Istri Cadangan

Sepanjang hari berlalu dengan cepat, tapi Justin tidak mengeluh. Tepat saat ia hendak pergi saat malam tiba, ia berhenti dan mengirim pesan singkat ke Kennedy, memberi tahu dia dan seluruh anggota tim bahwa ia akan bergabung, bersama 'istriku'. Ponselnya bergetar karena banyak notifikasi ketika mereka semua berkomentar.

Semua orang punya komentar tentang Justin dan pernikahannya. Dan entah bagaimana mereka semua begitu yakin bahwa dengan satu atau lain cara, Justin akan mengacaukan semuanya. Ada sesuatu dari cara mereka mengejeknya yang membuatnya kesal dengan cara yang seharusnya tidak. Justin tahu Fiona dan dia tidak menikah karena cinta atau “happy ending”, tapi apa mereka benar-benar harus menamparnya seperti itu? Terus terang, itu membuat Justin kesal. Fakta bahwa semua orang menunggu Justin mengacaukan semua ini membuatnya ingin muntah.

Tidak adakah yang percaya bahwa Justin benar-benar mampu merangkul perubahan dan melepaskan masa lalu? Atau memang begitulah yang ia buat semua orang berpikir?

Maksud Justin, mereka semua tahu ia sudah terikat dengan Fania sejak lama. Dan sekarang setelah ia menikah dengan adiknya, rasanya... kacau, Justin tahu itu. Tapi seburuk apa pun itu, itu pernikahannya, dan ya, ia tahu tidak ada cinta yang ditanamkan di dalamnya, tapi itu tidak mengurangi status pernikahannya. Memang benar mereka tidak tidur bersebelahan di malam hari, tapi Justin adalah prianya Fiona, dan Fiona adalah wanitanya. Justin siap untuk semua ini karena ini membawanya pada hal terbesar yang telah lama ia impikan.

Justin sudah membuktikan bahwa ia telah berhasil mendapatkan HA. Bukan itu saja, ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia benar-benar bisa menjadi kepala keluarga.

Dengungan itu terus berlanjut, tapi Justin terlalu kesal untuk melihat pesan teks lain yang mereka kirim. Mereka boleh mengoceh sesuka hati, tapi Justin punya perusahaan terbesar di bawah naungannya, jadi persetan dengan mereka dan kehidupan cinta mereka yang tak sempurna.

Memutuskan untuk melakukan apa yang lebih penting daripada bertengkar dengan sekelompok orang bodoh yang, sayangnya, adalah teman-temannya, Justin membereskan semua yang ada di meja dan meninggalkan kantornya, sambil mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang.

Justin meninggalkan perusahaan di seberang kota dan langsung menuju studio Fiona, House of F-Fan.

Justin tahu itu terdengar bagus dan sebagainya, tapi untuk benar-benar memikirkan sesuatu yang paling berkesan untuk mengenang Fania, rasanya tidak cukup bagi Justin. Menurutnya, nama F-Fan seolah-olah adalah pengingat sempurna bahwa Fania telah lama tiada, dan yang bisa dilakukan hanyalah menghargai kenangannya. Tapi bagaimana caranya Justin melakukannya ketika ia sangat merindukannya?

Begitu ia merasakan sensasi yang melumpuhkan hatinya itu, Justin mendorong pintu mobilnya terbuka dan keluar dari mobil secepat mungkin.

“Aku harus melanjutkan hidupku. Ya, aku akan berusaha menjadi pria yang lebih baik untuk istriku, yang memberiku Hadwin Atlantic. Aku bisa, dan aku bisa melakukannya.”

Setelah melantunkan mantra itu, Justin masuk melalui pintu kaca geser menuju resepsionis dan bahkan tidak membuka mulut untuk berbicara karena Fiona tampak turun dari tangga sambil berbincang dengan Keri Hillson sendiri. Mereka berdua memamerkan senyum terlebar yang pernah ada di dunia, dan Justin meluangkan waktu sejenak untuk benar-benar memandangi istrinya dari kejauhan. Fiona wanita yang cantik, tak diragukan lagi. Dan gaya rambut pendeknya menonjolkan semua fitur wajahnya yang bahkan tidak Justin sadari ketika rambutnya menutupi semuanya.

Tubuhnya, sungguh luar biasa. Sekilas saja Justin tahu bahwa di balik kemeja longgar dan celana jin ketatnya, dia memiliki tubuh bak dewi. Semuanya berada di tempatnya, dan Justin tak bisa menahan rasa bangga yang perlahan menyergap jiwanya.

Dengan cara yang aneh dan jahat, wanita itu miliknya. Benar-benar miliknya, dan Justin rasanya ingin berdiri di sampingnya dan mengumumkan kepada dunia bahwa dialah prianya. Gila!

Gerakan Fiona tampak rapi saat menuruni tangga, selangkah demi selangkah, begitu rapi dan hati-hati. Keri Hilson memang cantik dan kaya raya, tapi dia tak sebanding dengan wanita Justin. Tidak.

Fiona Hadwin, maksudnya Spark, dia cantik tanpa diragukan lagi.

Menunduk, tatapan Fiona tertuju pada Justin dan keterkejutan melintas begitu cepat di wajahnya. Namun, ia menutupinya dengan tersenyum dan tertawa mendengar ucapan Keri. Mereka tiba di lantai dasar dan berjalan lurus ke arah Justin.

"Hai," sapa Fiona canggung sambil berusaha mencari kata-kata.

Justin tak percaya kata-kata itu akan keluar dari mulut pedas itu, tapi saat itu, dia benar-benar imut. Benar, Fiona si Harimau Betina liar yang gigitannya lebih menyengat daripada listrik, memang imut.

"Hei. Apa aku datang di waktu yang salah?" tanya Justin sambil memasukkan tangan ke saku. Keri melirik mereka berdua dengan ragu, dan Fiona memegang tengkuknya dan mulai mengelusnya, lalu balas menatap. Justin benar-benar bisa melihat bahwa dia kesulitan dengan kehadirannya.

"Oh, ini Nona Keri, ini Justin. Ya ampun..." Fiona berhenti dan menatap Justin lagi.

"Suaminya. Senang bertemu denganmu." Justin melangkah maju dengan tangan terulur, dan Keri menyambutnya dengan lembut.

"Raja Real Estat yang tersohor. Senang bertemu denganmu." Untuk seorang selebritas dengan kekayaan 6 digit di bank, Keri Hilson ternyata sangat baik. Sangat baik.

Justin mengangguk padanya dan dia melirik Fiona. Setelah menyelesaikan percakapan mereka sebelumnya, mereka segera mengakhiri apa yang sedang mereka bicarakan. Beberapa hal seperti siluet dan ansambel. Hal-hal yang belum pernah Justin dengar sebelumnya. Pada saat itu Justin melihat Fiona memiliki penampilan paling segar dan bersemangat yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya.

Dari pandangan sekilas saja, Justin langsung tahu bahwa Fiona mencintai pekerjaannya. Dan dia bangga pada dirinya sendiri. Dan sejujurnya, Justin juga bangga padanya, dan malu pada dirinya sendiri. Ada begitu banyak hal yang bisa Justin temukan tentangnya, tapi begitu sedikit yang ia tahu tentangnya. Selama ini, Justin hanya salah paham dan memperlakukannya dengan tidak adil tanpa benar-benar memberi dirinya sendiri waktu untuk melihat Fiona apa adanya. Bukan hanya adik Fania.

“Fiona memang luar biasa,” pikir Justin dan ia tak percaya ia mengatakannya, tapi Fiona melampaui kebanyakan wanita yang ia kenal. Dan ngomong-ngomong, dia bahkan mungkin melampaui Fania sendiri karena dia tidak hanya mendirikan House of F-Fan dari nol, dia juga berhasil menjadikannya merek terkenal sekaligus tetap rendah hati. Bahkan isi lemari pakaian Justin penuh dengan kemeja dan dasi merk F-F, juga sepatu. Dan astaga, Justin tidak pernah tahu itu milik istrinya.

"Jadi, apa yang membawamu ke sini?" tanya Fiona sambil berdiri di depan Justin dan memasukkan tangannya ke saku belakang celana jinsnya. Wajahnya tanpa senyum, tapi ia tidak kosong, ia bahagia.

"Aku sudah memesan tempat untuk makan malam. Kita akan pergi keluar."