Gadis cantik yang mengalami perpindahan jiwa kedalam tubuh gadis dari anak pengusaha terkenal.
Gadis yang memiliki tubuh istimewa yang di incar orang orang. banyak orang yang ingin memanfaatkan darah dari gadis itu.
Banyak misteri disetiap langkahnya yang akan menemani gadis itu. Jiwanya berprofesi sebagai pembunuh bayaran yang paling di cari semua orang. lalu apa penyebab gadis itu terlahir kembali sebagai bayi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon celine biollle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Jalanan hutan kini sudah tidak ada lagi ketika mobilnya sudah berada di jalan raya.
Hari masih gelap membuat ketiga buntut Caren tertidur di belakang sedangkan Ernest sedari tadi terdiam menikmati jalanan yang sudah lama lama tidak di lihatnya.
"Oh iya Cla, Kenapa bisa kamu dengan mudahnya keluar dari hutan ini? Aku selama ini mencari jalan keluar dari hutan tidak pernah ketemu jalan yang kamu lewati apalagi rumah besar itu"
Menoleh sekilas kearah Ernest "Kamu masuk ke dimensi lain" Jawab Caren.
"Hah?! Tidak mungkin" Bantah Ernest tidak percaya
"Apa yang tidak mungkin di dunia ini? Kau bilang kau selalu berpindah tempat kan? Seharusnya kau sadar jika ada pembatas antara hutan ini dengan hutan yang kau masuki" Jelasnya membuat Ernest terdiam memikirkan sesuatu yang menurutnya janggal.
"Lalu kenapa kau bisa ke tempat ku?"Tanya Ernest penasaran
"Karena aku spesial"
Berdecih sinis mendengar ucapan sombong orang di sampingnya.
"Sombong sekali" Gumam Ernest
"Kamu sempat memberiku walkie talkie tapi tidak di gunakan"
"Hanya untuk terlihat keren saja"
"Sudahlah berbicara denganmu membuatku kesal"
°°°
Mobil terparkir di hotel ternama di kota tempat tinggal orang tua Ernest berada. mereka akan melanjutkan perjalanan ketika hari sudah terang.
Beristirahat di kasur empuk sendirian membuat Caren bebas dari ketiga bocah itu.
Caren memikirkan bagaimana keadaan keluarganya terutama ayahnya. Apa mereka sudah menganggap dirinya mati?
Caren beristirahat sejenak untuk melanjutkan hari yang masih panjang.
Di kamar tempat Ernest dan ketiga bocah itu berada. mereka memperdebatkan sesuatu membuat Ernest pusing mendengarnya.
"Bisakah kalian diam!? Apa kalian ingin aku usir dari kamar ini?" Ancam Ernest menatap datar ketiganya
"Silahkan saja, kami akan mengadukan mu ke mama" Ancamnya balik, Ernest mendengus sebal dan merebahkan tubuhnya tidak memperdulikan ocehan dari ketiganya itu.
°°°
Caren diam di bangku mengemudi mendengar perdebatan antara Ernest dan ketiga bocah itu, biarlah dirinya tidak ingin ikut campur. melajukan mobilnya menyusuri jalan yang mereka lewati, Walaupun telinganya sudah sakit mendengar keributan itu tapi Caren tetap diam dengan mengeluarkan aura suramnya.
Mereka berempat berhenti bertengkar ketika merasakan atmosfir di sekitarnya terasa sesak. Duduk diam di kursinya masing masing membuat Caren puas melihatnya dan menarik kembali aura mencekam itu.
Berpuluh-puluh menit berlalu kini mobil mewah itu berhenti di depan gerbang Mansion Cornell, namun Ernest tidak kunjung keluar dari mobilnya itu.
"Apa yang kau tunggu?" Tanya Caren datar
"Kenapa Tidak mengantarku sampai kedalam" Ucap Ernest cemberut membuat orang yang di dalam mobil itu bergidik geli melihat ekspresi Ernest
"Kau bukan anak kecil yang perlu diantar"
"Bagaimana jika mereka tidak percaya denganku?" Tanyanya
"Tes DNA"
Membuka pintu mobil dengan tombolnya Caren mengusir Ernest yang tidak bergerak sedikitpun membuat Ernest terpaksa keluar dari mobil tersebut.
"Jika sudah selesai kabari aku dengan walkie talkie itu" Tanpa mendengar jawaban dari Ernest, Caren melajukan mobilnya menuju apartemen baru untuk ketiga bocahnya tinggal. tidak mungkin kan dirinya harus membawa bocah itu kembali ke mansion ayahnya.
"Kalian tinggal di sini sementara"
"Mama ingin kemana?"
" Kenapa tidak membawa kami?"
"Mama tidak menyayangi kami ya?" Ketiga bocah itu bertanya dengan beruntun
"Saya ada urusan, kalian merepotkan saya malas membawanya" Ketiganya cemberut mendengar jawaban Caren
Menghela nafas pelan, Caren berjongkok menyesuaikan tinggi mereka " Di luar terlalu berbahaya untuk kalian, Aku akan kembali ketika urusan selesai. Tidak akan lama" Ucap Caren dengan pelan.
Setelah mengurus ketiga bocah itu Caren melajukan mobilnya kembali ke arah hutan untuk merencanakan pertemuan yang tidak terduga dengan ayahnya.
Caren turun dari mobilnya dan segera meledakkan mobil itu. Caren berlari ke arah gudang senjata yang terdapat berbagai senjata milik ayahnya. Mengambil satu buah senapan dan menembakkan dirinya tepat ke arah bahu kanannya, memegang belati mengiriskannya ke tubuh yang memang sudah terdapat luka dari laboratorium itu.
Caren keluar dengan tubuh yang bersimbah darah mengeluarkan alat pemancar sinyal ke tempat ayahnya berada dan membuangnya cukup jauh. Caren sengaja berjalan dengan menyeretkan kakinya yang terluka supaya darah darah itu bercururan meninggalkan jejak. setelah cukup jauh dari mansion itu Caren menekan tombol di tangannya dan
BOM
Mansion itu meledak sehingga melemparkan sesuatu yang berada di dekatnya termasuk Caren.
°°°°
"Tuan! Tuan! Mansion di tengah hutan meledak"
"Lalu?" Tanyanya santai.
"Kita mendapatkan sinyal asing dari mansion itu, Siapa tau itu sinyal bantuan yang di berikan nona untuk kita. Mansion tuan hanya bisa di akses oleh pemiliknya saja kan" Hattrick yang mendengarnya dengan cepat memerintahkan bawahannya untuk pergi ke mansion tengah hutan itu.
Hattrick berharap apa yang di ucapkan asistennya itu menjadi kenyataan
"Anaku, Ayah harap itu kamu nak" Hattrick melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di ikuti beberapa mobil yang mengekor di belakangnya.
Caren menyandarkan tubuhnya yang semakin terluka tersebut. tidak ada ringisan yang keluar dari mulutnya
"Lama sekali" Lirih Caren
Wajah Caren sudah memucat akibat terlalu banyak darah yang keluar dari tubuhnya
Dengan pendengaran Caren yang tajam dirinya mendengar daun yang bergesekan di lewati beberapa mobil membuat Caren tersenyum tipis.
Beberapa orang turun dari mobilnya mengecek keadaan sekitarnya dan melihat mansion yang hanya tinggal bebatuannya saja. Bawahan yang mengikuti Hattrick meringis melihat kondisi mansion mewah itu hancur. Hattrick tidak memperdulikan Mansion yang hancur, yang dirinya pedulikan hanya Caren.
"Cari di sekitar! Temukan Keberadaan putriku!" Ucap Hattrick memerintahkan dan di laksanakan oleh orang orang itu
Caren mengeluarkan airmata palsunya, menyeret kakinya keluar dari semak semak yang menutupi tubuhnya ketika mendengar teriakan ayahnya yang memanggil dirinya.
"A-Ayah..." Panggil Caren dengan tebata bata. Suaranya dibuat nyaris tidak terdengar
"Ay-Ayah" Panggil Caren dengan cukup keras
Berdecak sebal ketika ayahnya tidak mendengar panggilan darinya
"Ay-Ayah!" Panggil Caren sedikit berteriak membuat Hattrick menghampiri asal suara itu
Bruk
Caren tidak kuat menopang tubuhnya lagi membuat tubuhnya limbung.
"Anaku!" Hattrick berlari menghampiri Caren yang terbaring lemah di depannya dengan sekujur tubuhnya yang penuh darah membuat Hattrick menangis melihat kondisi anaknya yang tidak baik baik saja.
Di ambang kesadaran Caren memanggil manggil nama ayahnya dengan lemah membuat Hattrick semakin di buat tidak kuasa melihat Caren yang terlihat kesakitan.
Hattrick menggendong tubuh Caren menuju mobilnya di susul oleh asistennya yang setia di samping ayahnya. Bahkan Hendry ikut mengeluarkan air matanya melihat kondisi nonanya yang memprihatinkan.
"Cepat!" Bentak Hattrick
"Iya tuan" Hendry semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tidak perduli dengan apa yang mobilnya tabrak yang terpenting keselamatan nonanya
Caren yang memang belum memejamkan mata sepenuhnya mendengar semua Gumam ayahnya yanga menyalahkan dirinya sendiri akibat melihat kondisi Caren yang tidak baik baik saja
"Apa aku terlalu berlebihan ya?" Batinya bertanya
"A-Ayah, Jangan me-nangis" Ucap Caren terbata mengusap air mata ayahnya yang mengalir dengan tangannya yang bergetar penuh darah.
"Ayah tidak menangis" Bantah Hattrick mengusap airmatanya kasar sembari tersenyum hangat melihat Caren
Menggenggam lembut tangan anaknya sesekali mengecup tangan mungil yang penuh darah itu dengan kasih sayang.
"Ayah Caren mengantuk" Gumamnya yang masih di dengar Hattrick dan Hendry
Hattrick semakin merasakan sesak di hatinya melihat Caren sedangkan Hendry sudah menggigit bibirnya menahan isakan yang ingin keluar.
"Hendry! Cepat!"
"Sebentar lagi tuan" Hendry semakin menambah kecepatannya ketika sudah melihat rumah sakit itu.
"Jangan tutup matamu dulu sayang, sebentar lagi, sebentar lagi kita sampai" Tahan Hattrick ketika melihat Caren yang ingin menutup matanya
Tersenyum menatap ayahnya Caren menggenggam erat tangan hangat itu "Ayah.." Belum sempat Caren melanjutkan ucapannya manik indah itu tertutup terlebih dahulu membuat Hattrick mencoba membangunkan anaknya.