Pergaulan di masa putih abu-abu memang sangat menyenangkan. Kebebasan yang di dapatkan kerap kali menjadi jalan yang ia pilih untuk menentukan kedepannya.
Seperti kisah pria tampan yang bernama Raga Mahendra. Ketampanan yang di miliki menjadi incaran banyak wanita. Baik yang nakal mau pun wanita yang baik-baik.
Tanpa ia sadari salah satu di antara banyaknya wanita telah membuat masa depannya terancam. Mengorbankan kesuciannya tak tak lantas membuat wanita bernama Natasha Veronika puas.
Ia meminta pertanggung jawaban pada Raga.
“Apa-apaan kamu? Bertanggung jawab? Tidak.” Tegas Raga menolak.
“Kalau kau memaksa, aku akan menyebarkan video itu.”
Air mata Tasha berjatuhan, ia sadar sebodoh apa dirinya yang cinta mati pada pria seperti Raga.
Hingga akhirnya mereka pun tak lagi bertemu sejak saat dimana mereka telah lulus sekolah.
Akankah mereka bertemu kembali setelah lama berpisah? Apakah semua masalah selesai begitu saja dengan Raga pergi meninggalkan Tasha dengan kenangan buruk? Sementara video keduanya yang hanya menampakkan wajah Tasha sudah tersebar luas di media sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Nyaman
Di tengah-tengah menikmati makan, Tasha dan seorang pria di depannya memperhatikan kegelisahan dari Gara kecil. Bocah itu beberapa kali menoleh ke belakang di mana ada celah untuk menikmati pemandangan kota yang padat dengan bangunan menjulang tinggi serta lampu yang terlihat indah saat malam hari.
"Maafkan Gara, Tuan Dahlan. Dia begitu menyukai pemandangan dari ketinggian." Tasha menceritakan kebiasaan sang anak yang sudah ia tahu sejak di Singapura.
"Tidak apa-apa. Gara sungguh lucu sekali. Sayangnya kita belum bisa bekerja sama dengan anda Nona Tasha." ujar Dahlan menyayangkan jika penawarannya harus di tolak oleh Tasha.
Rasa tak enak jelas terlihat di wajah Tasha hingga suara di samping Dahlan pun terdengar. "Ayah ini bagaimana sih? bukankah Tasha sudah mengatakan jika ini menyangkut perihal kontrak kerja samanya dengan perusahaan Alva Fashion? jadi jangan membebaninya dengan penolakan itu." Sahut wanita yang tak lain adalah Rima istri dari Dahlan.
"Yah tidak apa-apa. Lagi pula yang terpenting Gara masih bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Setidaknya itu akan mengobati rasa kecewa perusahaan kami sedikit." bercanda hingga Tasha melihat kekehan di wajah sepasang suami istri paruh baya itu.
"Sekali lagi maafkan saya, Tuan, Nyonya." ujar Tasha tak enak hati.
"Kak, Gara tidak sabar mau kesana." tunjuknya pada balkon yang berbatas kaca tinggi.
"Nanti setelah ini akan Kakak temani. Sekarang habiskan makan malam kita dulu okey?" Patuh Gara pun menganggukkan kepala.
"Foto juga yah, Kak?" tuturnya mengembangkan senyum bahagia. Tentu saja Tasha mengangguk mendengar permintaan sang anak yang tidak pernah di lupakan.
Dahlan dan Rima terkekeh mendengar hoby anak kecil ini bergaya di depan kamera. Tak kaget sebab pekerjaan dari kecil Tasha memberi tahu mereka jika Gara sering kali menjadi model cilik. Dan wajah tampan yang ia miliki sangat mendukung hobynya itu.
"Apa Gara tidak keberatan jika saya meminta berfoto bersama?" tanya Rima yang membujuk bocah kecil itu.
Tanpa di duga Gara justru menggelengkan kepala. "Gara, kenapa sayang?" tanya Tasha yang kaget melihat respon sang anak.
"Malu, Kak." ujarnya menunduk.
Rima yang mulanya juga bingung akhirnya bergetar kedua pundaknya tertawa mendengar jawaban Gara.
"Kalau begitu berfoto dengan opa mau?" bujuk Dahlan yang tak ingin membuat sang istri malu sendiri. Berharap Gara juga menolak namun di luar dugaan. Bocah itu justru menganggukkan kepalanya.
"Kalau bertiga dengan Opa mau." jawabnya.
Mereka pun tertawa sembari menikmati makan malam hingga akhirnya tiba waktu untuk berfoto. Dimana Gara justru meminta sang mami turut ikut berfoto. Tak kesulitan, Tasha yang membawa beberapa orang pengikut sang papah meminta bantuan.
"Wah gambarnya sangat bagus. Kita sudah seperti memiliki menantu dan cucu yah, Ayah?" celetuk Rima yang melihat hasil foto tadi. Keduanya duduk memperhatikan sikap Tasha pada Gara. Kesabaran dan kasih sayang yang Tasha tunjukkan pada Gara begitu senang di lihat oleh sosok Dahlan.
"Semoga saja kelak kita memiliki menantu seperti dia dan cucu seperti Gara, Bunda." Rima mengangguk setuju mendengar ucapan sang suami.
Menghabiskan waktu beberapa saat, kini tiba sudah waktunya dimana Gara dan Tasha harus berpisah dengan sepasang suami istri paruh baya itu.
"Senang bisa bekerja sama dengan Gara. Semoga di lain waktu kita juga bisa bekerja sama, Nona Tasha." ujar Dahlan menjabat tangan Tasha.
"Panggil saya Tasha saja, Tuan. Jangan Nona." ujar Tasha merasa dekat dengan dua orang di depannya saat ini. Semua terjadi tentu karena kehadiran Gara yang menjadi pemecah suasana canggung.
"Baiklah, kalau begitu jangan panggil kami Tuan dan Nyonya juga. Panggil saja Pak dan Bu." pintah Dahlan dan Tasha pun tersenyum menyanggupi.
Tasha yang semula sulit untuk menyesuaikan diri dengan orang baru, tanpa sadar mulai percaya diri berkat sang anak yang selalu setia di sampingnya.
"Gara jangan lupa besok ke perusahaan panggil Opa yah? Opa tunggu di ruang kerja Opa." Dahlan mencubit gemas pipi Gara.
"Oke, Opa." jawab Gara dengan semangat.
"Kalau begitu kami permisi, Pak, Bu." jawab Tasha.
Mereka pun berpisah di depan loby hotel dengan senyum masing-masing masih tertinggal di wajah mereka. Tak lupa Gara melambaikan tangan di jendela mobil itu.
"Mereka apa selalu di kawal body guard seperti itu yah, Ayah?" tanya Rima penasaran sebab ada beberapa pria yang sejak kedatangan Tasha dan Gara tak pernah berada jauh dari mereka.
"Mungkin karena ada Gara yang masih kecil, itu pasti akan sangat bahaya, Bun." jawab Dahlan memahami kekhawatiran orangtua.