ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15
"saya Lidya" ucap wanita yang bernama Lidya. Ziahh mengingat-ingat nama itu perasaan di pernah mendengar nya. Sekarangziah ingat Lidya adalah istri Andreas atau lebih tepatnya mantan istri.
"Ada perlu apa ya mbak?" tanya Ziah, dia lumayan penasaran kenapa mantan istri Andreas ingin bertemu dengannya.
"apakah kamu ada waktu, ada hal yang ingin saya sampaikan." pintanya pada Ziah. Ziah awalnya ragu untuk mengiyakan ajakan itu tapi dia juga penasaran.
"Kalau sekarang gak bisa mbak, kalo mau nanti sehabis pulang kerja saya." jawab Ziah. Lidya Tampak mengangguk menyetujui permintaan Ziah.
"Boleh minta nomer handphone kamu, biar gampang nanti kita janjian!" tanya Lidya sebelum dia benar-benar meninggalkan sekolah. Ziah mengangguk lalu mengambil hp milik Lidya dan mengetikan nomornya di sana.
Lidya pun pergi meninggalkan area sekolah. Ziah penasaran apa yang membuat Lidya ingin menemuinya. Ziah berpikir apa dia harus memberitahu Andreas masalah ini atau lebih baik nanti saja setelah bertemu dengan Lidya baru dia akan cerita.
Ziah duduk di kursi kerjanya, ruangan perpus sudah rapih. Jika tidak ada kerjaan seperti ini dia selalu bingung mau keluar dari perpus takutnya saat dia keluar akan ada murid yang datang.
Benar saja tidak lama ada murid yang datang, satria dan teman-temannya. Lalu datang lagi dari kelas lain. Ziah tersenyum tadi dia mengeluh karena gak ada kerjaan sekarang malah datang dua kelas sekaligus.
"Pagi Bu Hanna." sapa satria. Hanna hanya mengangguk.
"Setelah mengambil buku duduk yang rapih ya. Jangan berisik juga." perintah Ziah pada semua murid yang ada di sana.
Mereka mengerjakan tugas dengan serius tidak ada yang bersuara kecuali jika memang masalah tugas yang sedang di kerjakan kurang mengerti.
Kurang lebih satu jam setengah mereka berada di perpus kelas lain sudah keluar lebih dulu, sekarang giliran kelas satria dan temannya.
"Bu kita mau ngembaliin buku yang di pinjam." Ujar Adam ketua kelasnya.
"Ya udah ngantri ya, jangan lupa kartu perpus nya nanti sama ibu di tanda tangan bukti kalo bukunya udah di kembalikan." jelas Ziah. Semua murid tampak mengangguk.
Semu murid sudah bubar, Ziah beranjak membereskan lagi kursi-kursi. Saat Akan keluar Hp di tangannya bergetar.
Ddrrt. Drrrt.
Di lihat sebuah pesan masuk dari nomor baru. Ziah mengkerut kan keningnya merasa tidak kenal dengan nomor itu. Ziah membuka pesan itu, takutnya penting juga.
"Assalamualaikum Ziah, ini Lidya. Nanti ketemuan di warung bakso sebrang sekolah saja ya biar gak kejauhan. Kasian kamu kalo saya harus nyari tempat agak jauh." Isi pesan yang ternyata dari Lidya.
"waalaikumsalam mbak, iya mbak terimakasih. Saya pulang sekitar jam 2 siang." balas Ziah. Dia pun menyimpan nomor Lidya pada kontaknya.
Waktu jam istirahat Ziah menuju kantin Bi Asih, terlihat di sana banyak murid yang sedang pada jajan. Ziah masuk ke dalam di lihatnya bi Asih masih sibuk melayani murid yang sedang jajan kadang ada yang minta kembalian ada juga yang meminta makanan. Persis seperti zaman Ziah sekolah dulu . Tapi bedanya dia tidak perlu mengantri karena Andreas akan memesankan makanan untuknya. Ziah tersenyum getir mengingat itu.
Andreas memang seperhatian itu terhadap dirinya, Ziah tidak menyangka dengan perhatian itu dia menitipkan hatinya pada seorang Andreas. Tapi ternyata semudah itu juga hatinya di remukan oleh Andreas. Saat Ziah berdiri menatap ke arah murid, bi Asih baru menyadarinya.
"Eh Adek Ziah, Mau makan ya?" tanya Bi Asih sambil tersenyum.
"Iya, tapi kayaknya bibi sibuk, Saya makan nanti aja deh. Saya mau kembali ke perpus." jelas Ziah dia kasihan melihat bi Asih yang kerepotan.
"Nanti bibi Anterin aja ke perpus ya. Gimana?" tanya bi Asih. Ziah tampak berfikir. Kasihan juga bi Asih mondar mandir jarak kantin dan perpus juga lumayan.
"Gak usah bi, saya ada roti nanti makan itu aja dulu." tolak Ziah. Setelah itu dia pun pamit untuk kembali ke perpus. Untung nya dia selalu menyelipkan Roti di tasnya, jadi dalam ke adaan begini dia bisa mengganjal perut dengan roti.
Bel berbunyi tanda istrahat berakhir. Ziah pun memilih ke ruangan tempat guru-guru istrahat yang ada di sebrang perpus. Biasanya ada Bu Tini sebagai penjaganya. Ziah bisa diam di sana sambil mengawasi perpus, karena bosan diam di perpus tidak mengerjakan apa-apa hanya me scroll medsos membuat Ziah bosan.
"Bu saya gapapa ya disini, soalnya di perpus bosan kalau sendiri." Ijin Ziah.
"Iya ga papa atuh, ibu juga biar ada temennya. Kalau udah jam pelajaran kan guru-guru gak pada di sini." jelas Bu Tini.
Akhirnya Ziah di sana sampai jam pulang, karena tidak ada murid yang menuju ke perpus. Ziah pamit pada Bu Tini untuk kembali ke perpus. Dia pun membereskan barang-barangnya. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal Ziah berjalan menuju parkiran.
Yah seperti dugaannya Andreas sudah menunggu nya di parkiran. Seperti nya laki-laki itu tidak lelah untuk mengejar Ziah. Ziah mengambil helm dan memakainya, dan itu tidak luput dari pandangan Andreas.
"kenapa?" tanya ketus Ziah, karena merasa risih di tatap Andreas.
"Kamu cantik." ujar Andreas, yang di puji pipinya sudah merah tapi di tutupi dengan wajah jutek nya. Baru saja Ziah akan menstater motor nya stang motor malah di pegang Andreas.
"Kamu mau kemana?" Tanya Andreas.
"Saya mau ada keperluan dulu jadi gak langsung pulang, Bapak gak usah ngikutin saya. Langsung pulang inget itu anaknya di rumah nungguin bapak." jelas Ziah, Andreas tersenyum saat mendengar nya. Dia malah seperti seorang suami yang sudah di beri wejangan karena istrinya akan terlambat pulang.
"Iya saya gak ikut, nanti pulang nya jangan terlalu sore ya kasian anaknya." timpal Andreas sambil menahan tawa. Alis Ziah menukik mencerna omongan Andreas. Dia baru akan mengeluarkan kata-kata nya tapi Andreas lebih dulu menyahut.
"Iya saya sekarang nurut langsung pulang gak ngikutin kamu. Ya udah sana hati-hati di jalan." ucap Andreas sambil tersenyum.
Ziah pun meninggalkan Area parkiran sekolah, yang mereka berdua tidak tahu dari kejauhan seseorang memperhatikan interaksi keduanya.
Ziah sudah sampai di warung bakso tempat dia dan Lidya janji bertemu. Meski sedikit takut namun Ziah juga penasaran kenapa Lidya mencari dirinya dan darimana dia tahu kalau Ziah kerja di sana. Ziah mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe mencari keberadaan Lidya, seseorang melambai ke arah Ziah ternyata itu Lidya, dia memilih kursi paling pojok mungkin biar tidak ada yang mendengar obrolan mereka.
"Maaf ya mbak nunggu lama." ucap Ziah merasa tidak enak.
"gak papa saya juga baru datang menit yang lalu." ucap Lidya karena menangkap raut tidak enak dari Ziah.
"pesan minuman atau makanan dulu baru kita ngobrol biar lebih enak." sambung Lidya lagi. Ziah mengangguk karena dia memang sedikit lapar apalagi jam istirahat hanya di ganjal roti.
Ziah memesan bakso dan jus jeruk sebagai minuman nya. Lidya memilih menu yang sama hanya saja Lidya memilih minuman teh hangat.
Tidak lama pesanan mereka datang, Ziah menambahkan sedikit cuka lalu beberapa sendok sambal. Lidya yang melihat itu malah ngeri sendiri. Mereka makan dalam diam sebelum memulai obrolan.
Ziah meminum jus jeruknya setelah bakso di mangkuknya sudah habis. Lidya pun sama.
"kamu gak ada kegiatan habis ini?" tanya Lidya karena dia yakin obrolan nya dengan Ziah akan membutuhkan waktu lama.
"Enggak ada mbak, kenapa?" tanya Ziah.
"Sebenarnya saya datang untuk meminta maaf sama kamu. Tidak seharusnya saya merusak hubungan kamu dengan Andreas. Mungkin kamu merasa heran kenapa saya bisa tahu kamu, Maaf kemarin saya melihat kalian jalan beriringan dari sana saya sudah menebak itu kamu. Dari sana saya bisa melihat binar mata Andreas yang menatap kamu dengan penuh kasih sayang, tapi itu tidak saya dapatkan saat saya bersama Andreas." jelas Lidya. Ziah menunduk entah mengapa dia jadi merasa tidak enak.
" Saya mau minta maaf, Undangan yang datang ke rumah kamu lima tahun yang lalu, itu sebenarnya perbuatan saya. Saya ingin menunjukkan sama kamu kalau saya adalah pemenangnya, namun saya salah meski saya berhasil menikah dengan Andreas saya tetap tidak bisa merebut hatinya." sambung Lidya.
Lidya menceritakan awal pertemuan nya dengan Andreas, hingga Akhirnya memaksakan perjodohan itu.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga mereka hingga mereka memilih berpisah.