Queen Li tumbuh dalam kekacauan—dikejar rentenir, hidup dari perkelahian, dan dikenal sebagai gadis barbar yang tidak takut siapa pun. Tapi di balik keberaniannya, tersimpan rahasia masa kecil yang bisa menghancurkan segalanya.
Jason Shu, CEO dingin yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, diam-diam telah mengawasinya sejak lama. Ia satu-satunya yang tahu sisi rapuh Queen… dan lelaki yang paling ingin memilikinya.
Ketika rahasia itu terungkap, hidup Queen terancam.
Dan hanya Jason yang berdiri di sisinya—siap menghancurkan dunia demi gadis barbar tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
“Papamu meninggal karena kecelakaan,” jawab Zoanna dengan suara bergetar, ketakutan jelas terpancar di wajahnya. “Pelakunya melarikan diri. Karena itu aku tidak bisa memberitahumu… kau pasti tidak akan diam saja.”
Kalimat itu baru saja keluar—
namun amarah Queen sudah meledak sepenuhnya.
Queen menerjang ke depan dan mencengkeram leher ibunya dengan erat. Jemarinya menekan kuat, membuat Zoanna terhuyung dan terpaksa menahan tubuhnya pada dinding.
“Queen…” Zoanna tercekik, tangannya berusaha meraih pergelangan tangan putrinya. “A-aku sakit…”
Namun Queen tak melonggarkan cengkeramannya sedikit pun.
“Kau masih berbohong padaku,” desis Queen penuh kebencian. Matanya memerah, air mata menggenang namun sorotnya tajam mematikan.
“Kau menganggapku bodoh selama ini. Kau menjadikanku sebagai mesin uang … dan menutupi kejadian yang sebenarnya.”
Napas Zoanna semakin tersendat.
“Ada apa denganmu?” katanya terbata. “Aku adalah ibumu…”
Queen tertawa getir, suaranya bergetar oleh emosi yang tak lagi bisa ditahan.
“Masih berani mengaku ibuku?” bentaknya.
“Wanita tidak tahu diri. Pembunuh!”
Tangannya kembali menekan.
“Kau membunuh suamimu sendiri dengan menancapkan pisau ke dadanya. Karena itulah Papa meninggal. Dan kau ... kau sama sekali tidak merasa bersalah!”
Air mata akhirnya jatuh dari mata Queen, menetes satu per satu ke lantai.
Pada saat yang sama—
Pintu apartemen terbuka.
Jason dan Rey masuk dan membeku di tempat. Wajah mereka menegang saat menyadari mereka telah mendengar segalanya.
Zoanna menatap Queen dengan mata penuh ketakutan, suaranya nyaris tak terdengar.
“Kau… sudah mengingat semuanya?” tanyanya terputus-putus.
Queen perlahan melonggarkan cengkeramannya, namun tatapannya tetap mengunci Zoanna.
“Kau berharap aku akan kehilangan ingatan seumur hidup?” katanya dingin.
“Akibat pukulan Roland, ingatanku yang sempat hilang. Tapi sekarang… semuanya telah kembali.”
Napas Queen bergetar.
“Aku melihat Papa dibunuh olehmu,” lanjutnya lirih namun penuh luka.
“Kejadian itu terjadi tepat di depan mataku.”
Raut wajah Zoanna semakin pucat. Tubuhnya gemetar hebat, kakinya hampir tak mampu menopang.
“Queen… aku…” ucapnya lemah.
Namun Queen tak memberi ruang untuk pembelaan.
“Kau penjudi,” katanya tajam. “Pemain perasaan orang lain.”
“Demi kebebasanmu sendiri, kau tega membunuh suami yang seharusnya kau cintai."
Dadanya naik turun menahan tangis.
“Kau dan Papa sering bertengkar. Tapi kau lupa—tanggung jawabmu sebagai istri dan sebagai ibu.”
Nada suaranya runtuh di akhir kalimat.
“Dan aku… hanya menjadi korban dari ambisimu.”
Ruangan itu dipenuhi keheningan yang mencekik.
Jason menatap Queen dengan napas tertahan."Dia sudah ingat," batinnya.
Queen berdiri tegak di hadapan Zoanna. Tangannya masih gemetar, bukan karena takut, melainkan karena menahan amarah yang nyaris tak terkendali.
“Kalau bukan karena aku tidak mau mengotori tanganku,” ucap Queen dengan suara dingin dan tegas, “kau pasti sudah mati di tanganku.”
Ia menatap Zoanna tanpa sedikit pun keraguan.
“Zoanna, mulai detik ini, hubungan kita putus. Kau bukan lagi ibuku,” lanjutnya. “Aku ingin kau membusuk di dalam penjara.”
Kata-kata itu menghantam Zoanna lebih keras dari tamparan mana pun.
Tubuh Zoanna melemas. Kakinya tak lagi mampu menopang, hingga akhirnya ia terjatuh dan berlutut di hadapan putrinya sendiri.
“Queen…” tangisnya pecah. Ia merangkak maju beberapa senti, tangannya gemetar.
“Maafkan Mama… tolong jangan serahkan Mama pada polisi. Mama sudah tua… Mama mohon padamu…”
Namun Queen tak bergeming.
Tatapannya tetap dingin, kokoh, tanpa celah untuk belas kasihan.
“Wanita yang tega membunuh suami sendiri,” ucap Queen pelan namun kejam, “tidak layak mendapatkan maaf dariku.”
Isak Zoanna berubah menjadi suara putus asa yang tak lagi didengar siapa pun.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari luar.
Kapten Yu masuk bersama beberapa rekannya. Tatapannya langsung menyapu ruangan—belanjaan berserakan, Zoanna berlutut dengan wajah pucat, dan Queen berdiri tegar di tengah semuanya.
“Queen,” tanya Kapten Yu serius, “apa yang terjadi di sini?”
Queen menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak ingatannya kembali, suaranya terdengar mantap dan tenang.
“Aku telah mengingat semuanya,” jawabnya.
“Papaku tewas di tangannya.”
Ia menoleh sebentar ke arah Zoanna, lalu kembali menatap Kapten Yu.
“Aku adalah anak dari korban,” lanjut Queen tegas. “Dan sebagai saksi utama, aku siap memberikan seluruh kesaksianku.”
Jason berdiri di belakang Queen, dadanya sesak—bangga sekaligus hancur melihat gadis yang ia lindungi sejak kecil akhirnya berdiri menghadapi kebenaran paling pahit dalam hidupnya.
Malam itu, bukan hanya Zoanna yang runtuh.
Sebuah kebohongan panjang akhirnya berakhir.
Jason melangkah mendekati Queen dan merangkul pundaknya dengan pelan namun protektif.
“Kapten Yu,” kata Jason dengan suara mantap, “selain Queen, aku juga akan menjadi saksi.”
Zoanna mengangkat kepalanya perlahan. Pandangannya beralih ke Jason, sorot matanya dipenuhi rasa penasaran bercampur ketakutan.
“Kau… siapa sebenarnya?” tanya Zoanna lirih.
Jason menatapnya tanpa kebencian, hanya ketegasan yang dingin.
“Kita memang belum pernah bertemu,” jawabnya tenang. “Tapi aku mengenalmu.”
Ia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan.
“Aku adalah putra Shu Yang, sahabat dekat Paman Lin Fan,” katanya. “Nyawaku pernah diselamatkan oleh Paman Lin. Dan pada saat beliau menghembuskan napas terakhirnya… beliau menyerahkan Queen padaku.”
Queen menunduk, napasnya bergetar. Jason merangkul pundaknya sedikit lebih erat.
“Setelah kejadian itu, Queen mengalami syok berat,” lanjut Jason. “Dia kehilangan ingatan. Satu-satunya yang tersisa di benaknya hanyalah dirimu.”
Zoanna terpaku, wajahnya semakin pucat.
“Dokter mengatakan,” sambung Jason, suaranya tetap terkendali, “kehilangan ingatan itu bisa terjadi karena trauma yang sangat dalam. Dan kau ... kau adalah pemicu utama kematian Paman Lin.”
Jason menatap Zoanna lurus.
“Kebencian Queen terhadapmu tertanam begitu kuat,” katanya dingin, “hingga meski ia lupa apa yang sebenarnya terjadi, ia tetap mengingatmu. Ingatan tentang dirimu bertahan… karena rasa sakit itu.”
Zoanna terdiam, tak mampu membantah satu kata pun.
Tubuh Queen yang sejak tadi menahan emosi akhirnya tak sanggup lagi bertahan. Wajahnya semakin pucat, napasnya melemah—lalu tubuhnya ambruk tanpa peringatan.
“Queen! Queen!” seru Jason panik.
Ia segera menangkap tubuh gadis itu sebelum terjatuh ke lantai. Queen tak sadarkan diri di dalam pelukannya, kepalanya bersandar lemah di dada Jason.
“Cepat bawa ke rumah sakit!” ujar Kapten Yu
Jason tak menunggu lebih lama. Ia menggendong Queen dengan hati-hati, seolah gadis itu adalah sesuatu yang paling rapuh di dunia. Saat hendak melangkah pergi, ia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Zoanna.
Tatapan Jason dingin, penuh peringatan.
“Zoanna,” ucapnya rendah namun tajam, “kematian Paman Lin tidak akan aku biarkan terkubur lagi.”
Ia mengepalkan rahangnya.
“Selama ini, aku menahan diri. Karena Queen ingin ikut denganmu. Aku memilih bersabar dan tidak membalas dendam,” lanjutnya. “Tapi tidak lagi untuk kali ini."
Jason menatap Zoanna tanpa emosi.
“Sekarang saatnya kau menerima hukuman dari negara.”
Tanpa menunggu jawaban, Jason melangkah pergi membawa Queen, diikuti Rey yang wajahnya penuh kekhawatiran.
Zoanna terduduk lemas, tubuhnya gemetar hebat.
Kapten Yu mendekat, wajahnya serius dan dingin sebagai penegak hukum.
“Zoanna,” katanya tegas sambil memborgol kedua tangan wanita itu, “kau resmi menjadi tersangka pembunuhan atas nama korban Lin Fan.”
Borgol itu mengatup dengan bunyi dingin yang menggema di ruangan.
“Jika ada hal yang ingin kau sampaikan,” lanjut Kapten Yu, “kau bisa menyampaikannya di pengadilan dan kau juga berhak mengunakan pengacara."
Zoanna menunduk, air mata jatuh tanpa suara. Tak ada lagi kebohongan yang bisa ia sembunyikan.
hai teman teman .... ayo ramaikan karya ini dgn follow tiap hari dan juga like, komen dan jangan ketinggalan beri hadiah yaaaaaaa
sungguh, kalian gak bakalan menyesal, membaca karya ini.
bagus banget👍👍👍👍
top markotop pokoknya
hapus donh🤭🤭
kau jangan pernah meragukan dia, queen
👍👍👌 Jason lindungi terus Queen jangan biarkan orang2 jahat mengincar Queen
.
ayoooooo tambah up nya.
jangan bikin reader setiamu ini penasaran menunggu kelanjutan ceritanya
ayo thor, up yg banyak dan kalau bisa up nya pagi, siang, sore dan malam😅❤️❤️❤️❤️❤️❤️💪💪💪💪💪🙏🙏🙏🙏🙏
kereeeeennn.......💪
di tunggu update nya....💪