Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20 Teman Baru
Dania baru saja membuka matanya yang terasa begitu berat. Bukan hanya kelopak matanya yang berat, tapi sekujur tubuhnya terasa sakit bahkan sulit untuk di gerakkan. Perlahan mata itu terbuka sempurna, dia meringis saat merasakan punggungnya begitu nyeri karena bergesekan dengan kasur.
Memaksakan diri untuk duduk meski tubuhnya terasa remuk, bahkan seakan tulang ditubuhnya terlepas satu persatu.
"Ah! Anton sialan!" jeritannya, menyadari semua rasa sakit ini berasal dari suaminya, Anton.
Jika Anton tidak membiarkan dia dibawa oleh Herdi, tentu hal ini tidak akan terjadi. Tapi, dengan entengnya Anton menyerahkannya pada Herdi seperti barang yang tidak berharga lagi.
Dia teringat bagaimana Herdi memperlakukannya semalam. Lelaki itu bahkan mengikat kaki dan tangannya, lalu mencambuk tubuhnya sebelum menggaulinya. Sungguh, tak pernah terbayang dia akan diperlakukan bak hewan oleh Herdi. Dia kira Herdi lelaki normal pada umumnya, tapi ternyata dia salah, Herdi seperti moster yang menakutkan apalagi saat berada di ranjang.
"Hei sudah bangun rupanya?"
Dania tersentak mendengar ucapan seseorang yang entah sejak kapan berada di dalam kamar itu. Orang itu tentu saja Herdi.
Herdi mendekat duduk di sisi tentang, tepat di sebelah Dania. "Maaf ini pasti menyakitkan buat kamu."
Tanpa Dania duga Herdi mengucapkan kata maaf yang tentu saja tidak langsung Dania terima. Bagaimana bisa dia memaafkan orang yang sudah melukainya dan memperlakukannya bak hewan itu.
Hal yang lebih membuat Dania terkejut, Herdi menyentuh punggungnya yang tak terhalang oleh apapun. Lelaki itu bahkan menyentuhnya amat lembut, seakan punggung Dania barang yang amat berharga.
"Sebentar lagi dokter ke sini, obatin luka mu ini," ucap lelaki itu yang kini beralih menatap Dania.
Wanita itu mendengus, dia memalingkan wajahnya saat Herdi menatapnya. "Gak perlu, saya mau pulang," sahut Dania.
"Gak, kamu gak boleh pulang sebelum ini sembuh," tolak Herdi mentah-mentah.
"Lagian saya tidak akan membiarkan kamu pergi dari sini, suami kamu sudah menyerahkan kamu pada saya sepenuhnya. Jadi, saat ini kamu milik saya," ucapnya lagi membuat Dania tercengang mendengarnya.
"Mana mungkin Anton seperti itu!" sahut Dania meski dia sedikit ragu akan ucapannya.
"Kamu gak percaya? Saya punya buktinya kalau kamu gak percaya, mau denger?" Herdi mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu memutar sebuah rekaman dari sana.
"Anda boleh bawa Dania sampai kapanpun, asalkan perjanjian itu tetap berjalan. Lagian saya juga sudah tidak begitu membutuhkan wanita itu, yang saya butuhkan saat ini perusahaan saya baik-baik saja," terdengar ucapan Anton dari rekaman tersebut.
"Serius anda tidak menyesal menyerahkan istri Anda pada saya? Tapi, saya akan memberikan separo dari perjanjian kita, sebab anda tidak berhasil membawa putri anda ke saya, harusnya saya merah, tapi setelah semalam istri anda membaut saya puas, kemarahan saya sedikit berkurang," itu ucapan Herdi.
"Saya tidak akan menyesal, tapi kalau anda masih mau putri saya, nanti akan saya bawa ke hadapan anda Pak Herdi," suara Anton kembali terdengar.
"Tidak pelu," sahut Herdi.
Setelah itu rekaman pun berakhir.
"Jadi gimana? Udah denger semua kan?" tanya Herdi menatap Dania yang kini membalas tatapannya.
"Dasar Anton gila!" umpatnya. Marah dan sakit bercampur menjadi satu, suaminya justru lebih memilih uang daripada dirinya. Sungguh Anton tidak bisa dikatakan sebagai manusia, lebih tepatnya seperti hewan, bahkan lebih keji dari pada Herdi.
"Saya tahu hubungan kamu sama suamimu tidak sebaik itu, suami mu punya wanita simpanan, dan dia sering bersama wanitanya itu." Herdi menatap Dania sendu.
"Saya punya penawaran, bagaimana kalau kamu tetap bersama saya, karena jujur saya sudah tertarik dengan mu. Dengan begitu kamu bisa membalas perbuatan Anton dan saya tidak akan lagi membantu lelaki brengsek itu kalau kamu mau menerima tawaran saya. Gimana?" tanya Herdi menatap wajah Dania yang terlihat terkejut mendengar penawaran darinya.
"Kalau kamu ragu, kita bisa menikah setelah kamu bercerai dari Anton," ucap Herdi lagi sebelum Dania menjawab.
"Kamu tenang saja, kamu akan hidup lebih baik saat bersama saya. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Saya memiliki kekayaan yang bahkan tujuh turunan pun tidak akan habis, dan saya jamin, saya tidak akan berselingkuh seperti yang Anton lakukan." Herdi kembali bersuara.
Dania masih terdiam, dia ingin sekali membalas perbuatan Anton, tapi tidak dengan bersama Herdi juga. Apa mungkin dia akan hidup lebih lama jika bersama Herdi yang memiliki kelainan seperti itu. Ah entahlah, dia bingung sendiri dibuatnya.
"Kamu tenang saja, setelah kejadian semalam, saya sudah tidak tertarik lagi dengan putrimu, karena kamu lebih menarik." Herdi tersenyum menatap Dania, membuat wanita itu bergidik.
☘︎☘︎☘︎
Seperti yang dikatakan Ken tadi, siang ini akan ada seseorang yang datang ke apartemen dan menemani Luna disana. Benar saja, saat Luna sedang rebahan di dalam kamar, pintu kamar diketuk dari luar disusul suara Ken.
Luna pun segera membuka pintu tersebut dan keluar dari sana. Saat pintu terbuka, dia sedikit terkejut melihat ada seorang gadis duduk di sofa ruang tamu. Mungkin, ini seseorang yang dimaksud Ken tadi, pikirnya.
"Rel, sini Bella udah datang. Kalian bisa kenalan langsung," ucap Ken saat Luna tak kunjung beranjak dari kamarnya.
"Haii," gadis cantik itu melambaikan tangan membuat Luna mendekat.
"Gue Bella, Ken nyuruh gue datang ke sini buat nemenin Lo di sini untuk sementara, Lo siapa namanya?" Bella, gadis itu mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Luna.
"Gue Luna, salam kenal," sahut Luna.
"Yaudah kalian ngobrol dulu aja, gue harus cabut ada urusan. Bell, Lo tetep disini jangan bawa dia keluar dari apartemen, dan Lo Rel, baik-baik sama Bella di sini dan jangan sekali-kali berniat kabur," pesan Ken, dia menatap Bella dan Luna secara bergantian.
"Siap Ken, Lo tenang aja, Luna aman sama gue," sahut Bella.
Sedangkan Luna hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Ken.
Setelah kepergian Ken, Bella memberikan beberapa paper bag yang tadi dia bawa, pada Luna.
"Ini apa ya?" tanya Luna merasa bingung karena Bella memberikannya banyak barang.
"Itu semua dari Ken, dia minta tolong gue buat beli beberapa pakaian buat Lo, katanya ukuran kita hampir sama dan gue rasa Ken bener." Bella menatap tubuh Luna yang memang hampir sama dengannya, mulai dari tinggi badan hingga postur tubuh meteka.
Luna membuka paper bag tersebut, semua pakaian yang dia butuhkan ada di sana. Bukan hanya pakaian luar saja melainkan pakaian dalam pun ada di dalam paper bag itu.
"Tapi gue gak tahu selera Lo kaya apa, jadi gue beli sesuai yang gue suka aja, semoga Lo juga suka," celetuk Bella lagi.
"Ah iya, terimakasih Bella, gue juga suka kok," sahut Luna.
"Yaudah sekarang Lo boleh mandi dan ganti baju dulu, setelah itu temenin gue nonton film, gimana? Kalau Lo mau, gue mau beli beberapa cemilan dulu," tanya Bella yang cukup antusias sebab menemukan teman baru untuk menonton.
"Boleh deh, daripada bingung mau ngapain," sahut Luna.
"Nah gitu dong! Yaudah sana Lo mandi, gue mau telpon pacar gue dulu, minta anterin cemilan dan makanan buat kita," seru Bella bahagia.
Luna terdiam mendengar kata pacar dari bibir Bella. Tentu saja dia mengira jika Ken adalah pacar Bella, tapi kenapa Bella tidak marah saat dia ada di apartemen pacarnya.
"Lo kenapa bengong? Jangan bilang Lo mikir kalau gue pacarnya Ken? Enggak Luna, Lo salah besar. Pacar gue itu Raka, dan kalau Lo tanya kenapa gue bisa deket sama Ken, karena kita emang saling kenal, bahkan jauh sebelum gue pacaran sama Raka. Ken itu tetangga gue dulu," jelas Bella membuat Luna tersenyum canggung setelah mengetahui fakta tersebut.
"Sorry Bell," sahut Luna.
Bella mengangguk, dia tersenyum melihat respon Luna, "Lo gak usah cemburu gitu, gue cuma temen Ken, gak lebih," ucapnya.
"Gak ya, gue gak cemburu Bella! Yaudah deh, gue mau mandi." Luna akhirnya beranjak dari sana, meninggalkan Bella yang sedang terkekeh lucu.
Bella yang memang ceria dan mudah akrab dengan orang baru membuat Luna tidak sungkan dengan gadis itu. Apalagi Bella terliat baik dan tulus, sepertinya Bella akan menjadi teman baik untuknya dikemudian hari.
"Mandi dan dandan yang cantik, biar Ken makin cinta!" seru Bella jahil.
"Bella!"
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri