jangan sampai melalaikan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin.”

Sultan Bey Murad terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan. Ia tahu, Panglima Orhan hanya ingin yang terbaik untuknya dan untuk kerajaan. Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa sosok Esma telah membangkitkan sesuatu yang baru dalam dirinya. Sesuatu yang sudah lama terkubur di bawah beban kekuasaan dan tanggung jawab.

“Aku mengerti kekhawatiranmu, Orhan,” jawab Sultan Bey Murad, akhirnya. “Terima kasih atas nasihatmu. Aku tidak akan membiarkan diriku terlena.”

Ia mengalihkan pandangannya dari Esma, mencoba fokus kembali pada perbincangan mengenai urusan negara. Meskipun, bayangan gadis itu tetap terukir jelas di benaknya.

Panglima Orhan mengangguk lega. Ia tahu, meskipun dikenal tegas dalam memerintah, Sultan Bey Murad adalah pemimpin yang bijaksana dan bertanggung jawab. Ia percaya, Baginda akan mampu menjaga keseimbangan antara urusan pribadi dan kepentingan kerajaan.

.

.

Malam itu, di sebuah ruangan yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk istana, Panglima Orhan memanggil Mansur Ağa. Wajahnya serius, sorot matanya menyelidik.

“Mansur Ağa, ada yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Orhan tegas.

Mansur Ağa, yang selalu sigap dan penuh hormat, membungkuk sedikit. “Tentu, Tuanku Panglima. Budakmu yang rendah ini siap menjawab semua pertanyaan.”

“Aku melihat Sultan Bey Murad tampak tertarik pada seorang budak di taman tadi sore,” kata Orhan, tanpa basa-basi. “Budak bermata hijau zamrud. Apakah kau tau siapa yang kumaksud?”

Mata Mansur Ağa melebar sedikit. Ia segera menyadari siapa yang dimaksud Orhan. Hanya ada satu budak di harem yang memiliki mata seindah itu, Esma.

“Tentu, Tuanku,” jawab Mansur Ağa, cepat. “Hamba tau betul siapa yang Tuanku maksud. Namanya Esma, baru beberapa hari yang lalu dia tiba di istana.”

Orhan mengangkat satu alisnya. “Ceritakan padaku tentang dia. Aku ingin tau segala hal tentang kepribadiannya, asal-usulnya, dan apa pun yang kau ketahui tentangnya.”

Mansur Ağa menarik napas dalam-dalam. Ia tahu, pertanyaan ini bukan sekadar rasa ingin tahu biasa. Panglima Orhan adalah orang kepercayaan Sultan, dan ketertarikannya pada Esma pasti memiliki alasan yang lebih dalam.

“Budak itu berasal dari Ruthenia, Tuanku,” Mansur Ağa memulai ceritanya. “Dia seorang gadis desa yang dijual sebagai budak karena desanya tidak mampu membayar upeti. Kabarnya, dia memiliki keberanian yang luar biasa.”

“Keberanian?” Orhan kembali mengangkat alisnya. “Apa maksudmu?”

Mansur Ağa terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Hamba mendengar desas-desus, Tuanku. Konon, dalam perjalanan menuju istana, Esma sempat melawan pengawal yang memukuli seorang budak lain. Dia berani membela yang lemah, meskipun itu berarti mempertaruhkan dirinya sendiri.”

Panglima Orhan terdiam, ia sedang membayangkan sosok Esma, gadis bermata indah yang berani melawan ketidakadilan. Sebuah senyuman tipis tersungging di bibirnya.

“Menarik,” gumam Orhan. “Jadi, dia bukan hanya cantik, tapi ... juga memiliki jiwa pemberani, begitu maksudmu?”

Mansur Ağa mengangguk. “Benar, Tuanku. Namun, hamba juga mendengar bahwa dia memiliki lidah yang tajam dan mulut yang pintar. Dia pandai berbicara dan membela diri, yang bisa jadi berbahaya jika tidak dikendalikan.”

Panglima Orhan menatap Mansur Ağa dengan tatapan tajam. “Apa maksudmu dengan ‘berbahaya’?”

Mansur Ağa menelan ludah. “Hamba hanya khawatir, Tuanku. Esma adalah orang asing di istana ini. Dia belum tau aturan dan adat istiadat yang berlaku. Jika kita tidak berhati-hati dan mengirimkannya langsung ke ranjang Baginda saat beliau memintanya, dia bisa membuat masalah bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.”

Orhan mengangguk paham. Ia tahu, Mansur Ağa hanya menjalankan tugasnya sebagai kepala kasim harem, menjaga ketertiban dan keamanan di dalam istana.

“Sebagai antisipasi,” lanjut Orhan. “Bawa para budak itu menempuh pendidikan. Ajari mereka adat istiadat, tradisi, dan bahasa kita. Jangan biarkan mereka berbicara dengan bahasa asal mereka. Kau mengerti?”

Mansur Ağa mengangguk dan berkata, “tentu, Tuanku.”

“Kau boleh pergi,” ujar Panglima perang yang terkenal cerdik dalam strategi.

Mansur Ağa membungkuk hormat, lalu bergegas meninggalkan ruangan. Ia merasa lega karena berhasil menyampaikan semua yang ia ketahui tentang Esma. Namun kegelisahan segera menyusul. Ia sadar, ketertarikan Sultan Bey Murad pada gadis itu bisa mengubah segalanya di dalam istana. Terlebih jika Yasmin Hatun—istri sah Baginda, sampai mencium kabar ini.

“Oh Tuhan, istana ini bisa berubah menjadi lautan darah dalam sekejap.” Sekedar membayangkannya saja membuat Mansur bergidik ngeri.

Baru saja Mansur Ağa hendak melangkah meninggalkan lorong istana yang lengang, dari arah berlawanan seorang pengawal melangkah cepat menghampirinya.

“Mansur Ağa!” seru pengawal itu sambil memberi hormat singkat. “Yang Mulia memanggil Anda. Beliau menantikan Anda di ruangannya.”

Mansur spontan menghentikan langkahnya. Wajahnya seketika pucat pasi, matanya berputar ke langit-langit istana yang menjulang tinggi.

“Ya Allah ... jauhkanlah hamba dari segala marabahaya,” gumamnya lirih, tangannya refleks menepuk dadanya sendiri. “Baru sebentar hamba bisa bernapas lega, sudah ditarik lagi ke sarang singa.”

Dengan langkah berat dan wajah penuh keengganan, ia pun mengikuti sang pengawal menuju ruangan Sultan Bey Murad.

...***...

Malam kian larut, suasana harem perlahan hening—para budak satu persatu telah terbuai di alam mimpi. Namun, suara gebrakan keras membangunkan mereka.

BRAK!

Pintu kayu besar terbanting ke dinding istana. Zeynep Hatun, seorang kepala harem, masuk dengan langkah tergesa-gesa. Gurat wajahnya terlihat murka.

“BANGUN KALIAN SEMUA!” Suara lantangnya memecah kesunyian. Di belakangnya, dua orang pelayan wanita menyusul masuk, membawa lentera dengan tatapan curiga.

Para budak dengan sigap bangkit, saling bertukar pandang, seolah menyampaikan pertanyaan tanpa kata.

“Ada yang berani mengotori kehormatan harem dengan perbuatan hina,” suara Zeynep Hatun menggema, menusuk tiap telinga. “Seorang pelayan mengadu kehilangan cincin permatanya. Dan kita akan mencari tau siapa pencurinya ... malam ini juga!”

Ia menatap tajam ke arah barisan budak yang gemetar ketakutan. Lalu suaranya kembali meninggi. “GELEDAH SEMUANYA!”

Dua pelayan segera maju. Mereka membongkar bantal, menyibak lipatan kain, dan meraih barang-barang kecil yang terselip. Hingga akhirnya, benda yang dikabarkan hilang itu tersingkap dari dalam sarung bantal. Ruangan yang tadinya sunyi senyap seketika berubah gaduh.

Sang pelayan buru-buru menyerahkan benda itu pada Zeynep Hatun. Kepala pengawas harem itu menatap tajam ke arah para budak, sorot matanya menyala marah.

“Tempat tidur siapa ini?!” tanyanya dingin.

Para budak saling melirik, tubuh mereka serentak menegang, mulut mereka bungkam. Tak ada satu pun yang berani menjawab. Bukan semata karena gentar pada tajamnya suara Zeynep Hatun, melainkan karena mereka tak sanggup menyebut nama pemilik dipan itu—sosok yang sejauh ini mereka kenal sebagai pribadi yang berbudi luhur, murah hati, dan kerap menolong tanpa pamrih.

“Jadi ... kalian lebih memilih bungkam?” Zeynep Hatun berkacak pinggang. “Pelayan!Bawa budak-budak ini ke penjara bawah tanah. Besok pagi, seret mereka keluar istana untuk menerima hukuman cambuk. Atau bila perlu, potong tangan mereka di hadapan semua orang!”

Tepat setelah Zeynep Hatun berkata demikian, Esma pun melangkah maju, menundukkan kepalanya dengan hormat.

“Ampun beribu ampun, Zeynep Hatun. Sesungguhnya, Anda tidak perlu menyiksa mereka yang tak bersalah. Dipan itu adalah tempat peraduan hamba. Namun, demi Tuhan yang menjadi saksi, hamba bersumpah ... hamba tak pernah sekali pun, mencuri benda itu.”

“BOHONG!” Fatma yang tiba-tiba muncul dari balik dinding istana, berseru lantang. “Jangan tertipu dengan sumpah palsunya, Zeynep Hatun! Mulutnya memang selalu lihai dalam bertutur kata, tapi, jangan percaya barang seucap pun! Dia pencurinya, aku sangat yakin!”

*

*

*

1
Patrish
pasti Rustum menyusun kekuatan untuk membelot... menghancurkan raja.... cuma pertanyaanya bisa tidak.. ada berapa pasukan yang mendukung...
Patrish
begitu ya.... pemerintahan monarki... raja diatas segalanya... raja yang bijak akan menjadikan negara aman sejahtera...
Patrish
ikut meringisss.... 😟😟😟
Reni
bersikap bodoh seakan menurut licik dibalas licik 🤩🤩🤩
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
musuh dlm selimut lbh mengerikan apalagi byk drama🥺..trnyata ney murad menikahi anak pembunuh ayahnya yg msh berambisi menyingkirkan raja nya
hidagede1
kalo putra kalo yg lahir nya seorang perempuan? 🤔
Sayur 💎
kau yg go tu hel
Sayur 💎
sygnya putrimu yg peak itu gk mmpu mengambil hati bey brewok tampan
💕Bunda Iin💕
iya putra kecebong😂😂
Sayur 💎
astagfirullah. bapak dan anak sm2 biadab bgt.
💕Bunda Iin💕
eh rustum,ko anda yakin sekali klo si yasmin hamil anak nya cowo dan manusia benaran...wong itu anak dpt dri dukun n anak setan😡
💕Bunda Iin💕
jangan senang dlu ya rustum...dlu kau boleh membodohi bey murad karna ia masih muda...tpi sekrang ia telah dewasa
💕Bunda Iin💕
ini manusia sampah kapan terungkap kebusukan nya?😡...serius jahat banget😡
💕Bunda Iin💕
segitu nya banyak pasukan akoh yakin pasti ada yg lihat apa yg kau perbuat rustum😡
N Wage: pasti ada yg lihat,cuma mungkin dia/mereka takut.mudah2an siapapun dia/mereka pd saat yg tepat membuka semua tabir kelicikan si rustum rustum ini.
total 3 replies
💕Bunda Iin💕
benar² iblis kau rustum😡...pembalasan itu akan dtang...segala kebusukan kau akan terbongkar semua😡👊
💕Bunda Iin💕
woi rustum itu pintu,dinding,meja dll benda² mati itu ga bersalah woi😂🤣
Sayur 💎: iya. setipe emg ma anaknya si yasmindul
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
yuhu bukan nya kau yang akan menyusul ke alam baka 🤭...pede sekali si penghianat 🤣
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
👏👏👏👏👏👏
💕Bunda Iin💕
wah seru nih bpk sama anak kena hukuman yg begtu ringan menurut akoh ya😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!