NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Selalu dan selalu

Meninggalkan febri dengan kemelut hatinya. Dikamar utama rumah mewah wisnu dan nara. Pasangan suami istri itu sedang adu mulut dan nara dengan kepiawaiannya bermain peran sedang diam diam menyudutkan sang suami.

"Jangan konyol begini ra, aku ga mungkin nikah lagi apalagi dengan wanita yang kamu pilihkan."

"Lalu?" Sentak nara berani.

Wisnu memejamkan matanya sejenak.

"Aku ga akan mau menikah, dengan siapapun itu. Mau pilihan mama juga pilihan mu, ga akan. Aku udah janji sama diriku sendiri kalau aku hanya akan menikah satu kali seumur hidup."

"Ga usah bicara omong kosong mas, kamu cuma perlu ijab kabul tiduri dia hamil dan selesai."

Wisnu tertawa sumbang. Tidak akan semudah itu, wisnu tidak yakin dengan apa yang baru saja istrinya ucapkan. Semuanya tidak akan sesederhana itu, wisnu tau kalau semuanya akan rumit kalau mereka benar benar nekat mengambil jalan ini.

"Ga punya anak ga papa. Aku cuma butuh kamu disamping ku sampai tua, udah ga lebih."

Nara menggeleng tegas.

"Kamu ga tau gimana tertekannya aku denger omongan mama. Omongan orang orang ....."

"Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Kamu hanya perlu kuatkan mental, apa apa yang jadi harapan kita juga orang lain tidak semuanya bisa kita wujudkan dengan mudah. Ingat ra, kita ini mau menikah saja perjuangannya berat. Restu orangtua ku sulit didapat saat semua yang sulit bisa kita usahakan bersama tolong jangan kamu tambah masalah baru. Kita hanya perlu saling genggam saja sama sama menguatkan satu sama lain."

Panjang lebar wisnu bicara hanya sekedar singgah, nara tak mendengarkannya. Nara tetap dengan keinginannya, wisnu menikah. Menikah dengan wanita pilihannya bukan pilihan ibu pria itu. Nara tak perduli walau febri dengan tegas menolak tapi nara tetap akan memaksakan kehendaknya.

"Sudah, aku lelah. Akhiri perdebatan ini karena kita tidak akan dapat keputusannya."

Wisnu berlalu ke kamar mandi dan nara mendudukkan dirinya disisi ranjang dengan mata menerawang jauh.

. . . . . . .

Pagi yang biasanya hangat tidak ada lagi. Dimeja makan, nara banyak diamnya. Diam yang menandakan kalau dirinya sedang merajuk tapi wisnu tak cukup perduli karena marahnya sang istri malah membuat dirinya makin marah lagi.

"Aku ada meeting sampai malam. Ga usah tunggu aku pulang, oh ya jangan lupa siang nanti ada acara keluarga. Kamu harus hadir karena aku ga bisa hadir."

Nara merotasi bola matanya. Tatapan nyalang ia berikan pada sang suami tapi wisnu tetap acuh.

"Mas" nara buka suara setelah mereka sama sama diam dan sibuk dengan makanan masing masing.

"Mengenai permintaan ku ...."

"Berhenti ra, kamu dan permintaan konyol mu itu ...."

Nara menyela.

"Ketemu dulu, ketemu dulu sama febri."

Febri, nama yang istrinya sebutkan membuat alis wisnu saling adu. Sempat hening sejenak sampai akhirnya wisnu memilih bangkit bersiap pergi kekantor karena hari sudah makin siang.

"Aku berangkat, jangan lupa nanti siang datang. Buat diantar sopir."

Cup

Wisnu mengecup sisi kening istrinya dan berlaku begitu saja. Kebiasaan yang setiap pagi mereka lakukan tapi kali ini tak membuat senyum terbit diwajah nara.

Siang yang dibenci nara.

Kring

Kring

Kring

Dering ponsel membangunkan nara dari tidur siangnya.

Sudah jam satu siang batinnya malas.

Nama ibu mertuanya tertera dilayar ponsel. Dengan gerakan malas nara meraih benda pipih itu dan menggeser tanda hijaunya.

"Ya ma"

Pembuka yang terdengar sekali kalau nara enggan bertukar sapa dengan ibu mertuanya ini.

"Kamu udah siap siap?"

Kening nara langsung berkerut.

"Ma, aku lagi ga mood. Tadi pagi tamu bulanan ku datang."

"Datang sepuluh atau lima belas menit. Jangan menghindar terus, jarak rumah kalian ga jauh. Ga enak kalau kamu mangkir lagi di acara keluarga."

"Tapi ma ....."

"Ga ada tapi tapi, nara dengar. Mama ga mau kamu terus menghindar karena dengan kamu menghindar terus bikin mama makin muak sama kamu."

Tut

Kalimat yang kelewat jujur itu kembali melukai hati nara. Dewi anjani, ibu mertuanya itu memang selalu ceplas ceplos apalagi dengan apa yang jelas jelas membuatnya tidak suka. Bukan tanpa alasan dewi bersikap begitu pada menantu satu satunya ini. Sejak awal memang tidak ada restu dari dewi dengan pilihan sang putra tapi karena rasa sayangnya yang luar biasa dewi memilih diam dan membiarkan putra semata wayangnya menikah dengan nara wanita yang diagung agungkan oleh wisnu.

"Selalu saja pemaksa. Mana nanti kalau udah kumpul mama ga pernah mau bantu atau belain aku pas dicecar sama yang lain. Apa dia ga mikirin perasaan ku ....."

Nara menggerutu tapi ia tetap menyeret kakinya untuk bersiap karena ancaman tak kasat mata yang sudah dewi ucapkan tadi mengharuskan nara bergerak cepat.

Setengah jam selanjutnya, nara sudah duduk disamping hasti saudara sepupu suaminya.

"Ini buat ......"

"Aku kalandra tante nara."

"Ah, kalandra. Namanya bagus, maaf tante ga sempat cari kado jadi mentahnya aja. Nanti kala beli sama mama ya."

Dengan senyum yang dipaksakan nara berucap selembut mungkin. Saat ini dirinya sedang jadi pusat perhatian banyak orang, di acara ini nara merasa sendirian padahal hampir semuanya nara kenal.

"Nara kapan?"

Nah kan, mulai.

"Iya, nara kapan nih? Hasti saja sudah dua loh."

Nara tersenyum kecut tapi tak kunjung buka suara.

"njamu herbal saja ra kalau ke dokter belum ada perubahan."

Kembali nara tersenyum singkat padahal dalam hati sudah dongkol ingin mengumpat orang orang yang selalu saja nyinyir. Nyinyir yang dibalut dengan kata kata sok perduli. Disudut ruangan, nara bisa melihat ibu mertuanya hanya duduk diam dengan wajah mengerasnya.

Selalu begitu, dewi akan diam seribu bahasa saat bahasan mengenai anak dilayangkan pada nara atau bahkan wisnu sendiri.

"Hasti, aku pamit ya. Maaf ga bisa sampai selesai, aku lagi period ga nyaman banget." Bisik nara pelan dan diangguki maklum oleh si tuan rumah.

Nara bangkit dan berlalu begitu saja tanpa kata pamit yang pantas. Dewi menarik napas perlahan, ada iba dari sorot matanya tapi juga kecewa ikut mendominasi.

"Aku lebih kasihan ke kamu sama wisnu wi."

Suara orang disampingnya membuat dewi menoleh.

"Aku bukan sekedar menginginkan cucu mba, tapi aku jauh lebih ingin anak ku pulang."

Satu kalimat yang bisa diyakini membuat siapa saja yang mendengarkan ikut merasakan kegundahan hati seorang ibu.

"Pupuk sabar mu, makin dipupuk makin subur. Kadang berat tapi memang harus dilakoni."

Dewi mengangguk mantap dan kembali hening.

"Mama selalu begitu, ga pernah mau bantuin aku jawab pertanyaan yang selalu diulang ulang."

Nara marah marah ditelpon saat perjalanan pulang. Siapa lagi yang ditelpon kalau bukan suaminya. Wisnu yang sedang diomeli hanya diam, diam bukan karena benar benar mendengarkan tapi sengaja diam untuk abai dengan suara sumbang sang istri yang akhir akhir ini selalu jadi musik baginya.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!